Beberapa hari setelah reuni teman-teman Boruto yang berlokasi di taman Konoha, Boruto dan Sarada kini berada di ruang kerja Sasuke. Mereka tidak sendirian karena di sana ada Sasuke, Naruto, dan utusan dari kedutaan indonesia yang bekerja untuk pemerintah dan markas besar Sakhuri di indonesia.
"Boruto, jika kau setuju maka tanda tangani kontrak itu," ucap Sasuke setelah menyodorkan sebuah dokumen kontrak kerja di meja di hadapan Boruto. Boruto pun menatap Sarada yang berada di sampingnya. Sarada pun hanya menggeleng tanda tak setuju. Sepertinya Sarada belum dapat menerima kalau Boruto akan pergi jauh dari sisinya.
"Sarada, ayah kira kau sudah setuju," ucap Sasuke. "Aku memang sudah setuju, tapi aku masih belum rela kalau Boruto pergi. Ayah tahukan nyawa Boruto bisa lebih terancam di sana," ucap Sarada.
"Kami pastikan Boruto akan bekerja dengan aman di sana, markas Sakhuri adalah ruangan di bawah tanah dengan fasilitas ke amanan yang ketat selama 24 jam. Walau itu artinya Boruto sendiri tidak bisa dengan mudah keluar dari markas Sakhuri. Tapi itu menjamin keselamatan Boruto jika tiba-tiba ada penyerangan," ucap Kedutaan Indonesia tersebut.
"Sarada, kau hari itukan sudah setuju. Aku juga sudah berjanji padamu," ucap Boruto. "Iya, aku ingat. Hanya saja Indonesia itu terlalu jauh. Dan kemungkinan aku tidak bisa ke sana," ucap Boruto.
"Memang, tidak sembarang orang bisa pergi ke markas Sakhuri. Anggotanya pun tidak boleh sembarangan meninggalkan Markas," ucap perwakilan Kedutaan Indonesia itu. "Sangat ketat memang, bagaimana Boruto, apa kau setuju," ucap Sasuke.
"Bagaimana kalau aku tidak setuju dengan Kontrak ini," ucap Boruto. "Ya, berarti Sasuke harus menyerahkan setengah Saham perusahaan pusat kepada Sakhuri. Katanya kalau begitu, Sakhuri akan membangun markas rahasia juga di Techconnec," ucap Naruto.
"Kalau begitu sebaiknya kau tidak perlu menandatangai kontrak itu Boruto, Techconnec akan lebih aman jika ada markas rahasia Sakhuri," ucap Sarada. "Kau ada benarnya juga Sarada," ucap Boruto.
Sasuke langsung mendekati Naruto dan berbisik pada Naruto "Bodoh, lihatkan. Idemu itu buruk. Sekarang Sarada mengetahui jalan keluarnya. Sudah kubilang idemu itu hanya berguna untuk anakmu saja." Naruto pun tak mau kalah, ia pun berbisik pada Sasuke "Ini juga salahmu, jika kau tidak mengajak Sarada, ia tidak akan memberikan pendapatnya yang akan membuat Boruto berubah pikiran."
Boruto pun langsung meletakan Bulpennya yang membuat Sarada bernafas lega. Sasuke dan Naruto serta perwakilan duta Indonesia pun menghembuskan nafas kecewa. "Rencana gagal, harusnya aku memikirkan rencana yang lebih baik," ucap Naruto berbisik pada Sasuke.
Namun tiba-tiba Boruto kembali mengambil Bulpen itu. "Tapi jika aku pergi ke luar negeri, Persentase Mafia untuk mendapatkan Techconnec akan turun hingga 50 persen, ini mungkin cara yang bagus agar Mafia tidak bisa dengan mudah merebut Techconnec, iya kan paman," ucap Boruto.
Semua orang pun menaruh perhatian pada Boruto. "Jadi kau menyetujui kontak kerjanya Boruto?" ucap Sarada sedikit kecewa. "Terserah kau saja Boruto, paman mengikuti pendapatmu," ucap Sasuke. "Ayah juga Boruto, ayah ibu dan Himawari mengikuti pendapatmu," ucap Naruto.
Boruto pun mulai memegang bolpen dan mendekatkan ujung bolpen itu ke kertas yang berada di hadapannya. Ia bersiap menandatangani perjanjian kontrak kerja tersebut. Namun, melihat Boruto akan menandatangai perjanjian kontrak kerja itu langsung membuat perasaan Naruto berubah. "Tidak, aku harus kuat. Aku yang membuat keputusan ini. Ini demi keselamatan Boruto," batin Naruto sambil melihat Sarada dan Boruto secara bergantian.
Bolpen yang di pegang Boruto pun telah menyentuh kertas itu. Dengan cepat sebuah garis di bentuk. Garis lain pun ikut di bentuk hingga membentuk rangkaian Garis yang menjadi sebuah tanda tangan. Kertas itu pun sekarang sudah ada tanda tangan milik Boruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kehidupan Baru
Fanfictionini adalah sebuah sekuel dari fanfiction dengan judul Si Miskin Boruto. bisa di search di Fanfiction.Net ------------------------ Cinta, siapa yang tak mengenal kata itu. begitu Indah. mendengar kata itu bagaikan berada di laguna berair biru...