21. Hugging You
"Berada di dekapanmu, itu adalah satu dari jutaan mimpi yang pernah aku harapkan. Namun kini, kau mendekapku dan menjadikan sandaran diwaktu yang bersamaan."
.
Elfan berkacak pinggang seraya menggaruk dagunya yang tak gatal. Tipikal dirinya jika sedang berfikir keras.
Hari ini hari Sabtu. Hari dimana tidak ada jam masuk sekolah. Bukan, bukan hal itu yang membuat Elfan kini sedang berfikir keras.
Elfan merasa ada suatu hal yang nyaris ia lupakan. Tapi apa?
Elfan mengusap wajahnya kasar. Ia bangkit dari duduknya di kasur dan berjalan ke arah kalender di dekat meja belajaranya.
3 Desember 2016.
Alis Elfan tertaut menatapi tanggal itu. 3 Desember? Elfan rasa, ada suatu hal yang terjadi di tanggal ini.
Elfan memejamkan rapat matanya seraya dahinya berkerut memikirkan kembali hal apa yang terjadi di tanggal ini.
Masih dalam posisi mata terpejam, Elfan memalingkan wajahnya ke kanan dan dihembuskannya nafas yang terdengar cukup keras itu seiring ia membuka matanya perlahan.
Pandangan di depan Elfan kini adalah kumpulan foto polaroid yang tertempel di dinding.
Andini Kartika Lintang.
Oh iya!
Elfan ingat sekarang. Bagaimana ia bisa melupakan hari paling bersejarah di hidupnya?
Bodoh. Katakanlah Elfan adalah manusia terbodoh di dunia.
Dengan terburu-buru, Elfan segera menarik jaket abu-abunya yang tersampir di senderan kursi belajarnya. Tanpa meluangkan waktu sebentar untuk menyahut panggilan ibunya, Elfan segera mengendarai mobil sport yang tadi terparkir manis di garasi.
Sebelum mendatangi tujuan utamanya, Elfan menyempatkan diri ke sebuah toko bunga dekat rumahnya.
"Eh nak Elfan, mau bunga kayak biasa?" Ucap seseorang wanita paruh baya, yang diyakini adalah pemilik dari toko tersebut.
Elfan tersenyum lalu mengangguk. "Kali ini agak banyak ya bi,"
"Loh kenapa nak? Tumbenan dibanyakin?"
Lagi-lagi Elfan tersenyum ke arah wanita itu. "Karna hari ini tepat 1 tahunnya Andin meninggal bi, Elfan cuman pengen Andin seneng dapet bunga kesukaannya."
Ira, pemilik toko bunga itu, berjalan mendekati Elfan dan mengulurkan tangannya untuk mengusap puncak kepala Elfan.
"Bibi tau perasaan nak Elfan, tunggu sebentar ya, bibi siapin dulu bunganya."
Elfan mengangguk lalu menatap kepergian Bi Ira yang berjalan masuk ke tokonya untuk menyiapkan pesanan bunga Elfan.
Tak membutuhkan waktu lama, karna Bi Ira ini cukup cekatan dalam merangkai bunga, untuk sekedar menyiapkan sebuket yang indah bunga pesanan Elfan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Admired You • completed
Teen Fiction#VERNANDOSERIES 1 🤴🏻 Hanya satu keinginan Renata saat ini. Menjadi 'satu' dari 'semua' alasan Elfan untuk tersenyum. Copyright. 2016 oleh nafiaaw ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ CERITA PERTAMA DAN MASIH ACAK²AN. JADI HARAP MAKLUM, NAMUN TERIMA KASIH BANYAK...