10. It's Okay

58.4K 4.7K 62
                                    

10. It's Okay

"Sampai kapan aku bisa mengatakan kalimat keramat 'aku gak papa' saat mataku terus melihatmu tersenyum bersama wanita lain?"

.

"Loh? Kak Alva? Sejak kapan kakak pulang? Kok Tata gak tau?" Sahut Renata saat mendapati Alva yang duduk di depannya dengan pakaian santainya.

Alva terdiam beberapa saat. Setelahnya, kedua ujung bibirnya terangkat membentuk senyuman sebelum berkata. "Kakak udah pulang dari kemarin lusa. Kamunya aja yang gak nyadar kakak pulang."

Alis kiri Renata terangkat pertanda ia sedang bingung saat ini. Mulutnya masih asik mengunyah roti selai yang tadi ia buat sendiri.

Setelah menelannya bulat-bulat, ia berkata. "Kemarin lusa? Kalo lusa kakak pulang, seharusnya Tata udah liat kakak dong dari kemarin."

Alva kembali melirik adiknya dengan tangan yang masih sibuk mengolesi selembar roti gandum dengan selai coklat.

"Kemarin lusa kakak udah nyapa kamu pas pulang sekolah, tapi kamunya langsung lari aja ke kamar nyuekin kakak. Pas malemnya, kakak ke rumah temen buat nyerahin dokumen biar bisa diedit jadinya kakak terpaksa nginep biar dokumennya jadi besok. Baru pulang sekitar jam 2 malem, kamu 'kan udah tidur jam segitu. Ya makanya baru sekarang kamu liat kakak," jelas Alva.

Renata mengangguk paham akan penjelasan dari kakaknya itu. Selanjutnya ia menyengir kuda. "Hehe maaf kak, Tata gak tau kalo Kak Alva mangggil Tata."

"Emangnya pas pulang sekolah itu Tata kenapa? Kok buru-buru banget masuk kamar?"

Renata terdiam sesaat. Apa ia harus mengatakannya? Bahwa waktu itu ia terlampau senang karna seseorang? Tidak, tidak. Renata tak mau kakaknya tau. Apalagi dengan sifat protektif kakaknya yang bernama Alvaro Oska ini. Bisa-bisa Alva menjadi polisi mendadak jika ia beritahu. Mengintrogasinya habis-habisan sampai ia tak bisa berkata-kata lagi.

"Tata capek kak," bohongnya.

"Capek? Emang abis ngapain?"

Setelah menelan habis roti di mulutnya, Renata segera menenggak habis air putih yang tinggal setengah itu. Lalu matanya kembali mengarah ke Alva sambil berkata. "Abis nari."

Alis Alva tertaut samar saat setelah mendengar kata-kata Renata. "Nari? Emangnya kamu ikut club dance?"

Renata mengangguk.

"Cuman buat nggantiin Karin sih, dia abis kecelakaan, trus club dancenya mau lomba 2 bulan lagi. Tata di suruh sama temen se-clubnya buat nggantiin dia. Tata mau nolak, tapi kasian sama mereka. Yaudah Tata terima aja," tutur Renata.

Dylan mengangguk paham akan tuturan adiknya. "Yaudah bagus dong kamu ikut. Siapa tau kamu bisa nari kedepannya."

"Oh ya," sahut Alva tiba-tiba membuat Dylan dan Renata kini menatapnya menunggu kelanjutan ucapannya.

"Bunda tadi malem nelfon Kak Alva, katanya bunda mau ngurusin butiknya dulu di Los Angeles. Sekalian nemenin daddy di sana. Jadi dia agak lama. Ya.. kurang lebih sekitar 1 bulanan," Lanjut Alva.

Dylan dan Renata mengangguk paham akan ucapan kakaknya. Selanjutnya, mereka berdua berpamitan dengan Alva sebelum berangkat ke sekolah.

⚫⚫⚫

Setelah mengantar adiknya sampai di kelas, Dylan berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai tiga. Lantai yang berisikan kelas 12 angkatannya.

I Admired You • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang