- - Part 9 - - Emosi

3.2K 251 6
                                    

(Hazel)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Hazel)

Hazel POV

Aku tidak habis pikir, bagaimana bisa ia meninggalkanku di tempat mengenaskan seperti ini. Kenzo, lelaki itu memang harus diberi pelajaran!

Tanpa permisi atau bahkan meminta izin padaku, ia seenaknya pergi entah kemana. Mengorbankan diriku dengan wanita penyihir itu. Well, Miranda memang baik. Tapi aku tidak tahu, kebaikan itu benar-benar asli ataukah hanya bualan kepalsuan belaka.

Selama ini, tidak ada orang yang bisa kupercaya, selain kedua orang tuaku dan lelaki itu, Kenzo.

Dan untuk menitipkan kepercayaan ku ini padanya, terasa sangat berat untukku.

"Jangan banyak melamun seperti itu, nona manis. Aku yakin, Kenzo pasti akan selamat. Dan kembali berjumpa dengan kita lagi." Miranda datang dengan senyum menawannya. Aku sedikit bingung dengan arah pembicaraan ini, apa maksudnya?

Memangnya Kenzo dalam bahaya?
Apa yang membuat lelaki itu tidak 'pasti akan selamat?'

Seperti melihat ekspresi penuh tanya dalam wajahku, ia melanjutkan perkataan nya, "ehmm, aku hanya bercanda tadi, hehehe. Kenzo pasti akan kembali, tentu saja. Pembicaraan ku sangat melantur, ha-ha-ha."

Aneh.

Walaupun banyak orang yang mengatakan bahwa aku adalah tipe wanita polos, namun aku sangat peka dengan lingkungan sekitar. Miranda seperti menutupi suatu hal padaku.

Sesuatu yang sangat berat.

Dan aku yakin, apapun itu, ada hubungannya denganku dan Kenzo.

"Miranda... aku tidak tahu, apakah kebaikanmu ini asli atau palsu, tapi aku tahu ada yang kamu sembunyikan dariku. Tentang Kenzo, kamu berbohong. Katakan, dimana dia berada sekarang? Ini sudah malam, dan ia tidak kunjung kembali!!" Aku mulai kehabisan kesabaran, ini adalah titik terendah kebaikan ku atas segala kebohongan yang wanita ini lakukan padaku.

"Aku... merasa sangat khawatir." Ucapku pada akhirnya.

Mataku mulai berkaca-kaca. Hanya sepersekian detik, air mata lolos keluar dari pelupuk mata. Hampir frustasi, melihat segala kepalsuan yang Miranda lakukan di hadapanku.

"Aku tahu kita hanya sebatas stranger belaka saat ini. Status diriku hanyalah teman yang tak kau harapkan kehadiran nya. Kita bahkan baru mengenal tidak kurang dan tidak lebih, 26 jam saja. Tak heran, jika mudah bagimu untuk berbohong padaku Miranda."

Air mukanya nampak suram.
Ia terlihat jelas berusaha agar tak mengatakan yang sebenarnya padaku.

"Miranda, kau tahu kan siapa aku?"

Tanganku meraih kedua tangan gadis ini. Dingin. Ia gugup mendengar pertanyaan ku.

"Jawablah... kau tahu siapa diriku di masa lalu kan, Miranda?" Ucapku dengan sedikit merampas tangannya, memberikan sedikit paksaan agar ia bisa segera menjawab pertanyaan ku.

"A-aku benar-benar tidak tahu apa maksudmu."

"Aku tahu kau berbohong. Miranda, katakan apa yang membuatmu menutupi semua kenyataan ini padaku?! Kumohon..." suaraku kian lirih.

Miranda wanita yang keras kepala. Tidak akan muda untuk menggoyahkan keyakinan gadis ini.

"Aku mohon Miranda..."

Aku hampir tidak pernah mengucapkan kata permohonan pada orang lain. Tapi pada dirinya, aku bahkan sudah dua kali mengucapkan nya.

Keheningan menyapa kami untuk sesaat, sampai akhirnya...

Sebuah derap langkah kaki terdengar mengalun keras di indra pendengaran ku.

"Apa yang telah kau lakukan pada sahabatku, Miranda, Hazel?!!"

Kenzo datang.
Ia pulang. Dengan ekspresi penuh emosi yang ia tunjukkan pada diriku.

~~~~

Find me on ig : sarahrmdhnia34

Salam Grace?!

[MWS:2] Werewolf Mate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang