Last Extra Part - Kepercayaan

68.1K 3.2K 111
                                    

Assalamu'alikum wr.wb

Sebelumnya, fi makasih banget buat semua pembaca IAY yang udah mau luangin waktunya buat sekedar baca atau ngevote cerita freak ini.

Dan Alhamdulillah, cerita ini bisa nembus 100k+viewers dan itu semua tentu aja berkat kalian. Terimakasih banyak dan sekaligus maaf yang sebesar-besarnya karena fi baru bisa upload cerita ini sekarang. Karena banyak banget kendala buat bikin satu chapter terakhir ini biar bisa terkesan dan beda.

Mungkin sekitar 5 atau 6 kali bikin tapi gak pernah yakin. Dan barulah sekarang, akhirnya fi putuskan untuk di upload.

Sekali lagi, terima kasih banyak dan maaf udah gantungin kalian🙇

Kalo gitu, langsung aja💃

Happy Reading~

.

EXTRA PART - KEPERCAYAAN

🌸

"Komitmen sebuah hubungan, kalau gak dilandasi rasa percaya, itu sama halnya dengan percuma."

.

Aku membuka mata. Hal pertama yang kulihat, selimut hangat yang menutupi tubuhku.

Kucoba menggerakan jari jemariku, tetapi sesuatu yang hangat mengurung tanganku. Aku tersenyum, memperhatikan caranya menggenggam tanganku erat.

Perlahan, tak mau mengganggu tidurnya, aku menegakkan kepala yang sebelumnya kutaruh pada bahunya.

Sekali lagi, aku melihat gengaman itu. Lalu beralih menatap wajahnya yang tenang. Jari jemariku yang bebas terangkat menyentuh pipinya. Secara spontan, otakku mulai memutar dokumentasi antara aku dan dia. Senyum manisnya masih aku ingat jelas ketika pertama kali kupustuskan untuk menaruh hati padanya. Hari-hariku yang selalu berjalan pada garis horizontal, lambat laun membentuk grafik yang menggambarkan kinerja jantungku saat aku tahu ia membalas perasaanku.

Tak bisa kupungkiri, aku masih bisa menatapanya sedekat ini walau waktu sering mempermainkan kami.

"Morning, Ta."

Satu kecupan di dahiku membuatku sedikit memekik akan tingkahnya yang tiba-tiba.

Aku mengerjap lalu tersenyum lebih lebar hingga gigiku terlihat. "Morning too, El."

Kurasakan genggamannya mengerat dan kulihat matanya sukses terbuka. Aku tersadar, ia mencium dahiku dengan mata tertutup. Pipiku memerah, aku memalingkan wajahku ke jendela pesawat yang menyuguhkan pemandangan awan bersih.

Jantungku berpacu lebih cepat bersamaan dengan udara di sekitarku yang ikut berubah menjadi panas. Entahlah, aku hanya terlampau menyukai caranya memberikan ciuman singkat di dahiku dengan keadaan mata tetutup.

Aku mendengar kekehannya dan tak lama bahuku terasa berat. Rupanya ia menaruh kepalanya pada bahuku. Memang akhir-akhir ini ia sering melakukannya, bersender pada bahu dengan tangan kami yang saling bertautan.

Aku menengok sekilas. "El, kenapa kamu sekarang suka nyender di bahu aku?"

Aku menahan geli karena Elfan semakin menelusupkan kepalanya hingga rambutnya menyentuh kulit leherku.

I Admired You • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang