"CIEEE ... Evan sekarang punya gebetan baru ya?" goda Bu Depe, menyikut Evan berkali-kali. Namun, cowok itu tetap diam dan masih memandang punggung Thania. "Itu anaknya pinter loh, Van. Cantik juga."
Evan salah tingkah. Berulang kali ia mencerling Bu Depe, tetapi pipinya masih menunjukkan segala yang tidak bisa ia sembunyikan. "Apa to, Bu? Itu bukan gebetan saya. Saya belum punya gebetan."
Bu Depe cekikikan, mendorong kecil tubuh cowok itu. Namun, Evan tetap diam. Ia mengamati gurunya dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan mulut sedikit terbuka. "Ibu tahu kok, kamu lagi bohong. Namanya Thania, aslinya dia itu periang. Enggak sejudes yang kamu kira."
Sekarang rasa penasaran Evan sudah terbayar. Hati Evan sudah tenang dan seratus persen yakin tidak akan mati konyol karena mencari nama gadis itu. Thania. Evan akan selalu mengingatnya.
"Cuma, kamu kudu hati-hati sedikit sama Thania," Bu Depe mengingatkan Evan seolah memeringati cowok itu kalau Thania adalah spesies langka yang berbahaya dan dilindungi hukum.
Evan menatap Bu Depe, membesarkan kedua matanya. Sorotnya menunjukkan ketertarikan yang mendalam. Cowok itu terlalu bersemangat untuk mengetahui segala sesuatu tentang Thania. "Kenapa, Bu?"
Bukannya menjawab, Bu Depe tersenyum jail. Lagi-lagi seringainya membuat Evan merasa serba salah. Penasaran salah, pura-pura cuek juga salah. Cowok itu mulai membenarkan sebuah kalimat yang melegenda di zaman ini. Cowok memang serba salah.
"Tuh, kan. Katanya enggak punya gebetan, kok sama Thania langsung semangat empat-lima gitu, Van?" Bu Depe belum melunturkan seringai jailnya.
Evan memutar bola mata jengah, berusaha menutupi rasa malunya. Bu Depe memang pandai menebak perasaan seseorang, karena memang hanya Bu Depe-lah yang peka sama murid-muridnya. "Kan, cuma pengen tahu aja, Bu. Toh, Thania juga jarang menampakkan diri di angkatan."
"Alasan kamu ini," lagi, Bu Depe mendorong kecil tubuh Evan. "Thania itu tempramen. Hati-hati, jangan sampai buat dia marah. Bisa-bisa kamu jadi sambel penyet nanti."
Kini, Evan tahu dua karakter Thania: tempramen dan periang. Evan dulu sempat berpikir bahwa sosok Thania adalah orang yang cuek sekitarnya dan masa bodoh. Karena penampilan Thania yang swag seperti bad girl di sekolah. Akan tetapi, Thania bukanlah seorang bad girl.
Mungkin detik ini, Evan harus bersyukur dan berterima kasih kepada Bu Depe. Sebab, malam ini ia bisa tidur tenang. Bu Depe menepuk pundak Evan, tetapi matanya memandang arah lain. Memandang Thania yang sedang bercengkrama dengan Mila di depan kelas XI IPS 1.
"Tapi Ibu yakin, kok. Kalau kamu bisa menaklukan hati bajanya Thania," canda Bu Depe, kemudian beliau berbalik dan menarik langkah meninggalkan Evan. "Duluan ya, Van. Semoga bisa dapetin Thania. Ibu merestui!"
Evan menyimpulkan senyum miring sekaligus kecut. Mengamati Bu Depe sampai guru tari itu menghilang dari pandangannya. "Dapetin Thania dan menaklukan hatinya," ulang Evan disertai gelengan kalut. "Bu Depe ini apa-apaan."
Mata gelap Evan berpindah, mendapati Thania berdiri membelakanginya. Pemandangan yang sering ia lihat setiap hari. Thania berbincang dengan temannya dan terkadang saling meledek dengan Ken, teman satu ekstrakurikulernya, teater.
Ada satu sisi di mana Evan ingin mengenal Thania lebih jauh dan ada satu sisi di mana ia ingin melakukan seperti yang dikatakan Bu Depe.
***
A/N
Aku lelah, aku ingin menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Evan!
Teen FictionKehidupan Thania Ira Pertiwi mendadak "horor" begitu ia menduduki bangku SMA. Sosok lelaki bernama Evan Dio Pratama sekonyong-konyong menjadi salah satu dari kepingan hidupnya. Alih-alih cinta pada pandangan pertama, Thania justru risi karena Evan s...