Aku berada di sebuah rumah kecil sederhana. Tepatnya ruang tamu rumah ini, dengan atap yang sedikit reot. Hanya terdapat sebuah kursi kayu tua--aku-duduk-di-kursi-itu--dengan lantai yang beralaskan sebuah tikar.
Kutatapi ruangan ini sedemikian rupa. Tiap senti nya seakan tak luput dari pandanganku. Dindingnya terlapisi cat berwarna coklat tua, yang di beberapa bagian sudah terkelupas parah. Sebuah pintu kecil di ujung ruangan, berwarna hitam dengan corak-corak aneh yang tak bisa kumengerti maksud dan tujuannya.
Entah mengapa, kedua kakiku mengarahkanku pada pintilu itu. Kuteliti kian dekat. Kuraba permukaan kasarnya. Kayu Ash. Tepat sekali, pintu ini dibuat menggunakan kayu Ash yang jelas sekali tidak mudah untuk didapatkan. Jenis kayu yang sulit ditemukan untuk kalangan orang biasa.
Corak aneh itu semakin memberikan tanda tanya besar dalam benakku. Siapakah pemilik rumah ini? Aku menduga, pemiliknya bukanlah orang sembarangan. Walaupun sulit, namun aku percaya untuk yakin bahwa siapapun dia, jelas memiliki dampak yang sangat besar dalam kehidupanku.
Sedikit random memang. Namun hati kecilku mengatakan hal yang sama. Sepertinya aku mengenal baik pemilik rumah ini. Aneh. Aku merasa sangat familiar dengan suasananya.
Kualihkan pandanganku. Masih menggunakan kayu dengan jenis yang sama. Namun yang sangat aneh adalah kenop pintu ini. Bentuk serta desine yang tak biasa. Berbentuk, ehm... Seperti seekor anjing. Ah, bukan. Bukan itu. Aku ragu tapi... Ini terlihat seperti serigala!
Ya, mulut hewan ini panjang bukan seperti anjing. Namun mirio seperti seekor serigala.
Serigala hitam.
Pandanganku teralihkan karena suara dari ruangan yang lain dari rumah ini. Kulangkahkan kakiku menuju suara itu. Dan seketika itu juga, aku mengalihkan permasalahan mengenai kenok pintu berbentuk serigala hitam yang menyeramkan.
Sebuah meja kecil yang kutaksir merupakan meja makan itu, di isi oleh 3 orang anak kecil yang masih berusia sekitar 5 tahunan. Duduk manis dengan senyum yang bertengger cantik di wajah mereka masing-masing. Dua orang perempuan cantik dan satu lelaki tampan.
Aku tak bisa melihat dengan jelas wajah mereka, namun salah satu dari kedua gadis kecil itu memiliki rambut brunette coklat lurus sepanjang bahu dengan poni yang menutupi wajah cantiknya. Tubuhnya terlihat paling kecil diantara yang lain. Ia tersenyum, manis sekali. Memperlihatkan barisan gigi kecilnya. Tanpa sadar, kedua sudut bibirku melakukan hal yang sama. Tersenyum entah karena alasan yang jelas.
"Aku akan meminta mama untuk membawakan lebih banyak permen lagi, jadi, tunggu disini yah?" ucap gadis kecil yang duduk diantara gadis berambut coklat dan lelaki itu. Lantas ia turun dari kursi dengan susah payah dan menghilang pada ruangan yang lain.
Aku tak mempermasalahkan kepergian gadis itu. Justru kedua mataku tak mau beranjak meninggalkan sosok gadis berambut coklat itu sedari tadi. Mereka berdiam diri. Sepertinya saling canggung satu sama lain. Aneh. Mengapa anak kecil seusia mereka bisa canggung seperti ini?
Kurasa, gadis kecil itu merasa takut ditatap sedemikian rupa oleh lelaki diseberang meja itu. Lantas, anak lelaki itu mulai bersuara, "apa yang membuatmu tidak takut pada bangsa kami?" Ia membuka suara dengan mata yang kian memicing tajam.
Aku menduga, gadis kecil itu tidak akan menjawab pertanyaannya. Terlihat sekali raut ketakutan yang coba ia tutup-tutupi dihadapan lelaki itu. Namun seberapa keras pikiranku berpikir demikian, nyatanya sangat berbeda.
Faktanya, "tidak ada," ia menjawab dengan suara yang terdengar yakin. Sangat berbanding terbalik dengan ekspresi yang ia tunjukkan beberapa detik lalu. "aku sama sekali tidak takut pada bangsa kalian aku hanya... Uhm, sedikit merasa aneh berada di tempat ini."
Anak lelaki itu tetap memicingkan matanya menatap si gadis kecil yang saat ini mulai terlihat lebih relax. Ia sudah tidak terganggu dengan tatapan lelaki kecil itu.
"Lalu mengapa kau tetap disini? Lebih baik pergi. Disini bukan tempat para manusia tinggal. Kau..." ia seperti ingin mengucapkan sesuatu lagi, terlihat jelas ia ragu akan hal itu. "Tidak sebanding untuk bisa berbaur dengan kami."
Mata gadis kecil itu melebar kaget. Tidak menyangka ia akan mendapat perkataan demikian dari lelaki itu. Ia tergagap dengan keadaan sekitar. Matanya mulai melemah, seperti berusaha untuk menyembunyikan air mata yang pada detik berikutnya turun kian deras.
"Tidak usah menangis. Aku tahu kau hanya ingin mendapatkan perhatian dari bangsa kami. Diantara semua orang yang telah kau tipu, hanya aku yang bisa melihat pemikiranmu dengan mata terbuka." Tepat saat di titik ini, aku mulai merasakan sebuah keanehan...
"Dengan kata lain, hanya aku, yang tidak bisa kau tipu."
Aneh. Benar, sangat aneh.
Bagaimana bisa, pembicaraan seorang lelaki dan gadis kecil dengan rentang usia yang terlihat tidak berbeda terlalu jauh ini bisa terasa sangat berat? Maksudku, hey... Mereka terlihat seperti anak-anak yang berusia antara 5 sampai 7 tahunan.
"Ken-kenapa kamu sangat me-menyebalkan? Apa salahku, sehingga kam-kamu menuduhku seperti itu? Aku tidak pernah merugikan siapapun di-disini, kau tahu itu. Ba-bagaimana bisa..."
Aku memutuskan untuk segera melangkah pergi dari tempat ini. Tepat ketika perkataan selanjutnya yang lelaki itu keluarkan, membuat tubuhku lunglai seketika. Lemas tak berdaya. Tertampar sebuah kenyataan pahit yang ada.
Bagaimana bisa...
"Hazelnut Camelia, aku, Kenzo Factorrsy, calon Alpha pack Golddest Moon, dengan ini menyatakan dirimu... Sebagai mate-ku! Pasangan hidup dan matiku. Mine!!!"
Aku tidak menyadari, bahwa selama diriku ditempat ini, anak kecil yang berbicara dengan intonasi menyebalkan itu adalah refleksi Kenzo semasa kecil. Bahkan meskipun caranya sangat berbeda jauh dengan Kenzo yang kukenal saat ini, mereka tetaplah orang yang sama.
Satu lagi yang membuat pemikiranku kian rumit dengan semua ini adalah, gadis kecil yang pergi dengan tujuan untuk mengambil permen tadi sangatlah mirip dengan perempuan itu. Ya, dia. Miranda Awsh!
Tapi... Bagaimana bisa, aku tidak mengenal diriku semasa kecil?
Bagaimana bisa gadis kecil yang sampai saat ini masih menangis sesenggukan itu adalah diriku?
Bagaimana bisa...
Bagaimana bisa ini semua terjadi?
Oh tuhan...
~~~~
Aku tepatin janji buat update lebih cepet, yaa :p
So, cepetin juga vote+comment nya, okay...
Xoxo :)
Find me on ig : sarahrmdhnia34
Gracesar34
KAMU SEDANG MEMBACA
[MWS:2] Werewolf Mate
Werewolf*Modern Werewolf Story* Hazelnut Camelia sama sekali tidak percaya akan kalimat yang sebelumnya di lontarkan lelaki di depannya ini. Dimana ia adalah sahabat masa kecil Hazel bahkan hingga saat ini. Hazel tahu Kenzo Factorrsy sudah sangat melewati b...