Chapter 21

2.9K 117 14
                                    

Sebelumnya gw minta maaf banget bagi yang udah nunggu kelanjutan ceritanya dan gw ga update"😳

Ok. Gw ga mau beralasan, karena ga guna. Yang jelas gw minta maaf banget dan ini gw lanjutin lagi 😫

Please...

Forgive me guys.

Dont forget to voment ya!!
Thank you.

Dan itu yang di mulmed adalah hasil sket gw. Kira-kira 2 tahun yang lalu 😅😅





Oh badanku sakit-sakit semua. Ini gara-gara Harry yang secara membabi buta menghujamku dengan ah you know lah.

Alasannya sama, dilakukan sebagai hukuman untuk ku dan juga sekaligus ucapan terima kasihnya.

Well...
Bisa di terima. Mengingat aku juga menikmatinya. Haha. Dan tidak habis pikir, semalam kami benar-benar tidak mengenal akan kehidupan esok hari. Bukan dua atau tiga atau empat ronde. Tapi belasan. Mungkin 20.

Dan ya, ini lah akibatnya. Aku bangun terlambat sedangkan kelasku akan mulai sekitar setengah jam lagi. Aku mandi dengan terburu-buru dan tentu pergerakanku dalam bersiap-siap menimbulkan suara kegaduhan.

Oh tapi lihat!

Itu tidak membuat Harry bangun. Dia masih tertidur dengan keadaan tengkurap dan selimut tipis yang menutupi tubuhnya dari pinggang ke bawah.

Aku harus membangunkannya. Dia harus ke kantor hari ini. Aku yang sudah selesai berinteraksi dengan meja riasku pun segera menghampiri Harry yang berada di atas tempat tidur.

"Harry, bangun! Bangunlah! Kau akan terlambat ke kantor! Atau mungkin kau sudah terlambat!" Seru ku sambil mengguncangkan tubuhnya pelan. Dan masih saja, dia tidak bangun.

"Ugh! Apa kau selalu terlambat untuk bangun, huh? Ayolah Harold. Bangun!" Ucapku berisik.

Lalu ku dengar Harry bergumam.

"Ya, bila malamnya aku bercinta."

Euh.. Kau menjijikan.

"Baiklah baiklah. Terserah kau saja. Yang jelas aku sudah membangunkanmu. Dan aku sudah terlambat. Jadi, maafkan aku. Tidak ada sarapan pagi ini." Ujarku terburu-buru pada Harry yang sepertinya masih setengah sadar

Kemudian aku pun mengusap rambut dan mencium kepala dan pipi kirinya yang terlihat, dengan singkat.



●●●●●

"Zayn sangat penurut, ya?"

Lamunanku di pecah oleh Gigi.

"Uh oh ya ya. He is."

"Dia mendengarkan apa yang kau katakan tanpa membantah atau bernegosiasi terlebih dahulu?" Tanyaku pada Gigi yang menikmati aktifitas makannya.

"Yap kau benar. Kemarin aku memintanya untuk beristirahat saja dulu dari perkuliahannya hingga dia benar-benar pulih." Jawab Gigi.

Yang kemudian dia menghentikan aktifitasnya dan mencondongkan tubuhnya agak sedikit ke depan, ke arahku. Oh dia ingin memberitahukan informasi penting. Dan itu serius.

"Kau tahu, Ken? Ternyata Zayn berkuliah di sini juga. Di fakultas Manajemen Bisnis. Dia bilang ayahnya yang menyuruh dia untuk mengambil itu. Padahal dia sangat suka sekali dengan seni." Jelas Gigi dengan nada simpati terhadap apa yang dialami oleh Zayn.

Oh. Aku terkejut.

Ya, Gi. Aku tahu sekali bahwa dia sangat suka seni. Terutama gambar. Bahkan aku menyuakai karyanya. Dan satu hal lagi, dia sangat pandai menyanyi.

Night ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang