Latika's Theme, Slumdog Millionaire
***
KATA orang, hari pertama masuk sekolah itu menyenangkan. Kata orang, hari pertama masuk sekolah itu bisa melampiaskan kerinduan bercanda dengan teman maupun sahabat. Namun bagi Evan, hari pertama masuk sekolah adalah neraka!
Pak Jum baru saja memberikan amanat dengan intonasi seperti menyanyikan lagu Nina Bobo atau nada bicara Flash dari film Zootopia. Kaki Evan sudah meronta minta diistirahatkan. Di belakang sini, Evan mengawasi.
Sebagai anggota PMR yang berbakti pada tugas, ia harus melakukan hal ini. Meskipun ia mendapat tempat yang teduh, Evan bosan setengah mati. Mentari pagi mendadak terasa terik. Bukan peserta upacara yang pingsan, melainkan Evan sendiri yang ingin pingsan. Sejak pagi belum sempat sarapan dan sekarang dia bertugas.
Ck! Melelahkan! rutuknya dalam hati. Mbok ada yang pingsan, biar bisa ngadem di UKS.
Seandainya hal itu terjadi, Evan akan sangat senang. Setidaknya dengan berkedok membopong siswa yang pingsan dengan tandu, Evan bisa menyelinap ke UKS dan menikmati teh hangat.
Gila, Pak Jum kalo pidato kayak siput. Lama, bikin ngantuk, slow motion, gerutu Evan dalam hati. Dikata kita ini lagi lompat kayak film laga terus di-slow motion.
"Kelas XI ada yang pingsan!"
Mata Evan berbinar. Doanya baru saja dikabulkan. Barisan kelas IPA mengerubungi persis sekawanan semut menemukan gula. Gilang segera mengambil tandu, menatap Evan, dan berteriak ke arahnya, "Van, ayo bantu aku!"
Gelagapan, Evan mengangguk. Diraihnya ujung tandu paling belakang dan ia sudah siap menggotong siswa yang katanya pingsan tadi. Namun, entah kenapa degup jantung Evan tak beraturan, liar. Terkadang temponya cepat dan terkadang pula temponya lambat.
Gilang berteriak, menyuruh khalayak minggir sebentar. Satu per satu memberi jalan, saling merapat. Semakin mendekati siswa itu, semakin pula Evan tak tenang. Kenapa? Ada apa dengan dirinya? Kenapa ia tak tenang begitu?
Tenggorokan Evan terasa dililit. Kencang sekali. Dadanya mendadak sesak. Dahinya terlipat. Mematung dan membeku di tempat. Netranya menatap sosok yang pingsan. Thania, ternyata gadis itu yang pingsan dan Nindi yang menahan tubuh Thania.
Evan dan Gilang segera menurunkan tandu, bergerak cepat. Nindi yang panik, menatap cemas dua teman SMP-nya. "Van, Lang, ini tolongin Thania. Dia pingsan. Tadi waktu pas pengibaran bendera dia udah ngeluh perutnya sakit terus kepalanya pusing. Tolongin, Van, Lang."
"Kok enggak minta ke UKS tadi?" Evan jelas terlihat khawatir. Nadanya mendadak tinggi bercampur cemas. Ya, sekarang Evan benar-benar cemas.
"Van, dia enggak mau ke UKS. Kami udah nawarin Thania buat ke UKS dari tadi, tapi dia nolak, Van. Please, jangan marah-marah, to! Thania sakit, kamu malah marah-marah bukannya bantuin." Nindi pun sewot. Tak terima dengan apa yang Evan lakukan kepadanya.
Marah-marah? Apa aku terlihat seperti orang yang marah-marah? Nin, aku tidak marah. Aku hanya khawatir.
"Dah, udah. Sekarang, kita taruh Thania di atas tandu terus sisanya biar aku sama Evan yang ngurus. Kalian di sini, jangan rame." Gilang dengan sabar menengahi, memberi sebuah saran yang cukup untuk meleraikan dua temannya.
Nindi mengangguk, tetapi Evan tutup mulut. Ia segera membantu Nindi untuk menaruh Thania di atas tandu. Nindi merapikan pakaian Thania agar rok atau jilbabnya tak menyingkap sehingga auratnya tidak terlihat. Nindi pun sedikit menyingkir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Evan!
Teen FictionKehidupan Thania Ira Pertiwi mendadak "horor" begitu ia menduduki bangku SMA. Sosok lelaki bernama Evan Dio Pratama sekonyong-konyong menjadi salah satu dari kepingan hidupnya. Alih-alih cinta pada pandangan pertama, Thania justru risi karena Evan s...