Chapter 6

4.8K 152 9
                                    

Gengs.. plis voment😢😢😢

Sebentar lagi Louis datang. Ini sudah setengah jam dari dia menelfonku tadi.
Oh Tuhan. Jika dia melihat dapurku...

Ok. Aku harus tetap tenang. Aku tidak boleh terlihat seperti gadis kecil yang kesusahan.

Menikmati resa, tak lama suara ketukan pintu pun membuat aku yang sedang duduk di sofa terkejut dan melempar pandanganku ke arah pintu.

"I iy iya!! I'm comming!" Teriakku gemetar.

Perlahan akupun membangkitkan tubuhku dari posisi dudukku tadi kemudian berjalan ke arah pintu.

Dan saat ku buka.

Aku menemukan sosok Louis.

Tidak berekspresi. Benar-benar datar. Dengan niat untuk mencairkan suasana aku pun menghamburkan diriku ke arahnya untuk memeluknya. Tapi Louis hanya membalas pelukanku dengan sebelah tangan.

"Ak akhirnya k ka kau datang juga. Ayo masuk." ajak ku gugup

Dan Louis hanya diam saja sambil melangkahkan kakinya masuk ke apartmentku.

"Kau mau minum apa, Lou? Ah... Susu coklat. Ayo kita minum susu coklat hangat buatanku. Kau pasti merindukannya. Duduklah di sini. Aku akan kembali, okay?" Ucapku tersenyum.

Saat aku mencoba melangkah pergi Louis membuka suaranya.

"Kendall. Berhenti." Perintahnya dingin. Sial! Dia memanggilku dengan menggunakan namaku.

"Ad ada ada apa, Lou?" Gadis batinku mulai ketakutan

"Kenapa kau tidak menjawab telfonku? Kenapa kau tidak membalas pesanku? Apa kau tahu bahwa aku mengkhawatirkanmu? Dan jangan berpura-pura tenang. Aku tahu bahwa disini telah terjadi kebakaran. Aku masih mencium bau asapnya, Kendall."

Louis bertanya dengan sangat dingin. Namun tidak memperlihatkan nada amarah. Ini yang aku benci darinya. Aku selalu kebingungan mengahadapinya jika seperti ini. Karena aku tidak tahu apakah dia benar-benar marah, kesal atau hanya khawatir. Ck! Menyebalkan!

"Baiklah Lou. Dengarkan aku-..."

"Aku selalu mendengarkanmu, Kendall." balasnya cepat.

Sial!

"Baiklah. Untuk masalah telfon dan pesan mu, aku lupa menaruh ponselku. Aku mengira bahwa ponselku hilang. Dan ternyata tertinggal di apartment temanku, Gigi. Dia juga tidak tahu ponselku ada disana karena aku merubah pengaturan profile nya menjadi silent mode sehingga ketika ada pesan atau telfon yang masuk, ponselku tidak berdering. Kemudian tadi saat dia bersiap berangkat ke Milan untuk pemotretan, dia menemukan ponselku terselip di sofanya. Dan tadi sebelum kau menelfon, itu baru saja dia mengembalikan ponselku." Sekilas aku mencoba menatap Louis dan mendapati Louis yang mendengarkanku dengan cermat.

"Dan untuk kebakaran. Aku tidak sengaja meninggalkan masakanku. Aku kira tidak akan masalah dengan api kecil untuk ku pergi ke toilet dulu, tapi ternyata." Lanjutku.

Namun, entahlah, tba-tiba saja Louis tersenyum.

"Lou? Are you okay?" Tanyaku takut.

"Huuuuuuuuuuuuuuuaaaaa" teriaknya girang kemudian menyambar tubuhku, memelukku dan menggendong serta memutarkannya.

"Lou.. ugh.. lep lepaskan. Turunkan aku, Lou."

"Kau berteman??!!! Benarkah??!!"

"Lou lepaskan!" Teriakku

"Sorry.. hahaha..Benarkah yang ku dengar? Kau mendapatkan teman disini? See.. Aku tidak salah mengambil keputusan untuk memisahkanmu dariku. Karena aku yakin mau tidak mau kau pasti akan membutuhkan seseorang untuk hidup. Oh God! Thank you so much!"

Night ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang