- - Part 26 - - Dread/m

1.2K 80 3
                                    

Dread/m

Ada dua kata yang tertera dalam judul part ini.

Dread (dread  kb. rasa takut, ketakutan. -kkt. takut (kepada).

Dream (dream  kb. impian, mimpi. to have a d. bermimpi. -kkt., kki. (dreamed atau dreamt). 1 bermimpi. 2 membayangkan. 3 memikirkan. -dreaming kb. bermimpi, melamun.)

Aku pikir, dua kalimat itu menjelaskan part ini dengan sangat tepat.

Ketakutan dan juga mimpi...

So, happy reading?!

N.b : sorry lama update. Tugas numpuk sih :p

~ ~ ~ ~

Tamparan yang Kenzo berikan menggunakan tangan kekarnya. Tak pernah kusangka sebelumnya, tangan yang sejak dulu selalu melindungiku dan mengusap air mata di pipi saat aku menangis, kini malah berlaku sebaliknya.

Tamparan itu bukan hanya menyakiti wajahku, namun juga relung hatiku yang terdalam. Seakan aku adalah seorang hina yang baru saja mencela seorang bidadari menggunakan mulut kotorku. Sehingga sebuah tamparan yang kudapat sebagai ganti telah mencela bidadari tak bercela itu.

Air mataku meluruh jatuh. Menetes membasahi wajahku. Sudut hatiku terkoyak perih.

Itulah saat dimana Kenzo menamparku dan lebih memilih Miranda daripada diriku.

Aku sakit.

Perasaanku terluka.

Tak ada yang bisa kulakukan lagi.

~~~~

Satu jam setelah bangun dari tidur panjang, aku memutuskan untuk kembali berbaring diatas ranjang berseprai putih juga selimut tebal berwarna senada yang tetap setia membungkus tubuh ringkihku. Membawaku kedalam kehangatan juga ketenangan. Mengabaikan sakit dikepalaku yang tiap detiknya terasa kian dalam kurasakan.

Aku sendirian, didalam kamar yang tak terlalu besar. Dengan pencahayaan utama dari sinar matahari yang masuk lewat cela-cela jendela yang ada. Kuhembuskan napas gusar secara perlahan, berharap agar permasalahan yang bercokol didalam otakku segera terhempaskan walau kutahu itu semua sia-sia.

Kerutan halus timbul diwajahku, menunjukkan keresahanku. Aku tak tahu apa yang sebelumnya terjadi pada diriku sendiri. Fakta yang membingungkan membuat kepalaku kian pening seakan tersesat pada kegelapan tak berujung. Membicarakan tentang itu, ah, memangnya fakta apa yang kuketahui disini? Terlalu berbelit-belit dan tak kuat ditampung akal sehatku.

Aku masih memendam ribuan pertanyaan tentang peristiwa yang terakhir kualami ini. Semuanya tak bisa kumengerti! Aku bahkan merasa bahwa aku tak seharusnya berada pada situasi ini. Maksudku, tak semestinya peristiwa membingungkan ini kupikirkan terlalu dalam. Aku tak bisa dan tak kuat menjelaskan lebih banyak tentang perasaanku sendiri.

Pandangan mataku beralih menelusuri ruangan yang kutempati. Secara serentak pikiranku melambung pada beberapa saat lalu. Sementara lelaki yang menemaniku sebelumnya pergi dengan alasan bahwa aku butuh waktu untuk sendirian. Merenungkan semua keresahan dalam pikiranku. Dan ya, memang itulah yang sangat kubutuhkan sekarang. Dan aku berterima kasih untuk itu. Setidaknya aku tak harus merasa gila didepan orang lain saat batinku sedang berperang menghadapi ini semua. Otak serta pikiranku merasa terlalu berat menerima beban permasalahan ini.

Kenzo, lelaki itu, bisa dibilang ia terlalu berusaha keras untuk merenggutku 'kembali' ke alam nyata ini. Membuatku terbangun secara paksa walau kutahu ini bukanlah saat yang tepat. Ia semacam malaikat pelindung bagi diriku yang lemah juga tak berdaya. Diambang ombak yang tebal, mengapung sendirian bagai sampah yang tak diinginkan dunia.

[MWS:2] Werewolf Mate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang