Melalui perjalanan panjang tanpa teman untuk ngobrol memang membosankan. Walau Boruto tak berada di pesawat sendiri, tapi tetap saja ia tidak memiliki teman untuk ngobrol. Hashirama yang satu-satu orang yang bisa ia ajak ngobrol duduk di belakangnya dengan jarak 2 bangku. Itu membuatnya tidak dapat berbicara padanya. Apalagi, mulai dari lepas landas hingga sekarang ia menutup matanya sambil bersandar.
Orang yang duduk di sampingnya pun sedari tadi hanya tertidur dan sesekali terbangun untuk mengubah posisinya atau memesan sesuatu pada pramugari. Hal itu jelas membuat Boruto bosan. Terlebih lagi saat ini ponselnya sudah lobet di karenakan beberapa jam yang lalu ia bermain game.
"Kenapa aku harus menaruh Cas ponselku di koper, menyebalkan," batin Boruto. Tiba-tiba, seorang pramugari menghampiri Boruto. ia melihati sebuah kertas lalu berkata "Uzumaki Boruto?"
"Y-ya, saya sendiri, ada apa?" ucap Boruto ragu. "Anda terlihat bosan. Menurut buku panduan pramugari nomor 41, penumpang yang bosan harus di tanya," ucap sang pramugari. "Oh, aku Cuma kesal karena ponselku lobet, kebetulan aku tidak membawa Charger," ucap Boruto.
"Aku punya Charger, akan aku ambilkan, tunggu dulu sebentar," ucap sang pramugari lalu pergi ke belakang. Boruto pun mengeluarkan ponselnya. Rasa bosannya pun menghilang kala sang pramugari datang sambil membawa sebuah Charger. "Ini, Pak Boruto," ucap sang pramugari sambil memberikan charger yang ia bawa.
"Pak? Ayolah, aku masih muda dan belum menikah, panggilan itu tidak cocok untukku, aku baru 22 tahun," ucap Boruto. "Oh maaf, aku hanya bingung memanggil anda apa," ucap Boruto. "Kurasa panggil Boruto saja akan lebih enak di dengar," ucap Boruto. "dan jika boleh tahu, namamu siapa?" tanya Boruto.
"Namaku? Kau bertanya namaku? Aku," ucap sang pramugari sedikit malu dan mukanya terlihat memerah. "Ya, namamu, nanti jika aku mau mengembalikan Charger ini aku tinggal mencarimu," ucap Boruto dengan santai. Sang pramugari yang nampaknya ke ge-eran pun langsung merubah sikapnya yang sudah ke ge-eran menjadi seperti sebelumnya.
"Namaku Sarah," ucap sarah yang merupakan pramugari tersebut. "Sarah? Mirip-mirip dengan nama temanku," ucap Boruto. "Teman? Apa ia pacar anda?" tanya Sarah. "Bisa di bilang begitu, sayangnya kami harus berpisah sementara karena aku ada tugas di Indonesia," ucap Boruto.
"Aku turut sedih mendengarnya, aku mau kembali, jika anda perlu sesuatu, tekan saja tombol itu sambil menyebut namaku, aku akan datang," ucap Sarah sambil tersenyum dan pergi menuju belakang. Saat Sarah akan pergi, pria yang berada di sebelah Boruto pun terbangun dan bertanya pada Sarah "Hey kau, Kamar mandi di mana?" tanyanya dengan nada kasar.
"Toilet?" ucap Sarah. "Iya, itu sama saja, di mana letaknya," ucapnya lagi degan kasar. "Anda bisa ke belakang lalu belok kiri, di bagian kanan adalah toilet pria," ucap Sarah. Orang itu pun pergi sambil menabrak Sarah yang membuatnya hampir terjatuh jika Boruto tidak menahannya.
"Orang itu kasar sekali, kau tidak apa-apa?" tanya Boruto. "Ya, makasih sudah menahanku," ucap Sarah. "Tidak apa-apa, kita ini memang harus saling membantu, tapi kok di sini kau yang paling muda?" ucap Boruto.
"Ah iya, aku adalah keponakan Ceo Garuda Indonesia, aku di pekerjakan di sini setelah aku lulus sekolah penerbangan," ucap Sarah. "Umm, umurmu berapa?" tanya Boruto. "Aku 22 tahun," ucap Sarah. "Wah, kita sama, berarti kau yang termuda di kalangan pramugari di dunia, hebat kamu," ucap Boruto.
"Makasih, hehe. Tapi karena yang termuda di sini aku sering di bully, tapi itu dulu. Sekarang mereka baik padaku entah karena apa," ucap Sarah. "Pasti karena mereka baru tahu kalau kau keponakan dari Ceo Garuda Indonesia," ucap Boruto.
"Boruto, aku mau kebelakang dulu, sampai jumpa," ucap Sarah lalu berjalan menuju belakang. Boruto pun kembali bersandar sambil mendengarkan lagu melalui earphone yang telah tersedia di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kehidupan Baru
Fanfictionini adalah sebuah sekuel dari fanfiction dengan judul Si Miskin Boruto. bisa di search di Fanfiction.Net ------------------------ Cinta, siapa yang tak mengenal kata itu. begitu Indah. mendengar kata itu bagaikan berada di laguna berair biru...