16. Jealous

52.9K 4.3K 121
                                    

16. Jealous

"Salahkah jika hati ini cemburu saat melihatmu bersamanya? Yang aku inginkan kamu bersamaku, bukan dengannya"

.

"Guys latihan dilanjut hari sabtu ya, gue rasa udah cukup latihan hari ini," ucap Dylan memberi komando kepada anggota basket di depannya.

"Oke bang!" Jawab mereka kompak.

Setelah mendapat komando dari si ketua basket alias Dylan, Elfan, Radit, Raka, dan Rio bergegas mengganti baju jersey menjadi seragam khas sekolah SMA GUSTAV.

Latihan dadakan seperti saat ini biasa terjadi saat mendekati lomba. Sebagai ketua, Dylan hanya mau yang terbaik untuk timnya. Melatih dengan giat agar anggotanya bisa fokus saat lomba nanti.

"Perut gue udah bunyi nih, kantin yuk!" Celetuk Raka diselang acara ganti bajunya.

"Gue juga nih, cacing-cacing di perut gue udah nangis minta diisi," timpal Rio seraya melipat baju jerseynya lalu dimasukkan ke paper bag.

"Udah pada selese 'kan? Langsung kantin aja yuk!" Ajak Raka yang langsung mendapat anggukan setuju dari ke-tiga temannya.

Sama seperti biasanya, jika ke-empat laki-laki ini berjalan beriringan, banyak yang menatap mereka dengan pandangan terkagum-kagum. Pemain basket, juara kelas, tampan, kaya, murah senyum, tinggi, dan manis. Siapa yang tak menginginkan laki-laki seperti mereka?

Apalagi mereka ini bukan laki-laki yang suka PHP-in cewek-cewek. Emm ralat, kecuali Raka. Tapi mereka jago kalo urusan bikin anak orang cepet baper.

Langkah mereka terhenti karna Rio, yang berjalan paling depan tiba-tiba berhenti.

"Napa yo?" Tanya Raka yang juga ikut menghentikan langkahnya dan berdiri di samping Rio.

Mata Rio menyipit memandangi dua orang yang terlihat asik bercengkrama di taman.

"Itu bukannya Renata sama Falen?" Tanya Rio seraya menunjuk dua sejoli dari arah matanya.

Elfan, Raka, dan Radit akhirnya mengikuti arah pandang Rio.

"Sejak kapan Falen deket sama cewek? Sama Renata lagi," sahut Raka tiba-tiba yang membuat rahang tegas Elfan semakin terlihat jelas.

Saat Rio membalikkan badan menatap teman-temannya, ia sadar ada yang aneh dari raut wajah Elfan.

Rio teringat sesuatu. Seingat dia, waktu itu kayaknya Elfan ndeketin Renata juga deh.

"Fan," panggil Rio, membuat laki-laki berahang tegas ini menoleh kepadanya.

"Lo yakin mau biarin mereka? Menurut gue ya Fan, lo kurang gercep ngambil tindakan."

Elfan kembali mengalihkan wajahnya menatap Renata dan Falen yang sekarang sedang terlihat tertawa bersama. Entah, Elfan tidak tau mengapa dirinya seperti dibakar emosi. Elfan hanya tidak suka melihat Renata sedekat itu dengan laki-laki lain. Apalagi laki-laki itu adalah Falen, 'Mantan Sahabatnya'.

"Gue gak cemburu sama dia," ada nada keraguan yang terselip di nada bicara Elfan.

Sebagai sahabat Elfan dari kecil, Rio sangat paham apa yang sedang Elfan coba sembunyikan darinya.

"Gue gak bilang lo cemburu Fan," kata Rio terang-terangan.

"Gue gak suka sama Renata," entah apa yang sedang Elfan sembunyikan sehingga bicaranya melantur kemana-mana.

"Dan gue juga gak bilang, kalo lo suka sama dia."

Skakmat

Elfan terdiam. Kali ini ia berhasil terpojokkan oleh omongannya sendiri. Elfan tidak tahu apa yang sedang ia rasakan saat ini. Melihat Renata, gadis yang baru datang dalam kehidupannya ini membuat dirinya dilanda kebingungan. Elfan suka Renata tersenyum, menurutnya itu sangat manis. Dan Elfan sangat menyukai senyum itu. Elfan juga merasa bahagia saat Renata berada di dekatnya. Tapi Elfan juga tidak suka jika Renata bersama laki-laki lain selain dirinya. Perasaan apa ini? Pasalnya, sudah 1 tahun lamanya, Elfan memutuskan untuk tidak berhubungan dengan gadis manapun.

I Admired You • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang