Chapter 45

1.4K 70 9
                                    

Dont forget to voment!!!!

Enjoy....



Selesai dengan sarapan yang manis aku pun keluar dari ruang rawatku. Aku hanya butuh satu malam untuk pemulihan. Begitulah yang kutahu. Dan sekarang aku, Harry dan Louis menuju ruang rawat Zayn.

"Apa kau yakin?" Tanya Louis khawatir.

"Kita bisa menunggu hingga Waliyha kembali ke hotel." Lanjutnya.

"Tidak. Tidak perlu. Aku yakin dengan apa yang aku lakukan."

Seketika Louis menarik tanganku untuk menghentikan langkahku.

Harry yang di belakang kamipun terlihat bosan dengan apa yang sedang ku lakukan dengan Louis.

"Tapi kenapa?" Tanyanya lagi.

"Yang aku tahu, jika aku menjadi sebab kebencian seseorang maka aku harus bisa menjadi sebab ketenangannya."

Tanpa mengurangi rasa hormatku pada Louis aku pun melanjutkan langkahku ke ruang rawat Zayn.

Sesuai dugaanku, persis saat tubuhku masuk ke ruangan tersebut Waliyha yang sedang terduduk di sofa sisi kanan ranjang Zayn langsung memberdirikan tubuhnya dan menatapku tajam penuh dengan amarah.

Orang-orang di dalam terkejut dengan reaksi yang di berikan Waliyha atas kehadiranku. Terlebih Gigi dan Niall karena mereka yang mungkin tidak tahu sama sekali permasalahanku dengan Waliyha.

"Ada perlu apa kau kemari?" Geram Waliyha menekanku.

"Aku ingin melihat keadaan Zayn." Jawabku setenang mungkin.

"Kau sudah tidak memiliki hubungan apapun dengan kakakku. Jadi, enyahlah!" Perintah Waliyha dengan suara meninggi.

"Apa salahku? Sudah sekian lama kenapa kau masih membenciku? Akupun tak berhenti berusaha untuk menjalin hubungan baik denganmu. Penting atau tidak, tapi jujur aku merasa sedih ketika kau tidak bisa menyambutku seperti yang selalu Safa lakukan."

"Dia masih terlalu kecil. Wajar dia tidak memahami bahwa kakaknya direbut oleh wanita tidak tahu diri sepertimu."

"Waliyha!" Suara Trisha Aunty meninggi.

Mendengar hal itu Waliyha pun tak tinggal diam. Dia beranjak dari tempatnya berdiri menuju ke arahku.

Tak berhenti, dengan lancang dia mengambil tanganku dan menggiringku keluar ruangan.

Kudengar jelas kedua orangtuanya memanggil namun itu tidak membuatnya berpaling melainkan aku. Dan dengan menengok ke belakang, saat itu pula aku memberikan isyarat kepada mereka semua yang ada di dalam termasuk Harry untuk menyerahkan ini semua padaku.

"Baiklah. Mari kita selesaikan. Apa lagi yang kau inginkan dari kakakku? Ku lihat kau sudah memiliki kekasih baru, bukan?"

Hal itu terlontar dari bibirnya tepat setelah kami berada di seberang ruang rawat Zayn yang mana dia sambil menghentakan tanganku untuk dilepaskan dan berdiri menyudutkanku yang hampir membuat punggungku tersandar ke dinding.

Intimidasi.

Ah.. ini teknik murahan.

"Aku tidak menginkan apapun selain bisa memastikan bahwa kakakmu sembuh dan sehat kembali."

Jawabku tegas.

"Karena dia sudah mengorbankan nyawanya untuk kakakmu sehingga kau terbebas dari kedukaan nantinya. Tapi lihatlah. Dia justru membuat keluarganya berada dalam kekhawatiran besar."

"Kenapa kau sangat membenciku? Semua yang Zayn lakukan atas dasar kemauannya sendiri. Aku tidak pernah memaksanya."

Aku berhenti sejenak.

Night ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang