- - Part 40 - - Negosiasi

476 31 2
                                    

🎼Tak pernah terbayang
🎼Akan jadi seperti ini pada akhirnya
🎼Semua waktu yang pernah kita lewati
🎼Bersama nyata hilang dan sirna

🎼Hitam putih berlalu
🎼Janji kita menunggu
🎼Tapi kita tak mampu
🎼Seribu satu cara kita lewati
🎼Tuk dapatkan semua jawaban ini

🎼Bila memang harus berpisah
🎼Aku akan tetap setia
🎼Bila memang ini ujungnya
🎼Kau kan tetap ada di dalam jiwa

🎼Tak bisa tuk teruskan
🎼Dunia kita berbeda
🎼Bila memang ini ujungnya
🎼Kau kan tetap ada di dalam jiwa

Isyana Sarasvati - Tetap Didalam Jiwa

~~~~

Jika ada diantara kalian yang berpikir bahwa sekarang Hazel sedang berada di sebuah tempat, dimana alamat yang anonym itu kirimkan berada, maka semua itu salah besar.

Ia tak berada disana. Alamat yang terlalu jauh di tempuh bagi Hazel seorang diri. Terlebih ia sama sekali tak mengenal seluk beluk anonym itu. Hanya orang gila yang berani datang tanpa alasan yang jelas.

Sementara Hazel, bukan jenis orang gila yang berani seperti itu.

Hazel muak. Ia tak ingin berurusan dengan orang tak dikenal yang menyebalkan. Masalah yang menimpanya sudah terlalu banyak dan menumpuk. Ia tak mau lagi terlibat dalam hiruk pikuk kesalahan lain lagi. Pikirannya sudah penuh dengan berbagai kejanggalan dalam kisah hidupnya akhir-akhir ini. Terlalu berbelit-belit dan membingungkan baginya.

Ia tak mau masuk dalam satu lubang kesalahan, sementara ia baru saja keluar dari satu lubang lainnya.

Tentu saja masih segar dalam pikirannya, kejadian beberapa jam lalu yang sangat melukai hatinya terlalu dalam. Mengenai konflik permasalahannya dengan Kenzo, juga seorang wanita yang lelaki itu kenalkan padanya atas nama Miranda. Jika di pikirkan lebih jauh lagi, pertemuannya dengan wanita itu terlalu janggal untuk bisa di sebut sebagai takdir. Seperti benar-benar dipaksakan. Yeah, Hazel tahu ada banyak perihal yang tidak jelas berada dalam hidupnya. Dan itu semua...

Selalu berhubungan dengan Kenzo.

Memikirkannya, tanpa sadar menghantarkan Hazel pada gerbang kesedihan yang mendalam. Buktinya ia tak kuasa menahan tangis kepedihan. Tetes demi tetes air matanya jatuh bercucuran. Membasahi pipinya sampai ke dagu. Kedua bulu matanya sampai basah atas air mata.

Kenzo...

Suara hati Hazel berteriak. Memanggil nama seorang lelaki yang menjadi sosok penyelamat bagi hidupnya selama ini, namun entah mengapa malah menyakitinya kian dalam. Kenzo menjadi alasan mengapa ia bersedih. Padahal dulu, Kenzo selalu menjadi orang pertama yang menghapus air matanya. Juga membisikkan kalimat-kalimat penenang yang langsung menentramkan hatinya. Tak jarang, kala Hazel bersedih hati Kenzo-lah orang pertama yang mengetahui alasan kesedihannya. Dan lelaki itu yang bertindak pada barisan pertama untuk membela Hazel.

Mengingat itu membuat sisi hatinya menghangat. Tanpa sadar, seulas senyum terbit diwajah cantiknya. Nampak cerah selayaknya matahari pertama pada musim gugur yang panjang.

Namun...

Secepat senyum itu terbit, secepat itu pula senyum itu menghilang.

Entah mengapa, sekelebat sosok penuh kebaikan itu tiba-tiba saja menghilang. Tergantikan dengan sosok Kenzo yang sangat asing di mata Hazel. Kenzo yang menakutkan dan mengerikan.

Masih teringat jelas dalam kenangannya, seberapa kuat rasa sakit hati yang ia rasakan. Akibat perlakuan Kenzo yang terlalu berlebihan baginya.

Kenzo...

Hazel menyebut nama lelaki itu dalam hati, seraya memegang pelan pipi sebelah kirinya yang menjadi sasaran tamparan Kenzo.

Tapi-tunggu?

Apakah pukulan itu nyata?

Apa hanya terjadi dalam mimpinya saja?

Hazel tahu ia tak bisa membedakan antara kenyataan juga mimpi yang telah merasuk dalam pikirannya. Bercampur baur merusak fakta. Ia tak bisa membedakan. Seakan ada benang tak kasat mata yang terus menerus membelit dalam otaknya. Sehingga membuat segala sesuatunya menjadi abu di mata Hazel.

Dalam hati ia tahu, Kenzo tak mungkin melakukan tindak kekerasan terhadap dirinya. Tapi entah mengapa itu semua seakan terlalu nyata untuk hanya sekedar dianggap mimpi belaka.

Diantara semua kebaikan Kenzo, Hazel merasa sangat merindukan sosok lelaki itu yang dulu. Ia sangat rindu. Ah, lebih tepatnya rindu akan sosok Kenzo yang masih baru-baru saja pergi darknya. Singkat kata, ia tahu semua ini terlalu cepat untuk dianggap dulu. Padahal nyatanya, selisih kejadiannya hanya berselang beberapa hari saja. Bahkan antara sosok Kenzo yang dulu dengan sosok Kenzo yang sekarang tak ayal kurang dari satu bulanan saja.

Namun perbedaannya terasa sangat mengganggu. Sampai membuat kedua alisnya berkerut keheranan.

Air mata Hazel surut seakan habis tak bersisa. Ia baru menyadari hal ini. Ya!

Kenapa tak terpikir sedari awal.

Ini... Bisa saja hanya...

Hanyalah mimpi.

Semua ini bisa saja hanya mimpi yang terjadi dalam kepalanya tanpa benar-benar ada didalam kenyataan. Iya, 'kan?

Tiba-tiba ia berdiri secara mendadak. Dengan senyum cerah sambil sesekali menghapus jejak air mata di wajahnya. Ada secuil perasaan bahagia. Melihat sebuah kemungkinan positif yang bisa saja terjadi secara nyata.

Setidaknya... Hazel ingin berharap bahwa apa yang ia rasakan dan lalui tentang kenyataan bahwa Kenzo berubah, hanyalah kesalahan yang terjadi. Palsu.

Karena... Semua itu terlalu menyakitkan untuk dilupakan.

Sambil tersenyum, ia bangkit dari atas sofa ruang tamu. Berlari menyusuri tangga untuk menuju ruang kamarnya berada. Secepat kilat melangkah, mengabaikan beberapa anak tangga yang hampir saja menjatuhkannya.

.
.
.

Setelah berpikir cukup lama, aku memutuskan untuk mempublish bagian ini terlebih dahulu dan menunda part "kejutan" yg sebelumnya aku janjikan pada kalian. Karena satu dan lain hal yang sangat penting untuk kelanjutan cerita ini, jadi, yeah, here it is~

Tunggu part selanjutnya aja yaa... Kejutannya ada di part itu, hehee

Jangan lupa like, comment dan follow akunku sebagai apresiasi bagi penulis atas cerita yang telah tersajikan ini yaaa ^^

Oh, temukan akh di instagram ------ sarahrmdhnia34 ----- untuk Quotes galau dan info seputar keseluruhan cerita aku...

Salam Grace?!

[MWS:2] Werewolf Mate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang