Chapter 1

13K 218 13
                                    

Warning typo ya guys!😣😣

London

"Lou! Aku tidak mau! Berapa kali lagi harus ku katakan, huh?!" Pekik ku kepada Louis yang sekarang berdiri di belakangku.

"Oh ayolah princess.. mengertilah. Ini untuk kebaikanmu." jelasnya sambil menghampiriku dan berusaha meraih kedua bahuku. Setelah dia mendapatkannya dia memutarkan tubuh ku ke arahnya.

"Aku mohon."

Ini sudah kesejuta kalinya di hari ini dia memohon untukku melakukan itu. Berhari-hari pula aku mencoba menolak permintaannya.

Tak menyerah, aku hanya melipat tanganku ke dada, dan mengalihkan pandanganku darinya. Ku gambarkan dengan jelas raut wajahku yang merajuk dan ketidaksetujuan akan rencananya terhadapku.

"Kau..!!" Sentakku sambil melepaskan pegangan tangan Louis pada bahuku dan menghadap ke kiri ke arah balkon kamarku.

"Apa kau tidak suka aku berada disini, huh?! Apa aku begitu menyusahkanmu?! Sudah ku katakan bahwa aku tidak ingin pindah ke New York. Aku tidak ingin melanjutkan kuliahku di sana! Ini sudah hampir masuk semester tujuh, Lou! Kau benar-benar menyebalkan!" Kesalku pada Louis. Berbicara tanpa melihatnya.

"Tapi sayang... Bukankah kau juga akan melanjutkan pendidikanmu ke Pascasarjana? Kau bisa melanjutkannya disana juga. Jadi, tidak akan ada yang sia-sia."

"Tapi tetap saja! Aku harus kembali beradaptasi, menyesuaikan diri. Bukankah kau tahu itu sekarang tidaklah mudah untukku?!"

"Aku tahu.." lirih nya.

Oh tidak tidak.. jangan lagi.

Mendengar suaranya yang lirih membuat gadis batinku tersentak dan memasang badan siaga dan waspada.

Sial! Tidak lagi! Dia pasti mengingatnya.

Ya Tuhan! Selama ini aku sudah berjanji kepada diriku untuk tidak lagi membuat Louis merasa sedih dan juga memunculkan rasa bersalahnya kepermukaan hatinya. Aku tidak akan tahan melihat dia jika dalam keadaan yang diliputi hal itu lagi. Aku tidak ingin ini memicu ingatannya pada kejadian tiga tahun lalu sehingga itu membuat Louis kembali merasa tidak berguna. Lalu, bagaimana jika dia mengulang kembali perbuatan yang mana membuatnya nyaris mati itu?

Agh

Sejauh ini aku sudah berusaha keras untuk membuat Louis lupa dengan hal tersebut, dan sekarang?

Ku mohon... Aku tak ingin gagal.

Huft. Dia sepertinya benar-benar ingin aku menuruti keinginannya kali ini.

Aku sangat menyayanginya. Tapi, apa ini tidak keterlaluan? Sebentar lagi aku akan menyelesaikan masa studi ku. Tidak bisakah dia menunggu sebentar saja?

Ku putar tubuhku menghadapnya. Kemudian kudapati Louis yang sedang menunduk dan tangan kirinya memijat batang hidungnya.

Langsung ku raih wajahnya dengan tangan kiriku.

"Heii..." panggilku lembut untuk mendongakkan kepalanya.

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk menjauhkanmu dariku. Kau adalah adik kesayanganku. Aku hanya ingin kau lepas dari suasana duka. Sudah lama kau tidak berteman. Sudah lama kau tertutup. Aku yakin karena kau masih disini. Aku hanya ingin kau mendapatkan suasana baru di New York. Aku ingin kau kembali menjadi seseorang yang peduli dengan siapapun. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu." Louis mengucapkan itu dengan lirih sambil mengelus-ngelus punggung tanganku yang ada di pipinya.

Aku juga lelah memungkiri bahwa niat Louis baik untuk aku coba. Melihat matanya yang sendu, berlinang air mata dan berusaha menatapku, benar-benar mutlak membuatku merasa seperti adik durhaka jika tidak ku penuhi permintaannya kali ini.

Night ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang