TERSENYUM. Habis pulang dari Malang sampai hari terakhir liburan Evan terus tersenyum seperti orang gila. Pikirannya mengambang, mengembalikannya pada masa itu. Masa yang kala itu ia melihat Thania tersenyum ke arahnya.
Evan mengerang histeris, tetapi bahagia. Ia menghamburkan dirinya ke kasur. Langit-langit terasa lebih cerah dan suhu kamar mendadak hangat. Barisan gigi masih Evan pamerkan pada dinding yang bisu.
"AH, DIA SENYUM KE ARAHKU!" pekik Evan girang bahkan melebihi orang yang lulus ujian SIM tanpa menyuap sekalipun. "DIA SENYUM KE ARAHKU! AMPUN! AKU BAHAGIA! SHE NOTICES ME LIKE I'M HER CRUSH! TUHAN MENDUKUNGKU!"
"VAN, KAMU NGAPAIN TERIAK MALEM-MALEM GINI?! GANGGU ORANG TIDUR TAHU, ENGGAK?! TIDUR! BESOK SEKOLAH!" dari kamar sebelah, Bimo memprotes. Alih-alih tidak bisa tidur karena kegaduhan yang dibuat adik semata wayangnya itu.
Evan nyengir tanpa dosa diteruskan gelak tawa darinya. "BESOK KETEMU DIA, MAS! DUH, GUSTI. AKU SENENGE RA UMUM."
Samar-samar Evan mendengar kakaknya menggerutu dari kamar. Namun, Evan berusaha mengabaikannya. Ia tidak peduli seberapa banyak orang yang terganggu karenanya. Akan tetapi, yang ia pedulikan sekarang adalah Thania tersenyum ke arahnya. Ingin rasanya Evan mencurahkan isi hatinya pada Krishna atau pada siapa pun yang bersedia mendengarkannya.
Disambarnya ponsel yang tergeletak di nakasnya, mengetik di sana. Masih terbawa perasaan soal Thania, Evan bahkan sampai malu untuk melanjutkan tulisannya.
Evan : I was thinking 'bout you. Thinking 'bout me. Thinking 'bout us. What we're gonna be?
Menggigit bibir, Evan menunggu balasan. Dipandangnya terus layar ponsel yang menyala. Read. Krishna telah membaca dan Evan langsung berjingkat sambil berteriak heboh.
"Evan Dio Pratama, tidur, Van! Ini sudah malam! Kamu masih mainan hape ya? Lama-lama Ibu sita hape sama earphone-mu malam ini juga! Ibu enggak mau tahu. Tidur!" serangan beruntun setelah Bimo, ibunya mengeluarkan gertakan pada Evan supaya Evan mau mengibarkan bendera putih.
Gelagapan, Evan memutar bola mata cemas. Digigitnya bibir, bingung harus membalas apa. Pasalnya, Ibu selalu bisa menyahut Evan bagaimanapun jawaban Evan pada sang Ibu. "Enggak, Bu. Ini aku nemu jawaban soal ekonomi di buku paket. Ibu kan, tahu kalau aku bodoh banget soal ekonomi. Seneng dikit enggak papa, kan?"
Tidak ada sahutan. Berarti Evan sedang mujur!
Diliriknya kembali layar ponsel yang meredup. Krishna sudah membalas. Penasaran, ia segera membacanya.
Basudewa Krishna : Van, mendadak jadi merinding. Kamu malem-malem ngirim pesan kayak gitu ke aku maksudnya apaan ya? Mikirin aku, mikirin kamu, mikirin kita. Apa yang akan kita lakukan? Kayak orang homo tahu enggak?
Evan mencerna isi pesan Krishna dan baru menyadari sesuatu. Lelaki yang aktif berorganisasi itu hanya mengirim separuh dari isi pesannya. Jelas saja Krishna langsung ambigu.
Evan : (((Homo))).
Evan : Krish, aku masih normal. Kemarin pas pulang dari Malang, aku disenyumin Thania :".
Lagi-lagi Evan tersenyum seperti orang gila. Kalau Bimo sampai tahu adiknya mendadak berubah seperti ini, bisa-bisa Evan dibawa ke Rumah Sakit Jiwa yang letaknya berada di pucuk gunung di utara.
Tunggu? Utara? Rumah Thania ada di utara! Kalau Bimo harus membawanya ke utara, Evan sudah siap malam ini.
Basudewa Krishna : Jadi, malem-malem kamu nge-chat cuma mau ngomong soal Thania?
Basudewa Krishna : Ampun, Van. Kayaknya seneng banget ya? Kayak habis jatuh cinta pada pandangan pertama.
Basudewa Krishna : Kembalikan waktu tidurku, Van. Aku lelah, aku ingin istirahat.
Evan : Mana bisa dibalikin :".
Evan : Jelas senenglah, Krish. Pertama kali digituin ❤❤.
Basudewa Krishna : Selamat ya. Selamat malam.
Evan : Krish!
Evan : Jangan tidur dulu, Krish! Tega kamu meninggalkan hayati!
Basudewa Krishna : Masa bodoh. Aku mau tidur.
Evan : Krish, uwoooo uwooo.
Evan : Ah, udah KO dianya :(((.
Evan : Jahat kau, Mas. Kamu lebih memilih tidur daripada aku? Kau mengkhianatiku, Mas! Talak tiga! :(((.
Evan : Beneran tidur coba :(((.
Evan : Dah, ah. Sekali-kali monolog di sini. Lumayan buat ngeramein hapemu. Ohohohoho...
Dilemparkannya ponsel itu ke sebelah. Evan masih terjaga. Langit-langit kamarnya yang polos tengah menyanyikan lagu tidur untuk Evan. Dalam hitungan ketiga, Evan telah pergi ke dunia yang tak dijeramahi siapa pun kecuali dirinya.
***
A/N
Aku senenge ra umum, maksudnya adalah aku senangnya minta ampun. Gusti berarti Tuhan. Silakan gabungkan sendiri artinya.
Teruntuk Evan, aku bingung mau nulis apaan di chapter selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Evan!
Teen FictionKehidupan Thania Ira Pertiwi mendadak "horor" begitu ia menduduki bangku SMA. Sosok lelaki bernama Evan Dio Pratama sekonyong-konyong menjadi salah satu dari kepingan hidupnya. Alih-alih cinta pada pandangan pertama, Thania justru risi karena Evan s...