[[Dipastikan kalian sudah makan malam sebelum membaca part ini 😆😂😋]]
."Ada kalanya rasa berhambur perih, ada kalanya rasa memecah hati, berkeping-keping, tak menentu bentuknya, hingga kau tau, aku pun juga, bahwa rasa tak selamanya indah." Sania membaca kalimat itu dengan serius, keningnya berkerut dengan mata yang fokus menatap novel di tangannya.
Sania, Grace, Kyla, dan Renata sekarang sedang menunggu jadwal study tour hari ini di dalam kamar. Suasana kamar begitu hening karna masing-masing sibuk dengan kegiatannya. Sania membaca buku colongan yang ia ambil dari adik sepupunya, Grace mengotak-atik ponselnya, Kyla yang asik mendengarkan musik di headphone, dan Renata yang asik berchatting ria dengan Elfan.
"Gila, gila. Ini quotes ngena juga ya di hati gue? Pas gitu, kayak nyindir." Ia mencebikkan mulut hingga membuat fokus Grace sedikit teralihkan, "Baca apaan sih lo? Serius amat?" Grace sedikit mencondongkan tubuhnya untuk membaca rentetan kalimat yang Sania baca tadi. "Puitis banget, judulnya apaan sih? Kayaknya bagus."
"Baperan," ucap Sania. Kening Grace berkerut, "Baperan? Eh, gue gak baperan ye.." ucap Grace sedikit merasa tersindir.
"Siapa juga yang bilang lo baperan? Nih liat," Sania menyodorkan sampul novel itu persis di hadapan Grace. "Baca pelan-pelan judulnya. Atau kalo perlu lo eja satu-satu."
Gigi Grace langsung terlihat ketika ia telah selesai membaca judul buku itu yang memang berjudul BAPERAN (Bahasa Perasaan). "Gue kira lo tadi nyindir gue gitu.. Hehe.."
"Tapi setelah gue pikir-pikir, lo ternyata baperan juga anaknya." Sania menutup rapat buku itu, lalu menaruhnya ke dalam backpack hitam kepunyaannya. Sedangkan Grace, gadis itu menjadi diam dan wajah cerianya berubah masam dalam sekejap. Tapi, keliatannya aja Grace diam.... diam-diam dalam hati nyumpahin Sania.
"Ren? Lo dari tadi gue perhatiin senyam-senyum mulu. Udahan kali pacarannya.. udah waktunya nih kumpul. Kuy lah! Buruan ke lobi, ntar keburu anggota OSIS ngecekin tiap kamar." Sania menyampirkan backpacknya di punggung.
Renata sedikit menoleh, lalu mengangguk singkat. Sebelum mematikan ponsel, ia menyematkan sebuah kata-kata di kolom obrolannya bersama El-nya.
Renata Oska : udah dulu ya El, Tata mau siap2 ke lobi. El juga ya
Bip
Ponsel Renata kini benar-benar telah mati sepenuhnya. Ia segera beranjak memakai sepatu sneakers merah marun bertali putih dan menyampirkan backpack bercorak dengan warna dominan pastel di punggung.
Renata memutuskan untuk menguncir kuda rambutnya agar tak terasa gerah selama perjalanan, mengingat Bali bukanlah Bandung.
Kini ke-empat gadis itu sudah rapih dan siap untuk memulai hari pertama mereka mengelilingi Pulau Bali. Wajah mereka juga ikut tersenyum layaknya mentari pagi yang dengan cerahnya menyinari pulau ini.
Sesampainya di lobi, ternyata sudah banyak siswa-siswi yang berkumpul, rata-rata dari mereka lebih memilih duduk di kursi yang tersedia di sana, ada juga yang memilih berdiri sambil berbincang hal-hal yang menurut mereka menarik untuk dibahas.
Puk
Renata terlonjak kaget saat merasakan bahu kanannya di tepuk oleh seseorang. Reflek ia menoleh, "Elfan?" Elfan nyengir, "Good morning Ta," ucapnya sembari mengusap lembut rambut Renata.
Ternyata Elfan datang bersama Triplets di belakangnya, seakan ekor yang selalu mengikuti kemanapun tubuh dan kaki membawa.
"Hai Triplets," sapa Renata, namun sapaan Renata itu malah membuat ke-tiga laki-laki di belakang Elfan terdiam, pasalnya, ini pertama kalinya orang lain memanggil mereka dengan sebutan Tripletsㅡsetahu mereka dan seingat mereka, hanya Elfan seorang yang memanggil mereka dengan sebutan itu, meski semua orang tau, bahwa mereka adalah Triplets dari kelas XI MIA 1.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Admired You • completed
Teen Fiction#VERNANDOSERIES 1 🤴🏻 Hanya satu keinginan Renata saat ini. Menjadi 'satu' dari 'semua' alasan Elfan untuk tersenyum. Copyright. 2016 oleh nafiaaw ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ CERITA PERTAMA DAN MASIH ACAK²AN. JADI HARAP MAKLUM, NAMUN TERIMA KASIH BANYAK...