18. A Date?
"Perlahan namun pasti, hati ini mulai membuka lembaran baru dan satu persatu mulai menghapus namanya menjadi namamu."
.
Sesuai janji Elfan, kini mereka berduaㅡElfan dan Renata sedang berada dalam perjalanan menuju suatu tempat. Tempat yang tak jauh dari gedung sekolah mereka.
Sebelumnya, Elfan menjemput Renata saat gadis itu masih berada di ruang club dance. Padahal, saat Elfan menepuk bahunya dari belakang, Renata sedang menutup ruang dance dan akan melangkahkan kaki menuju lapangan indor. Karna memang, Elfan menyuruhnya pergi ke sana jika ia sudah selesai dengan kegiatan menarinya. Tapi yang ia lihat, saat ia membalikkan tubuhnya, Elfan berdiri di depannya dengan senyum yang teramat manis bagi Renata.
Berkali-kali Renata mencoba memainkan jari-jarinya yang terasa basah untuk sedikit menghilangkan rasa kegugubannya saat ini. Berdua dengan pujaan hati disatu mobil seperti ini, perempuan mana yang tak merasakan hal yang sama dengannya? Pasti semua perempuan akan merasakan hal yang sama dengan Renata jika itu terjadi di kehidupan mereka.
Renata berusaha menahan keinginannya untuk melihati wajah tampan milik Elfan yang kini terlihat fokus dengan kemudinya. Melihat gedung-gedung kantoran yang menjulang tinggi di tepi jalan adalah cara ampuh untuk mengalihkan pandangannya pada laki-laki di sampingnya.
Dahi Renata berkerut samar ketika mobil sport yang ia tumpangi berhenti di depan sebuah kantor besar.
Sebuah pertanyaan terlintas di benak Renata. Untuk apa Elfan membawanya ke tempat ini?
Renata sedikit memutar kepalanya ke kanan saat terdengar bunyi pintu tertutup. Dari dalam mobil, mata Renata mengikuti langkah Elfan yang memutar mobilnya menuju ke pintu penumpang.
Elfan membuka pintu itu, "Kita udah sampe, ayo turun."
Renata melepas safety belt lalu menuruni mobil dengan sedikit kikuk. Pasalnya, pandangan Elfan sedari tadi tak lepas dari Renata. Hei, mana ada sih? Perempuan yang tidak salah tingkah jika dipandang seperti itu oleh pujaan hatinya?
Setelah Elfan menutup pintu penumpang, ia langsung mengamit tangan Renata, membuat gadis itu sedikit tersentak akibat ulah Elfan. Entahlah, Renata tak tau mengapa Elfan bertingkah aneh hari ini.
Elfan mengamit tangan Renata seraya berjalan memasuki gedung kantor tersebut. Banyak pegawai di sana yang menyapa Elfan dengan senyum dan kepala sedikit menunduk. Elfan membalasnya dengan senyuman yang memperlihatkan gigi bagian atasnya yang rapi.
"Eitttss Elfan udah gede ya? Sekarang udah berani bawa cewek ke kantor bos. Eh, by the way, ini pacar kamu Fan?" Salah satu pegawai laki-laki yang terlihat masih muda, menyapa Elfan dengan sedikit nada humornya.
Elfan menjabat tangan pegawai itu saat laki-laki itu mengulurkan tangan ke arahnya. "Bukan bang, cuman temen kok."
Pegawai itu tersenyum miring, "Temen apa temen?"
"Iya bang, udah ah! Elfan mau ke tempat biasa dulu." Elfan berjalan sambil masih mengamit tangan Renata, meninggalkan pegawai laki-laki tadi yang berteriak mengejeknya.
Renata menarik nafas lalu membuangnya berkali-kali karna rasa gugubnya yang tiba-tiba naik level tiga kali lipat, saat Elfan membawanya masuk ke sebuah lift yang hanya ada mereka berdua di dalamnya.
Tanpa Renata tau, saat ini Elfan juga merasakan hal yang sama dengan Renata. Berkali-kali Elfan mencoba menyibukkan dirinya dengan handphone bercase hitam miliknya. Bedanya, Elfan lebih bisa mengendalikan keadaan dirinya yang sebelas dua belas dengan Renata daripada gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Admired You • completed
Teen Fiction#VERNANDOSERIES 1 🤴🏻 Hanya satu keinginan Renata saat ini. Menjadi 'satu' dari 'semua' alasan Elfan untuk tersenyum. Copyright. 2016 oleh nafiaaw ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ CERITA PERTAMA DAN MASIH ACAK²AN. JADI HARAP MAKLUM, NAMUN TERIMA KASIH BANYAK...