Bab 14 : Terselamatkan

925 38 8
                                    

"Boruto, bagaimana kau bisa selamat. Apa mereka mengobatimu?" tanya Sarada. "Tidak, aku tidak tertusuk pedang, saat itu aku sudah sangat lelah dan tidak punya tenaga untuk bertahan. Saat itu aku nyaris pingsan dan saat Fauzan hampir menghunuskan pedangnya kearahku, aku merosot dan akhirnya pingsan."

"jadi begitu, kukira kau di tusuk dan meninggal. Kau membuatku sangat hawatir dan sangat sedih," ucap Sarada dengan sedikit mengeluarkan air mata. Boruto pun semakin mendekati Sarada dan menepis air mata sarada dengan jarinya. "Kau tidak boleh sedih lagi. Sudah cukup kau bersedih untuk 1 hari." Ucap Boruto lalu ia berdiri dan melihat sekitar.

Sarada terdiam lalu memperhatikan Boruto "Kau sedang apa Boruto?" tanya Sarada. "Aku sedang mencari jalan untuk keluar. Aku yakin sebuah bencana yang buruk akan terjadi jika Mafia mendapatkan Techconnec," ucap Boruto.

"Jadi apa kau mau mencegah ayahku untuk menandatangai Surat penyerahan Saham?" tanya Sarada lagi. "Aku yakin ayahmu juga memiliki pemikiran yang sama sepertiku. Ia pasti berpikir 2 kali untuk menyetujui Perjanjian itu," ucap Boruto.

"Aku juga berpikir begitu. Tapi kita tidak tahu apa yang akan para Mafia lakukan jika ayahku menolak, mungkin mereka akan membunuh kita, dan ayahku pasti tidak ingin aku dan kau mati. Ayahku bisa menyetujui perjanjian itu karena ancaman seperti itu," ucap Sarada.

Boruto melihat setiap sudut dari ruangan itu. Dan semangatnya untuk mencari jalan keluar pun mengendur saat ia tak melihat sedikitpun peluang. Di tambah ada 2 buah kamera CCTV yang terpajang indah di sudut ruangan membuat semangat Melarikan Boruto hilang. Boruto pun membanting dirinya di kasur.

"Ini buruk. Tidak ada jalan keluar dan pastinya keamanan sangat di perketat. Ini buruk," ucap Boruto. Sarada mendekati Boruto yang berbaring di kasur yang sebenarnya bisa di bilang keras dan tidak empuk. Sarada pun duduk di samping Boruto yang sedang tidur terlentang.

"Jika ayahku menandatangai perjanjian itu, bencana yang buruk akan terjadi. Tapi apa itu? Kuharap ayahku tak salah mengambil keputusan," ucap Sarada. Boruto tersenyum dan sedikit tertawa geli. "K-kau kenapa Boruto, kau kira itu lucu?" ucap Sarada.

"Tidak, itu buruk. Tapi ada yang lebih buruk," ucap Boruto. "Apa itu?" tanya Sarada. "Kau tahukan, aku dan kau sudah bekerja di perusahaan ayahmu selama sebulan lebih. Tapi sampai sekarang kita belum mendapatkan Gaji, dan apabila Techconnec jatuh ke tangan Mafia, berarti aku dan kau tidak akan di gaji selamanya," ucap Boruto sedikit tertawa geli.

"Ahh, di saat seperti ini kau malah berpikir soal gaji yang belum kita terima. Dasar mata duitan." Sarada pun menyuruh Boruto bergeser dan ikut tidur di samping Boruto. "Aku masih berharap ayahku tidak mengambil keputusan yang salah yang akan membuat nasib penduduk Konoha menderita," ucap Sarada lalu menutup matanya. Boruto pun bergeser untuk memberi jarak antara dia dan Sarada kemudian ikut menutup matanya.

::==::==::

Sasuke yang sedari tadi memperhatikan Boruto dan Sarada yang terkunci di sebuah ruangan melalui televisi yang langsung terhubung dengan CCTV di ruangan itu pun merasa sedih, dan sangat bersalah. Walau dalam CCTV itu tidak ada suara percapakan, Sasuke bisa merasakan ke hawatiran Sarada dan Boruto jika ia menandatangani Dokumen itu.

"Ini sangat membingungan. Jika aku menandatangani, Sarada dan Boruto akan bebas. Tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Tapi jika aku menolak, aku juga tidak tahu apa yang akan mereka lakukan pada Putriku dan Boruto," batin Sasuke.

Sasuke berpikir sejenak lalu mematikan Televisi tersebut dan kembali berpikir. "Kakak, Sakura, Ayah, Ibu, Kakek, apa yang harus ku lakukan." Sasuke lalu membanting kepalanya di meja dan menutup matanya seraya berusaha memasuki alam mimpi berharap ia mendapatkan petunjuk.

Kehidupan BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang