28. C C T V

41.3K 3.3K 153
                                    

28. C C T V

.

Happy Reading...

Bau air tanah menyeruak di hidung Renata. Rupanya, tadi malam awan telah menumpahkan semua air mata yang terbendung. Lebih tepatnya belum, awan belum semua mengeluarkan air mata itu. Ia masih menyisakan seperempat dari semua yang ia simpan. Terbukti dari cuaca pagi ini, meski cahaya matahari beranjak mendekati posisi di tengah-tengah atau lebih tepat di atas kepala, air itu terus berjatuhan. Sepertinya, awan ingin memberi kesempatan lebih bagi sang mentari untuk beristirahat.

Rintikan demi rintikan terus membasahi bumi, membuat Renata semakin merapatkan jaket biru muda yang melekat di tubuhnya.

Berulang kali Renata menggosok telapak tangan, berharap dari gosokkan itu sedikit membuat tangan yang dingin menjadi hangat. Namun sekian kali ia mencoba, tak juga membuahkan hasil.

Renata menutup matanya,

Hangat.

Eh?

Ia menoleh ke samping, menatap seseorang yang menggenggam tangannya erat.

Renata tersenyum, "Elfan?" Ucapnya sembari mengamati wajah Elfan yang juga tersenyum.

"Gak masuk kelas? Di sini dingin, ntar kamu sakit." Elfan semakin menggengam erat jari jemari Renata, memberi efek hangat di sana.

Dengan senyum yang masih terpampang, Renata kembali menatap hujan. "Gak ada pelajaran," jeda Renata. "Cuman duduk di sini gak akan bikin sakit Elfan."

Renata menoleh, "Kamu sendiri? Kenapa di sini?" Imbuhnya.

"Sama. Aku juga gak ada pelajaran." Ucap Elfan sembari menggosokkan kedua telapak tangannya yang merekat erat dengan jari jemari Renata.

Renata mengamati jari-jarinya yang tertaut dengan jari-jari Elfan, tersenyum ketika Elfan mencoba berbagai cara agar jari dingin Renata menjadi hangat.

Meski yang Elfan lakukan pada jari dingin itu hanya sia-sia, tidak bagi hati Renata, perbuatan manis Elfan membuat hatiya menghangat. Berbanding terbalik dengan jari-jari yang masih saja terasa dingin di kulit Elfan.

Sesekali Elfan meniup-niup tangan Renata, menggosok-gosokkannya lagi dan lagi dengan kedua tangan itu.

Tak kunjung berhasil, Renata terkekeh. "Udahlah, Fan. Percuma kamu tiup-tiupin terus dari tadi, gak akan berhasil tau!"

Reflek, Elfan menghentikan kegiatannya dan menolehkan kepala menatap mata Renata. "Kenapa?"

"Tangan aku emang gini, istilahnya menyusaikan sama cuaca gitu. Kalo hujan-hujan kayak sekarang atau kemarau, tangan aku pasti menyusaikan sama udara yang masuk. Kalo dingin ya dingin kalo hangat ya hangat." Ucap Renata sembari tersenyum.

Elfan terkekeh seraya memandangi rintikan hujan di depan sanaㅡhanya berlangsung sesaat, lalu kembali menatap wajah cantik Renata.

"Kamu ada-ada aja, tapi kayaknya, tangan aku udah betah kayak gini," Elfan mangaitkan tangan kirinya dengan tangan kanan Renata. Kedua bibir Elfan terangkat melengkung, "Dia nyaman di posisi kayak gini. Meskipun tangan kamu dingin, tapi nyaman. Kayak matahari yang berusaha menetralkan hawa dingin di bumi."

Renata mengamati wajah Elfan lamat-lamat, sekali lagi, perkataan sederhana Elfan membuat hatinya berdesir.

Elfan mengadah, menatap raut wajah Renata dengan dahi berkerut. "Kenapa ngliatin aku? Ahh! Aku tau... kamu pasti baru nyadar kalo aku ini ganteng," ucapnya dengan nada bangga.

I Admired You • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang