13. Impossible

53.3K 4.2K 109
                                    

13. Impossible

.

Matahari kini perlahan-lahan telah menyinari Ibukota Jakarta. Membangunkan setiap penduduk kota untuk memulai kegiatannya masing-masing. Jalanan yang sebelumnya lengang kini mulai dipadati banyaknya kendaraan umum maupun pribadi.

Sama halnya dengan SMA GUSTAV Jakarta yang tadinya sepi menjadi semakin ramai karna kedatangan murid dari kelas 10, 11, maupun kelas 12 dan juga guru-guru.

Parkiranpun kini terlihat sesak penuh terisi berbagai macam kendaraan pribadi baik mobil atau motor. Membuat seseorang dari dalam mobil sport berwarna merah itu menggerutu karna belum menemukan parkiran yang kosong untuk menaruh mobilnya.

"Udahlah kak, gak usah ngomel-ngomel gak jelas gitu," kata Renata menenangkan Dylan yang sedari tadi memdumal tak jelas.

"Gimana mau tenang Ta? 5 menit lagi bel masuk. Kamu turun aja deh, nanti kamu malah ikut-ikutan telat." Dylan terus mengadah mencari tempat parkiran yang sekiranya bisa ditempati mobilnya.

"Yakin? Tata turun nih?" tanya Renata untuk memastikan.

"Iya Tata," "Oh ya, pulangnya ada latihan dance 'kan?"

Renata mengangguk. "Tata duluan ya kak," ucap Renata seraya membuka pintu mobil Dylan.

Renata mengatur nafasnya yang sedikit memburu karna harus berlari agar tak terlambat masuk ke kelasnya. Ia segera meneguk air putih di botolnya setelah mendaratkan pantatnya di bangku miliknya.

Mendapati Renata baru datang, dahi Sania berkerut samar. "Tumben lo telat, kenapa?"

Renata menengokkan kepalanya ke arah Sania lalu menutup rapat botolnya. "Kak Dylan telat bangun."

Sania ber-oh ria seraya kepalanya mengangguk paham.

"Lo udah ngerjain pr fisika, Ren?" Tanya Sania.

Renata berdeham lalu mengeluarkan buku tugas fisika dari dalam tasnya dan menyerahkannya pada Sania. Senyum ceria Sania terbit tatkala menerima buku Renata. Ia bergegas menyalin jawaban Renata sebelum guru yang terkenal killer itu masuk.

Sedetik setelah Sania menyalin jawaban Renata, seorang guru masuk sambil menenteng buku tebal penuh rumus yang berjudul Fisika.

Seketika kelas yang tadinya ricuh menjadi hening tak bersuara.

Ketua kelas langsung menyiapkan temannya untuk memberi salam kepada guru wanita paruh baya itu.

⚫⚫⚫

"Ren, anterin gue ke ruang osis yuk! Ada berkas yang belum gue kasih ke Falen," pinta Sania kepada Renata.

Renata mengangguk kilat sebelum mengikuti Sania yang membawa beberapa klipingan kertas yang diyakini adalah berkas osis.

Ruang osis terletak di lantai 3 dimana lantai itu dihuni oleh kelas 12. Baik kelas 12 IPA maupun IPS.

Hawa sejuk yang berasal dari ruang AC menerpa permukaan kulis Sania dan Renata ketika masuk ke ruangan itu.

"Eh Sania, gue kira siapa tadi," Ucap Falenㅡsi ketua osis.

Sania dan Renata berjalan mendekat ke arah Falen yang sedang sibuk mengutak-atik laptop di hadapannya, entah apa yang sedang ia kerjakan di dalam laptop itu.

Sania tersenyum lalu mengulurkan tangan yang memegang berkas ke arah Falen.

"Apa ini?" Tanya Falen.

I Admired You • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang