Mobil yang mereka tumpangi semakin cepat melaju. Renata tak tau harus berekspresi seperti apa. Di satu sisi, ia ketakutan bagaimana cara Kyla menyetir mobil. Tapi di sebelah sisi lainnya, ekspresi Kyla menggelap, senyum yang biasa terpampang di depannya tenggelam bagai lumpur.
"Cerita apa? Aku siap dengerin."
Kyla berdecak. "Jangan sok perhatian. Gue benci orang-orang kayak lo."
Sepertinya, diam adalah hal terbaik yang harus Renata lakukan sekarang.
"Sebelumnya kenalin, gue Zerlin."
Renata menolehkan kepalanya cepat. "Maksud kamu?"
"Gue bukan Kyla. Tapi Zerlin."
"Lo pasti gak tahu karena Elfan cuman akan cerita tentang Andin ke lo. Bener kan gue?" Mata Kyla terus menatap ke depan, lurus namun penuh kemarahan.
Renata ingin menjawab, tapi ia urungkan.
"Lo juga tau kalo sakit hati itu sangat menyakitkan. Atau lo belum pernah ngrasain hal itu?"
Kyla mendesah kecil. "Pasti lo belum pernah karena lo bisa dapetin Elfan dengan mudah. Sedangkan gue? Ck. Terhitung udah 5 tahun gue suka sama dia tapi sedikipun dia gak nglihat gue."
"Jadi kamuㅡ"
"Ya, gue suka Elfan dari dulu. Bahkan sebelum lo sama si wanita gak tau terima kasih itu hadir di hidup gue!" Nada bicara Kyla meninggi.
"Siapa?"
"Siapa lagi kalo bukan Andin? Cewek yang udah gue anggep sahabat tapi dengan enaknya ngrebut Elfan dari gue. Bener-bener gak tau terima kasih!"
Tiba-tiba Kyla tertawa. "Tapi.. hari yang udah gue rencanain akhirnya terjadi juga. Gue berhasil nyingkirin Andin dari hidup Elfan. Dengan tangan gue sendiri."
Renata membelalak tak percaya akan kalimat yang Kyla ucapkan barusan. "Gak mungkin."
Kyla tersenyum sinis. "Kenapa gak mungkin? Itu adalah hal kecil bagi gue. Dan perlu lo tau.."
"Gue benci seseorang yang hadir cuman buat ngrebut Elfan dari gue. Termasuk lo."
Dapat Renata rasakan ketakutan meraba kedua telapak tangannya. Menjadikannya dingin namun dalam kondisi berkeringat.
"Aku tau perasaan sakit hati itu kayak apa. Dan itu memang menyakitkan, tapi cara yang kamu lakuin untuk membalas sakit hati itu salah besar."
Kyla menggeleng kuat. "Lo gak akan tau apa yang udah gue rasain! Jadi diem dan dengerin gue!"
Mulut Renata bungkam. Rasa takut itu sedikit hilang entah kemana. Tergantikan oleh rasa penasaran serta kekhawatiran yang tiba-tiba muncul ke permukaan.
"Dari dulu, dari semenjak gue kenal Elfan waktu MOS, gue udah suka sama dia. Berbagai cara gue lakuin biar Elfan bisa liat gue. Tapi dia tetep gak mandang gue sedikitpun. Sampe akhirnya Andin dateng, awalnya dia baik sama gue. Tapi lama kelamaan entah gimana caranya, dia bisa buat Elfan liat ke arahnya. Tanpa perjuangan, tanpa air mata, tanpa rasa sakit hati yang sering gue rasain tiap hari."
Kyla mengelap air mata yang telah membasahi pipinya. "Gue pengen Andin juga ngrasain apa yang gue rasain! Biar dia tau arti sakit disetiap tangisan gue."
"Tapi Kylㅡ"
"Diem! Gue belum selese!" Bentaknya memotong ucapan Renata.
"Andin selalu mamerin hubungan dia di depan gue. Mentingin segala hal buat Elfan dan manggil gue kalo ada perlu doang. Mana ada hati yang gak sakit digituin?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Admired You • completed
Teen Fiction#VERNANDOSERIES 1 🤴🏻 Hanya satu keinginan Renata saat ini. Menjadi 'satu' dari 'semua' alasan Elfan untuk tersenyum. Copyright. 2016 oleh nafiaaw ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ CERITA PERTAMA DAN MASIH ACAK²AN. JADI HARAP MAKLUM, NAMUN TERIMA KASIH BANYAK...