Chapter ini gw dedikasikan untuk sefilafila yang udah setia ngomen dan ngevote. Terus buat JosiasCalvin yang minta next secepatnya😂😂😂 Terus buat yang udah nge follow gw, nge add story gw ke reading listnya, dan selalu ngevote. Thank you so much guys
I love you!
Enjoy ya! Hahahahaha
Zayn's POV
"Zayn, sebaiknya kita kerumah sakit dulu. Aku takut bila ini tidak ditangani lebih lanjut oleh dokter, kita jadi terlambat mengetahui hal yang seharusnya sudah kita ketahui dari awal. Melihat cara Harry memukulimu tadi aku ragu bahwa tubuh bagian dalam mu masih dalam keadaan baik. Aku-.."
"Gigi, i'm okay." Ucapku memotong perkataan Gigi. Gadis ini mudah panik sekali.
"Tidak. Kau tidak, Zayn."
Ya ampun. Dia mulai menangis
"Shhh... Gi. Tenanglah."
"Bagaimana aku bisa tenang?! Kau babak belur seperti ini dan kau menolak untuk diperiksa. Aku mengkhawatirkanmu, Zayn!" Ucapnya sambil menangis tersedu-sedu.
Ya Tuhan, Gigi mirip sekali dengan Nicole. Begitu lugu dan emosional.
Ku akui, itulah daya tarik Kendall yang membuatku tidak pernah berhenti untuk semakin mencintainya.
Baiklah, hanya ada satu cara untuk membuat tenang gadis dengan karakter seperti ini. Yaitu adalah dengan menuruti apa kemauannya.
"Hey dengar. Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku menolak untuk di periksa ke rumah sakit, Gi. Aku hanya mengatakan bahwa 'i'm okay'."
"Itu sama saja kau menolak bodoh!"
"Wohoho.. Calm down lady. Haha. Awh. Baiklah baiklah. Kita akan pergi ke rumah sakit." Ujarku sambil melarikan tanganku ke kepalanya untuk membelai rambutnya.
Dan lihat! Dia tersenyum. Syukurlah.
"Baiklah, kalau begitu biar aku yang menyetir." Ucapnya
Ya, ku rasa itu adalah ide yang baik. Mengingat kondisiku yang seperti ini tentu akan menyulitkanku untuk mengendarai mobil.
Harry's POV
Brengsek!
Andai Kendall tidak mengancamku seperti itu, bajingan itu pasti sudah ku habisi di tempat.
Sialan!
Tak puas rasanya jika hanya stir mobil ini yang ku hantam dengan tanganku untuk melampiaskan kekesalanku.
Tapi jujur, aku khawatir dengan Kendall. Apa yang terjadi padanya setelah ku tinggalkan dia dalam keadaan kesal dan tanpa pamit?
Shit! Aku pergi, salah! Bahkan jika aku tetap disana, aku juga pasti akan salah. Bisa-bisa tekadku untuk menghabisi Jein, Jain ah siapalah namanya, akan hilang karena melihat Kendall. Aku yakin dia akan mencegahku untuk menghabisi bajingan itu dengan sekuat hatinya.
Aku hanya tidak tahan dengan air matanya.
Aku akan hadapi dia, jika amarahnya tidak beriring dengan tangisan. Tapi sayangnya, Kendall selalu menyertai air mata dalam segala bentuk emosinya. Sepertinya itulah yang tidak akan pernah bisa berubah dari dirinya.
Ku dengar ponselku berdering.
Aku pun meraihnya dari saku jas ku. Dan saat ku lihat layar ponselku, ternyata sebuah panggilan masuk dari

KAMU SEDANG MEMBACA
Night Changes
Fanfiction(Ongoing) Ketika seorang pria dan seorang gadis yang sempat menjalin romansa masa kecil di pertemukan kembali dalam keadaan yang berbeda. Masalah yang beruntun ternyata menyeret mereka dalam keputusan-keputusan yang tidak menguntungkan. Kesetiaan y...