46. Wounds

31.4K 2.9K 99
                                    

[[Jangan lupa vote dan comment. Pembaca yang baik adalah pembaca yang menghargai penulisnya🐣]]

Happy Reading⚫⚪

.

Waktu pengambilan rapor tinggal seminggu lagi. Yang artinya, waktu liburan sebentar lagi akan menyapa di depan mata. Dan jelas, senyum cerah selalu hadir di wajah Sania. Keadaan hatinya sedang baik, terlihat dari cara ia berbicara.

"Kalian liburan nanti mau pada kemana? Wahai sahabat-sahabat sejatiku yang unyu-unyu titisan dewa-dewi." Mereka saling menatap satu sama lain. Apa Sania salah makan hari ini?

"Kok pada diem? Ih nyaut kek! Yoyo, Tata, El, Kyl, my sweetie boonya kyla, Len, Dit, Grace!" Ucap Sania sembari menatap satu persatu wajah teman-temannya itu.

Keadaan seketika jadi garing, mungkin jika volume di sekitar sini bisa di perbesar, suara jangkrik akan terdengar dengan jelas.

"Kamu aneh San," ucap Renata membuka suara. Dan itu diangguki oleh semua kecuali Falen. Entah mengapa, laki-laki itu sedari tadi terdiam. Tidak seperti biasanya.

"Kok aneh? Gue bersikap lembut salah, gue galak salah. Mau kalian apa sih?" Gerutu Sania.

"Ya gak ada yang salah sih, cuman terlalu tiba-tiba aja." Imbuh Kyla.

Sania tak membalas ucapan Kyla, ia lebih memilih duduk di samping Rio dengan wajah ditekuk. Perilaku kecil Sania itu entah mengapa terlihat imut dan manis di mata Rio.  Wahh sepertinya ia terlalu menyukai gadis itu.

Mbak neneng datang membawa pesanan mereka, siomay Bang Ujang. Dengan gaya seperti biasaㅡcentil dan genitㅡmembuat Elfan, Raka, dan Radit memulai aksinya.

"Mbak gimana malam pertamanya sama suami baru?" Cecar Raka duluan.

For your information, Mbak Neneng sudah menikah 2 bulan yang lalu.

Dan lihat, wajah Mbak Neneng seketika memerah karena malu lalu detik selanjutnya ia melenggang pergi. Mereka semua tertawa melihatnya. Namun tidak bagi Renata, Rio, dan Falen. Mereka bertiga sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Renata dan Rio, mereka menatap Falen dengan pandangan tidak biasa. Dalam artian, Falen hari ini begitu aneh. Lebih aneh dari Sania.

Arah pandang mata mereka serempak ke atas, mengadah menatap Falen yang tiba-tiba bangkit dari duduknya. "Gue duluan ya? Mau ngasih proposal perpisahan ke kepsek. Takut ntar kelupaan."

"Proposal? Bukannya masih diketik sama Gea?" Ucap Radit setelah meminum jusnya.

"Eumm.. gue dapet sms tadi katanya udah jadi." Perkataan Falen terdengar seperti alibi belaka. Tetapi juga terdengar meyakinkan.

Radit berdecak kagum. "Wah tumben tuh anak cepet ngerjain proposalnya?"

"Gue gembleng soalnya biar cepet selese. Ya lo tau sendiri Gea kalo gak di gituin bakalan lama ngerjainnya malah sampe ngaret. Mumpung udah selese, jadi gue langsung ke sana aja ya? Biar cepet-cepet diaccept sama kepsek." Sania dan Radit yang notabenya adalah anggota OSIS mengangguk setuju.

Sania mengacungkan jempol ke arah Falen. "Lebih cepat lebih baik, ketos."

Falen tersenyum. "Yaudah kalo gitu, gue duluan!"

"Hati-hati Len!" Seru Elfan tiba-tiba, yang membuat semuanya bersorak mengejek.

"Unchhh percaya deh yang udah baikan sekarang makin mesra aja." Goda Grace.

"Posesif amat bang, tenang aja Falen cuman ke ruang OSIS kok." Imbuh Raka dengan tawa mengejeknya.

Elfan hanya memutar bola matanya malas dan lebih memilih menatap Renata yang kini ikut-ikutan tertawa.

I Admired You • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang