Mobil sport metalik berwarna merah, membawaku menuju tempat aneh dan menakutkan dengan Kenzo yang menyetirnya sendiri.
Sedari perjalanan tadi, tidak ada sepatah katapun yang keluar memecah keheningan antara aku dan lelaki ini. Jangan tanya bagaimana tegangnya diriku berdua saja bersama Kenzo yang sedang dalam mode 'merah' nya.
Hm, merah adalah lambang yang aku berikan untuknya jika sedang menakutkan seperti ini.
Jujur, sudah lama aku tidak melihat Kenzo dengan wajah tanpa senyum, sekaligus aura gelap menakutkan selayaknya sekarang. Terakhir kali waktu kejadian kala itu, dimana seluruh keluarga Factorrsy menyalahkanku karena membuat Kenzo menjadi luar biasa berbahaya.
Aku sampai tak mau mengingat semua itu lagi. Membuat moodku down seketika.
"Kita sudah sampai. Mau berapa lama lagi aku harus menunggumu melamun?" Suara familiar milik Kenzo mengalun merdu di gendang telingaku. Membuyarkan segala lamunan tentang dirinya dalam kepala cantik ku.
"Uh-oh, maaf." Hanya itu yang dapat ku keluarkan sebagai jawaban. Entah mengapa, tiba-tiba segala konsonan kata hancur berantakan melihat ekspresi kelam di wajahnya.
Setelah berganti pakaian yang lelaki itu bawakan untukku, ia langsung membawaku berkendara menuju tempat ini dengan keadaan canggung luar biasa. Untuk pertama kalinya, aku merasa sangat sangat takut duduk berdua saja bersama Kenzo. Lelaki itu... ck, sangat membingungkan.
Aku memakai dress kuning cerah yang mengembang kebawah sepanjang lutut, perpaduan antara manis dan lembut, membuat tubuhku terlihat dua kali lebih pendek dari sebelumnya. Nampak kontras dengan pakaian santai Kenzo saat ini. Celana bahan hitam dan atasan kaus polo putih. Membuat otot-otot liat miliknya tercetak dengan sangat jelas.
Mempesona.
Satu kata yang cocok di sematkan untuk Kenzo. Walaupun berpakaian ala kadarnya seperti ini, ia masih bisa membuat kaum hawa melotot senang melihat aura ketampanan nya. Aku akui itu."Tempat macam apa ini?" Mataku menjelajahi daerah tempat Kenzo membawaku pergi.
Sebuah rumah dengan plang nama 'Vektor' berdiri menjulang tinggi, seakan menyambut kedatangan kami. Rumah ini terdapat 3 lantai, sehingga bangunannya nampak luas dan nyaman dalam waktu yang bersamaan.
Sekilas tidak ada yang aneh, namun jika di teliti lagi, ada kejanggalan yang nampak sangat ketara.
Coba kau pikirkan; sebuah rumah, terlihat seperti cafe karena plang nama itu, di tengah-tengah hutan seperti ini!
What the f*ck.
Siapa orang gila yang mau datang dan menghabiskan waktunya di cafe hutan ini.
"Aku."
Ucap sebuah suara. Tepat dimana tadi Kenzo berdiri.Suara yang terdengar sama persis seperti milik lelaki itu.
Wait! What?
Secara tiba-tiba, ku tolehkan kepalaku menghadap belakang dengan mata melotot kaget.
Dia, Kenzo.
Masih sama seperti beberapa menit yang lalu. Dengan mode merah yang sangat menyebalkan.
"Apa kau bilang?"
"Aku, aku orang gila yang mau datang dan menghabiskan waktunya di cafe hutan ini. Aku menjawab pertanyaanmu, oh, atau perlu kusebut dengan hinaan?" Jawabnya panjang lebar.
Apa maksudnya? Bukankah tadi aku sedang berbicara dengan diri sendiri? Atau justru, karena kebodohan dan keteledoran aku malah menyuarakan pendapat-hinaan-ku itu secara frontal?! Oh God!! Betapa bodohnya kau Hazel!
Dan, dan, dan, lebih parahnya lagi adalah... Kenzo mendengarnya! Tidak ada yang lebih buruk daripada ini.
"Hilangkan wajah fool-mu itu dan cepat masuklah. Atau jika tidak, aku akan..."
Mendengar nada ancaman itu, dengan segera aku menuruti perintah Kenzo. Meskipun aku tahu, jika ia tidak akan menyakitiku bagaimanapun caranya.
Gagang pintu berlapis warna emas itu terlihat kokoh bagi mataku. Di satu sisi, perpaduan kayu Mahoni dengan cepat berbaur menghasilkan karya seni yang indah. Santai tapi mewah dalam waktu yang bersamaan.
"Pilih tempat duduk di manapun yang kau sukai. Diam disana dan jangan kemana-mana! Mengerti?" Kenzo bersuara seketika menyentakku dari berbagai bayang-bayang atas tempat ini.
Kulihat raut wajahnya kian mengetat, saat tahu bahwa aku tak kunjung menjawab dan malah menatapnya dalam diam.
"Hazel, apa kau mengerti?"
"Iya, iya, aku paham. Aku... akan duduk disana." Ucapku sambil menunjuk sebuah tempat nyaman tepat di ujung cafe ini berada.
Sebuah meja dan kursi kayu seakan telah menunggu untuk seseorang menduduki nya.
Ah, sempurna...
Bahkan aroma tempat ini beterbangan menenangkan, layaknya berada di tengah hutan asli yang rindang.
Dari sini aku bisa melihat seluruhnya dengan jelas. Hanya ada beberapa pelanggan yang datang, ini di lantai satu, entah di lantai atas keadaan nya seperti apa.
Persis seperti fungsi cafe-cafe pada umumnya. Mereka membawa serta pekerjaan, laptop dan tablet duduk berdampingan menjadi satu, walau saat makan siang telah berlalu.
Tanpa sadar, sebuah decakan keluar dari mulutku. Mengambang di udara dan bergabung menjadi serpihan polusi suara bagi beberapa nyawa di dekatku.
Seorang perempuan muda berpakaian formal berpadu atasan merah muda itu, menoleh dan memandangiku aneh. Seperti mengucapkan berbagai hinaan di kepalanya. Aku tahu lewat tatapan matanya. Jelas menggambarkan segala yang terjadi.
Suasana disini cukup nyaman, entah karena suara kicauan para burung atau pemandangan rindang pohon-pohon besar disekitarnya. Namun satu hal yang tak kusuka, bunga mawar hitam yang berjejer rapi di atas meja-meja pelanggan. Membuat kesan dingin dan kelam menguar kala mataku memandang.
Tepat berjarak 50 centi meter dari tempatku duduk ini, bunga itu tampak sangat sombong, menjunjung tinggi arogansinya atas segala hal. Mengingatkanku dengan segala kekelaman di dunia ini. Kelopaknya memancarkan sorot tajam dan hampir menakutkan untukku.
Entah ini hanya halusinasi atau memang aku merasakan bahwa hampir dari setengah jiwaku terserap dan jatuh kedalam sari-sari tanaman terkutuk ini. Tubuhku lemas, hanya menunggu beberapa detik saja untuk bersatu dengan dinginnya lantai tempat ini.
1 detik....
3 detik....
5 detik....
Sesuatu yang baru muncul saat aku membuka mata. Ternyata, imajinasi dapat mengalahkan berbagai hal. Termasuk, ia yang sebenarnya tak kasat mata... bisa kau lihat dan rasakan, jika kau mau berusaha.
~~~~
Inginkan lebih?
Keep vote and comment, biar aku lebih semangat ngetik kelanjutan WM ini😊.Find me on ig : sarahrmdhnia34
Salam Grace?!
KAMU SEDANG MEMBACA
[MWS:2] Werewolf Mate
Werewolf*Modern Werewolf Story* Hazelnut Camelia sama sekali tidak percaya akan kalimat yang sebelumnya di lontarkan lelaki di depannya ini. Dimana ia adalah sahabat masa kecil Hazel bahkan hingga saat ini. Hazel tahu Kenzo Factorrsy sudah sangat melewati b...