Mataku terus menerus menatapnya. Ia yang duduk tepat didepanku. Mencoba untuk tidak terlalu menatapnya dengan tatapan penuh makna, namun juga mencoba untuk membuatnya sadar hanya dari tatapanku saja. Bahwa aku begitu menyayanginya dan tak ingin kehilangannya begitu saja.
Aku tahu, sangat tahu. Ia merasa tersinggung akibat perkataanku sebelumnya. Dimana aku mengatakan bahwa hanya dirinyalah yang berhalusinasi tentang segalanya. Termasuk hal-hal negatif baik tentangku juga Mirranda yang membuatnya selalu menatap kami dengan penuh benci.
Bukan satu atau dua tahun saja aku mengenalnya. Bahkan hanya butuh waktu sedetik saja untuk mengenal wanita ini. Hazel... Layaknya buku yang halamannya terpampang jelas dihadapanku. Hanya tinggal melihat juga membacanya dan semua orang akan mengerti isi buku itu.
Lihatlah sekarang. Ia sama sekali tidak mau menatap balik tatapanku. Ia malah sibuk bermain dengan kuku-kuku cantiknya. Percayalah seribu persen padaku. Bahwa saat ini ia sedang memaki-mak diriku dalam hatinya. Juga sedang bingung memutuskan apa yang akan ia lakukan kedepannya padaku. Bertahun-tahun mengenalnya membuatku semakin dalam mengerti tentang dirinya.
Aku datang bukan tanpa rencana. Tentu saja perencanaan matang sudah kusiapkan sebelumnya. Bukan maksud untuk mempermainkannya, namun percayalah sudah menjadi tugasku untuk membuatnya kesal terlebih dahulu sebelum membuatnya merasa begitu bahagia. Sampai akhirnya akan kukatakan semua. Tentang apa yang sebenarnya terjadi.
~ ~ ~ ~
Hazel dan Kenzo sedang berada di suatu tempat. Bernuansa hijau yang menyegarkan. Penuh rimbunan pepohonan yang rindang, seakan tertunduk ikut mendengar percakapan kedua insan yang sedang dilanda permasalahan itu.
Kalian tentu bisa menebaknya. Ya, Hutan. Tepat ditengah-tengahnya. Dimana yang bisa mereka lihat hanyalah pohon, pohon dan pohon saja.
Yang membuat suasana ini tidak terlalu menakutkan bagi Hazel adalah keberadaan meja dan kursi cantik berwarna putih gading dengan hiasan penuh bunga-bunga cantik yang nampak elegan juga manis dalam waktu bersamaan. Oh, juga berbagai macam lampu berwarna kuning keemasan, terpasang cantik di ke empat pohon-pohon itu. Sinarnya menerpa dengan elok nuansa pada sore hari kala itu. Tak lupa di bagasi mobil, terdapat berbagai macam makanan juga camilan yang keseluruhannya merupakan kesukaan Hazel.
Inilah yang Kenzo maksud dengan perencanaan matang miliknya. Dimana hanya ia dan Tuhan yang tahu kelanjutan rencana itu seperti apa.
Kenzo tiba-tiba saja berdiri. Berjalan menuju mobil, mengambil segala macam makanan yang telah ia siapkan serta menyusunnya tepat diatas meja dengan Hazel yang masih setia duduk berdiam diri di kursi itu. Nampak sesekali ia kedapatan sedang menatap Kenzo yang terus bolak-balik mengambil segala sesuatu dari mobil. Kali ini minuman yang juga kesukaan Hazel.
Segala macam makanan berbahan dasar coklat dan roti-rotan, juga minuman susu yang sebenarnya tidak cocok sebagai menu makanan di sore hari. Namun semua itu, sekali lagi, kesukaan Hazel. Dan percayalah, Kenzo sedikit tersenyum samar, kala melihat mata Hazel yang menatap seluruh makanan di hadapannya dengan mata yang berbinar bahagia.
Hazel, wanita itu sangatlah sederhana. Selain penikmat makanan, Hazel juga pencinta ketenangan. Perpaduan yang cocok pembawa harmoni seperti halnya saat ini.
Mereka terus menerus diam. Membisu. Membiarkan hanya semilir angin juga gemerisik dedaunan yang saling bertabrakan bersuara. Selebihnya, hanya kekosongan yang mengambil alih suasana.
Untuk terakhir kalinya Kenzo mengangkat sebuah kotak makan dari dalam mobil. Hingga akhirnya ia susun diatas meja bersamaan dengan makanan juga minuman lainnya. Setelah itu, ia memutuskan untuk kembali ke dalam mobil. Mengambil sesuatu benda yang ia sembunyikan dalam kantong celananya sebelum ikut duduk dihadapan Hazel dan turut serta memakan makanan yang tersedia.
KAMU SEDANG MEMBACA
[MWS:2] Werewolf Mate
Werewolf*Modern Werewolf Story* Hazelnut Camelia sama sekali tidak percaya akan kalimat yang sebelumnya di lontarkan lelaki di depannya ini. Dimana ia adalah sahabat masa kecil Hazel bahkan hingga saat ini. Hazel tahu Kenzo Factorrsy sudah sangat melewati b...