EPILOGUE

3.5K 179 83
                                    

Ingat teman
Hidup bukan untuk berlari
Kadang kita duduk termenung
Kadang tertidur
Memang lari adalah jalan terbaik
untuk menyelesaikan sesuatu dengan cepat
Namun, untuk menyelesaikan sesuatu
Kau perlu tenang dan santai

Duduklah sejenak dan angkat cangkirmu

***

Hai, kamu
Kau yang selalu kupandangi setiap hari
Kau yang selalu membuatku penasaran
Kau yang tanpa sadar menarikku
dalam pesonamu

Berawal dari tatap kita saling mengetahui
Dari tatapan itu,
kemudian merembet ke senyuman
Aku tidak tahu apa yang dipikirkan otakku
Bahkan aku sendiri pun tak tahu
Kenapa aku tersenyum?

Apa aku tersenyum karenamu?
Ya, aku memang tersenyum karenamu
Agar kau juga tersenyum sehingga
aku bisa melihatmu tersenyum

Akan tetapi, kau menolak
Tatapanmu menyiratkan kecurigaan mendalam padaku
Apa kau memang seperti itu?
Apa kau merasa aku ini sebuah ancaman bagimu?

Hai, kamu
Setelah senyuman, aku menyapamu
Namun, kau terlihat bimbang

Aku ingin bertanya sesuatu padamu
Apa kau belum pernah disapa seorang laki-laki?
Jika belum, berarti aku beruntung
Aku adalah laki-laki pertama yang menyapamu

Setelah semua yang terjadi,
aku melihatmu kembali
Kelas kita sebelahan lagi
Kau tahu?
Aku sangat senang
Sangat senang, melebihi siapa pun
Itu berarti,
aku bisa memandangmu lagi!

Tuhan memang Maha Adil
Dia tahu apa yang kurasakan
Sampai-sampai aku didekatkan denganmu oleh-Nya
Aku tak ingin berpisah darimu

Akan tetapi,
semua berjalan begitu cepat
Kau sakit dan aku tahu
Penyakitmu parah dan aku tahu
Kau sakit, tetapi tetap menahan
Kau sakit, tetapi tetap tersenyum untuk orang lain
Kau sakit, tetapi tetap berkata, "Aku baik-baik saja"

Kenapa kau berbohong?
Kenapa kau membohongi orang di sekitarmu?
Kenapa pula kau membohongi dirimu sendiri
Kenapa?

Kau tidak percaya pada mukjizat Tuhan?
Kau harus percaya
Mukjizat itu nyata

Setiap hari, setiap malam
Aku mengirimkan doa untukmu
Doa untuk kesembuhanmu
Doa untuk kesehatanmu

Awalnya,
satu per satu doaku terkabul
Namun, ketika aku mengirimkan doa terakhirku
untukmu
Tuhan menginginkanmu
Tuhan ingin memelukmu
Tuhan ingin kau bersama-Nya

Hai, kamu
Aku memang pernah menulis sebuah puisi
Kau tahu?
Puisi itu untukmu

Kau mau membacanya?

***

Aku takut, tapi berharap
Aku hanya tahu kamu bisa mengerti
Takut, akan pengertianmu yang berbeda dengan apa yang ingin kusampaikan
Di sini hanya harapku untukmu
Agar kau dapat menyimpan harap dalam takutku padamu

Wahai, Perempuan

***

Aku ingat kau marah
Kau jengkel karena puisi ini
Namun, percayalah
Saat itu aku menaruh rasa padamu

Kau tahu siapa yang dimaksud "Perempuan" ini?
Ia adalah kamu
Iya, kamu
Kamu yang pemarah
Kamu yang periang
Kamu yang tabah

Hai, kamu
Semoga kamu tidak marah lagi
Karena, aku punya satu puisi khusus untukmu
Nikmatilah setiap diksinya
Kuharap kau menyukainya
sama seperti aku menyukaimu

***

Jika kita bicara keindahan-bahkan indahnya Sang Maha Indah
kita tidak bisa melepaskan sosok perempuan di sana
Yang Maha Indah menitipkan kepekaan
terhadap sejuta perasaan
yang dapat diterima oleh perempuan
Maka, saat kau merasa dalam suatu ruang hampa, sendiri
Datanglah temui perempuan
untuk mendapatkan hikmah keindahan dari-Nya

Hei, gadis
Lihatlah dirimu
Tanpa pujian apa pun,
kau tetap di sana
Aku suka memandangimu dari sini

***

Teruntuk Thania yang sekarang ada di surga,
Aku hanya ingin kau tahu
Aku sangat menyukaimu dan akan terus menyukaimu
Mungkin aku tidak dapat memilikimu sepenuhnya
Akan tetapi, semoga kelak aku dapat menemukan
satu bidadari sepertimu
Aku sungguh merindukanmu sekarang

Dari seorang lelaki yang sering memandangmu, mengagumimu dalam diam, dan akrab disapa Evan,

Evan Dio Pratama

Hello, Evan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang