Chapter 38

1.5K 81 16
                                    

Wkwkwkwkwkwkkwkw
SORRY... SORRRYYY BANGET BARU UPDATE LAGI.
HUHUH😢😢😢 KANGEN KALIAN! HIKS!! MAAFIN AKU YA....

HAPPY READING GUYS.
LOVE YOU ALL!!

Louis's POV

Aku pun tiba di New York. Liam mengatakan bahwa dia akan meminta anak buahnya untuk menjemputku. Dan saat aku keluar dari landasan pacu pesawat di New York, aku pun di hampiri dengan sebuah mobil van hitam.

"Masuklah." Perintah seorang pria yang membuka pintu bagian penumpang sebelah kiri mobil tersebut.

Tanpa ragu, aku yakin bahwa dia adalah orang suruhan Liam, maka akupun berjalan mendekati mobil tersebut dan masuk ke dalamnya.

Setelah berhasil memasukan tubuhku ke dalam mobil, pria tersebut langsung meminta ponselku.

"Kemarikan ponselmu."

"Ponselku? Untuk apa?"

"Tidak usah bertanya."

Aku yang tidak mau berdebat pun dengan malas mengeluarkan ponselku dari saku celanaku dan kemudian memberikan ponsel tersebut padanya

"Ini dilakukan agar tidak ada seorangpun yang bisa melacakmu. Dan juga untuk memastikan bahwa kau tidak memberitahu siapapun tentang kedatanganmu ke New York." Ujar pria tersebut sambil memulai untuk mengutak-ngatik ponselku. Sepertinya dia adalah orang IT.

Tidak lama, pria berambut blonde dengan kaos hitam yang duduk di sebelah kananku itupun selesai dengan urusannya.

"Clear. Cepat, Dyz. Kita menuju ke markas." Ucapnya pada temannya yang duduk di kursi kemudi yang menggunakan baju kaos berwarna dongker, memakai kaca mata hitam dan juga memiliki warna rambut blonde. Hanya saja dia terlihat lebih muda dari pada pria di sebelahku.

Mendengar ucapannya, pria yang kuketahui memiliki panggilan "Dyz" yang memegang kemudi mobil ini pun menginjak pedal gas dan melajukan mobil yang kutumpangi.

Hanya ada tiga orang di dalam mobil ini. Aku dan dua orang anak buah Liam. Sepertinya Liam begitu percaya diri bahwa aku tidak akan melarikan diri atau berbuat macam-macam. Untuk itu dia tidak melakukan penjagaan khusus padaku.

Tentu aku tidak akan melarikan diri. Aku harus menyelamatkan adikku.

Sepanjang perjalanan aku hanya diam dan melihat ke arah depan. Sampai saat itu aku masih selalu berharap bahwa Liam tidak melakukan hal yang buruk terhadap Kendall.

Lalu tiba-tiba saat aku larut dalam pikiranku, pria yang menyambut ku tadi mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Kemudian ku lihat dia menggerekan ibu jarinya pada layar ponsel yang dia genggam. Dan sejurus kemudian dia meletakan ponselnya di depan telinga kirinya.

"Halo bos?"

Apakah dia sedang menghubungi Liam? Aku rasa begitu. Dia menggunakan kata "Bos".

"Louis Tomlinson sudah bersamaku. Kami akan menuju ke sana."

Ya. Cepatlah bawa aku untuk bertemu adikku.

"Baik bos." Tutup pria tersebut sambil mematikan sambungan telepon pada ponselnya dan kembali memasukannya ke saku celananya.

Kemudian dia melihatku sinis. Aaa. Sepertinya dia terganggu karena aku memperhatikannya secara terus menerus.

"Ckckck. Aku turut prihatin denganmu, tuan Tomlinson. Ku akui adikmu sangat cantik dan lugu. Tapi sayang, dia memiliki kakak yang bodoh sepertimu."

Seketika darahku naik ke kepala. Namun aku sadar bahwa perkataan pria tersebut ada benarnya. Aku memang kakak yang bodoh. Aku bahkan tidak bisa menjaga adikku satu-satunya dengan baik. Menyadari hal itu tanganku yang sudah mengepal dengan erat pun melemas. Perlahan aku pun berhasil mengendalikan emosiku. Kali ini aku harus berhati-hati dalam menyikapi seseorang. Karena setiap tindakan ku akan berkaitan dan berimbas kepada Kendall.

Night ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang