38. Sorry

32.4K 3.2K 72
                                    

Double update(?) Gak bisa di bilang gtu sih 😶 yasudahlah HAPPY READING!!😛

WARNING : BIASAKAN VOTE DULU SEBELUM BACA 💟💕💋 makin sayang sama kalian 😶
*maaflgkumat*

.

Renata menatap nanar koleksi foto-fotonya bersama Elfan. Foto dimana Elfan mencubit pipinya dengan gemas. Foto dimana Elfan selalu bermanja ria dengannya. Renata rindu saat-saat itu.

Ia semakin menyenderkan tubuhnya pada tembok, tanpa niat beranjak sedikitpun. Padahal, jam pulang sudah berdentang 10 menit yang lalu. Hal itu ia lakukan memang atas dasar disengaja bukan tanpa sengaja. Ia saat ini sedang menunggu Sania yang pergi ke ruang OSIS untuk membicarakan sesuatu dengan Falenㅡentah apa yang mereka bicarakan, sepertinya sangat penting sampai-sampai Sania langsung lari terbirit-birit begitu bel pulang berbunyi. Mereka berduaㅡSania dan Renataㅡhari ini memang akan mengerjakan tugas bersama di rumah Sania. Alhasil di sinilah Renata, di ruang kelas dengan bangku-meja yang kosong sebagai teman, menunggu kehadiran Sania.

Tapi sebelumnya, gadis itu sudah memberikan pesan kepada Elfan, menyuruh laki-laki itu agar pulang terlebih dahulu. Dan sampai saat ini juga, pesan yang ia berikan hanya sebatas 'dibaca' bukan 'dibalas'.

"Maaf Ren, lama ya nunggunya?" Renata segera mematikan ponsel dan mengadah, "gak kok San, oh ya, udah selese 'kan urusannya? Kita berangkat sekarang aja yuk!"

Sania mengangguk singkat lalu segera menyambar tasnya yang tergeletak di atas meja dan menggedongnya.

Beruntung bagi mereka karna supir yang biasa menjemput Sania mau menunggu di depan sekolah. Begitu keduanya sudah naik, mobil langsung melaju membelah jalanan.

Seperti biasa, rumah Sania terlihat sepi. Hanya ada beberapa sisten rumah tangga di dalamnya. Serta...

"Meoww," itu dia! 'Doraemon' yang menyapa mereka, alias kucing Sania yang memang bernama 'doraemon'.

"Hai Doraemon! Kamu pasti kangen ya sama Kak Tata? Uuuuhhh sini-sini kakak gendong." Renata menggendong tubuh kucing itu ke pelukannya. Layaknya sang majikan, 'doraemon' begitu nurut dengan Renata.

"Doraemon berasa keponakan lo Ren," ucap Sania seraya terkekeh.

"Lucu sih doraemon, jadi gemes tiap kali ketemu."

"Ya kalo gemes, coba rawat dong di rumah."

"Aku sih oke-oke aja bahkan seneng banget kalo bisa ngrawat kucing di rumah, tapi 'kan kamu tau sendiri.. Kak Dylan anti banget sama yang namanya kucing."

Sania tertawa, "oh iya gue baru inget! Hahaha.."

"Kakak lo aneh banget sumpah Ren! Dimana-mana itu ya, biasanya anak cewek yang phobia sama kucing tapi ini malah cowok. Gue masih gak abis pikir, gimana ceritanya Kak Dylan bisa takut sama kucing," lanjutnya.

"Dulu itu, waktu aku masih umur lima tahun dan Kak Dylan enam tahun, kita sering main di taman deket rumah yang dulu. Dan itu banyak kucing-kucing lucu. Sebelumnya Kak Dylan gak takut sama kucing, tapi karna waktu itu tangannya digigit sampe berdarah, jadinya takut sampe sekarang." Tawa Sania semakin keras, mungkin jika di sini ada Dylan, sudah habis Sania dipukuli laki-laki itu.

"Udahan ah ketawanya ntar malah gak jadi ngerjain tugas lagi." Sania mengatur napas agar tawanya dapat mereda. "Iya-iya maaf, yaudah kalo gitu lo langsung ke kamar gue aja. Gue ke Mba Nina dulu biar dibawain cemilan ke atas." Renata mengangguk dan segera berjalan menaiki tangga dengan membawa 'doraemon' yang sekarang tertidur di gendongannya.

I Admired You • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang