43. Happiness

30.2K 2.6K 77
                                    

Maaf kalo ada typo atau kesalahan dalam penulisan. Males ngedit hehe.

Jangan lupa vote:)
.

Happy Reading~♡

Sania mengerutkan dahinya ketika ia masuk kelas, Renata sudah berkutik dengan buku fisikanya. Padahal ujian kenaikan kelas akan berlangsung 1 bulan lagi, yang artinya masih lama dan masih banyak waktu. Sania tak habis pikir dengan Renata.

"Ren, lo niat banget sih?" Ucap Sania, lalu menaruh tasnya di kursi samping Renata.

"Ujian sebulan lagi San, mana bisa aku santai?" Mata Renata terus melihat bukunya tanpa sedikitpun berpaling.

Sania memutar bola matanya. "Ya lah terserah." Diambilnya ponsel lalu memainkannya.

"Pagi San, pagi Ren!"

"Pagi juga Kyl," ucap Sania dan Renata bersamaan namun tak sedikitpun berpaling dengan benda di depannya masing-masing.

"Sebangku tapi beda banget ya? Satunya tipe anak rajin, satunya tipe pasrah." Kyla menaruh tasnya di bangku depan Sania.

"Pasrah? Maksudnya?" Sepertinya Sania mulai tertarik dengan pembicaraan Kyla.

"Iya, pasrah aja nanti ujiannya gimana." Sania mendengus, sedangkan Kyla tertawa kecil.

Siswa-siswi mulai berdatangan satu-persatu dan bel masuk berdering 15 menit setelahnya. Pelajaran demi pelajaran hampir semuanya menitik pusatkan pada materi ujian nanti. Dan benar saja, saat Sania menengok ke arah Renata, ia begitu serius bahkan dahinya sempat berkerut beberapa kali ketika materi yang diajarkan sulit dimengerti dan didetik selanjutnya pasti gadis itu langsung mengacungkan jarinya untuk bertanya. Begitu seterusnya sampai bel istirahat berbunyi.

"Ren lo mau ke kantin?" Ucap Sania sembari membereskan buku-bukunya yang tercacar di meja.

"Gak deh San, aku masih kenyang. Kamu duluan aja. Aku habis ini mau ke perpus, ada buku yang mau aku pinjem." Sania mengangguk paham, lalu ia beralih mengajak Kyla dan langsung tanggapi gadis itu.

Kelas kosong saat Sania dan Kyla keluar, menyisakan Renata yang masih sibuk merapihkan alat tulisnya dan beberapa anak laki-laki yang memilih untuk mojok. Melakukan rutinitas kebiasaan mereka yang Renata sendiri tak pernah tau apa itu.

Setelah meja benar-benar bersih dari alat tulis, Renata bangkit dan berjalan keluar kelas. Mata Renata terus menatap lurus ke depan, kadang sesekali menengok saat beberapa siswa menyapanya.

Brukk

Tubuh Renata limbung dan terjatuh karena seseorang menabraknya. Rintihan kecil terdengar namun hanya sesaat.

"Eh sorry sorry gue gak sengaja. Lo gak papa?" Gadis yang menabraknya membantu Renata untuk berdiri.

"Aku gak papa. Makㅡ" Renata tak bisa menutupi keterkejutannya saat bertemu tatap dengan gadis yang telah menabraknya. Begitu pula gadis itu.

"Kalo tau ternyata yang gue tabrak itu lo, gue rasa gue gak perlu minta maaf." Sinisnya lalu mengambil langkah hendak menjauhi Renata.

"Tunggu Clar." Cegah Renata.

Clara hanya berhenti tanpa mau menoleh.

Renata mengambil napas. "Apa bener, semua yang terjadi sama aku, itu kamu pelakunya?"

"Kalau iya kenapa?" Ketus Clara.

"Termasuk kejadian kemarin?" Renata berharap cemas. Clara tak mungkin melakukannya kan?

"Iya. Emang gue yang nglakuin."

Renata terdiam. Bisa ia rasakan petir menyambar dirinya. "Kenapa kamu lakuin itu?"

I Admired You • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang