Ah, jadi ini maksud Kenzo. Dunia aneh ya? Apa ini seperti dunia paralel? Aku tak tahu, tapi mari kita menuruti perkataan Kenzo. Bersikap biasa saja! Entah siapapun itu, mari bersikap biasa saja!
Akhirnya Hazel mengerti satu hal. Ini... Bukanlah dunia miliknya. Dunia ini terlihat sama, namun jelas terasa berbeda. Satu hal yang harus Hazel ketahui dari dunia ini...
Apa perbedaannya dengan dunia asli?
Dan siapa yang telah membawa Hazel ke dunia ini?
~ ~ ~ ~
Hazel mulai berusaha untuk terpejam. Berlagak tidur diatas kasur yang sekali lagi, terasa sangat familiar bukan hanya bagi dirinya saja. Namun juga bagi tubuhnya itu. Ia bingung mau berbuat apa dan sangat ketakutan kala tahu bahwa dunia ini bukanlah dunia yang sebenarnya. Ia tak tahu jenis makhluk apa yang akan ia temui nanti.
Terlebih membayangkan bahwa tempat ini, yang notabennya terdapat di sekitar hutan membuat seluruh bulu kuduknya berdiri. Bisa saja berbagai jenis hewan-hewan buas seperti beruang atau bahkan serigala tiba-tiba ingin memangsa dirinya. Membayangkannya saja sudah membuat seluruh tubuh Hazel lemas seketika. Ia benci hewan-hewan itu. Terlebih serigala. Ia beribu-ribu kali membencinya. Tiap kali mendengar kata 'serigala' ingatan akan masa lalunya tiba-tiba saja mengambil alih pikiran serta alam bawah sadar Hazel. Membuatnya tak berdaya bagai sebuah jasad tanpa arwah.
Terlebih...
Disini tak ada Kenzonya. Mungkin memang Kenzo versi dunia ini ada. Namun Hazel yakin keduanya akan sangat berbeda. Beberapa waktu lalu, setelah tubuhnya tiba-tiba saja berotasi ke dunia ini, Hazel telah menyepakati satu hal. Bahwa apa yang telah dan akan Kenzo katakan, nyata adanya.
Bahwa... Ini semua memang terjadi hanya di kepalanya saja. Segala keanehan akan dunia paralel ini. Entahlah. Walau masih terasa abu-abu, Hazel sangat mempercayai Kenzo. Saat ia kembali nanti, ingin rasanya segera memeluk lelaki itu erat. Menumpahkan segala ketakutannya dan menceritakan semua yang telah ia lalui.
Hazel telah memikirkan berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi. Bahwa misalnya jika ia mati di dunia paralel ini, maka arwahnya akan kembali ke dunia aslinya. Mengingat perkataan Kenzo yang mengatakan bahwa ia sempat tak sadarkan diri selama berhari-hari lamanya.
Sebersit pemikiran untuk bunuh diri di dunia paralel ini agar bisa segera kembali, namun akal sehat Hazel mencegahnya. Ia masih belum yakin sepenuhnya apa cara itu bisa berhasil. Akan sangat konyol jika apa yang ia pikirkan gagal. Ya, ia bisa saja mati sia-sia.
Saat ini Hazel sedang tidur meringkuk diatas ranjang di dunia aneh yang segalanya nampak berwarna putih ini. Ia punya rencana. Walaupun Hazel tahu bakat actingnya sangat buruk, namun tidak ada pilihan lain lagi selain menganggap bahwa ia hanya sedang bermain peran dengan berbagai karakter-karakter yang ia kenal di dunia nyata.
Anggap saja sedang bermain drama di atas pentas seni, Hazel. Jangan terlalu kaku, jangan terlalu takut, dan jangan terlalu santai. Karena apapun bisa terjadi. Tetaplah waspada dan bertindaklah biasa saja! Hazel berusaha menyemangati diri sendiri dengan berbagai kalimat menenangkan dalam hati. Hingga akhirnya waktu itu tiba...
Dimana ia mendengar suara langkah kaki sedang berjalan menuju arah ruangan ini. Terdengar sedikit aneh, karena langkahnya terkesan menyeret tanah. Bahkan langkah itu saling bersahutan. Satu hal yang ia tahu, ada lebih dari satu orang yang sedang berjalan menuju ke arah kamar ini. Hazel berusaha keras menetralkan emosi serta ekspresinya. Meneguhkan hati untuk tidak berteriak ketakutan.
Dibalik itu semua ia pun juga tidak bisa membohongi hatinya. Bahwa terdapat setitik rasa penasaran yang diam-diam muncul. Ia ingin tahu, jenis makhluk apa dan bagaimana yang akan meniru orang-orang asli di dunia nyata itu. Sungguh... Hazel sangatlah penasaran.
Satu langkah...
Dua langkah...
Lima langkah...
Inilah waktunya.
Krriieeek...
Bunyi pintu yang engselnya terbuka. Tanpa sadar semakin membuat Hazel menutup erat kedua matanya. Seakan dengan melakukan hal itu takdir baik akan berpihak padanya.
Dan...
Memang benar dugaan Hazel. Tidak hanya seorang saja yang memasuki kamar ini. Mereka ada dua. Terdengar dari tapakan kaki itu. Hazel termenung setelahnya.
Bersikap biasa saja ya? Kata hatinya bermonolog. Oke kalau begitu, siap atau tidak mari kita bermain peran! Lanjutnya menyemangati diri.
Dalam diam gadis berambut coklat itu telah mempersiapkan beberapa rencana matang. Ia telah menyusun berbagai strategi yang nantinya akan ia gunakan untuk melacak segala keanehan di dunia ini. Ia juga telah bertekad untuk berusaha memecahkan segala pertanyaan mengenai dunia ini apapun yang terjadi. Setidaknya jika ia mati di dunia ini nanti, arwah Hazel tidak akan penasaran dengan kenyataan yang ada.
Berbagai pertanyaan yang telah ia susun itu antara lain; apakah karakter tiap makhluk di dunia ini sesuai dengan sikap serta sifat orang-orang jahat yang berada dalam ingatannya itu? Bagaimana jalan cerita yang menentukan nasib Hazel kedepannya nanti? Serta... Siapakah dalang dibalik ini semua?
Tanpa sadar kedua tangan Hazel mengepal dibalik selimut. Ia merasa sangat penasaran dan jengah dengan permainan bodoh ini. Ia bahkan ingin menemui dalang itu dan bertanya apa salahnya hingga ia tega mempermainkan kehidupan Hazel bahkan hingga titik dimana ia tak ubah selayaknya orang gila. Puncak kemarahan itu kian menebal. Rasa takut yang sebelumnya merajalela kini berganti amarah yang menggebu-gebu.
"Lihatlah, dia masih tertidur!" ucap seorang wanita cantik tepat di ambang pintu masuk berada. Bibirnya mencebik dan berkata sambil memutar kedua bola matanya pelan.
Deg! Walaupun Hazel telah berusaha menghilangkan rasa sakit hatinya terhadap pemilik suara ini karena alasannya membenci itu sangat tidak berdasar, tetap saja ada setitik emosi yang terasa kala mendengar suara Mirranda. Namun sekuat tenaga ia berusaha menekan segala perasaan itu. Demi kelancaran bermain peran ini.
"Dasar lemah!" kembali, gadis yang sama bersuara. Benar, dia adalah Mirranda.
"Lebih baik cepat bangunkan dia, kita tak punya banyak waktu!"
Oh Tuhan! Suara ini... Benak Hazel bersuara. Terlalu kaget dengan apa yang ia dengarkan. Meskipun sudah menanangkan diri berkali-kali, nyatanya saat mendengar suara yang sama serta intonasi tegas khas seseorang itu tetap saja membuat degup jantung Hazel meloncat-loncat bahagia.
Entah karena faktor kebahagiaan ataupun lainnya. Namun dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun keadaannya, suara Kenzo adalah alasan pertama dan terakhir betapa luar biasanya efek yang diberikan pada tubuh Hazel. Padahal hanya sebatas suara, tak lebih. Bahkan kini yang bersuara bukanlah Kenzo yang sebenarnya. Walau hanya replika, namun perasaan Hazel tetap menampilkan rasa yang membuncah penuh kebahagiaan. Jika tak mengingat bahwa apa yang sedang ia alami ini adalah peristiwa semu, Hazel pasti sudah bangun dan memeluk Kenzo sambil menangis tersedu-sedu.
Oh, tapi tunggu dulu. Apa yang replika Kenzo maksud dengan kita yang tak punya banyak waktu?!
~ ~ ~ ~
Gantung banget ya? Ehehe, maafkan. Karena harus Grace potong dibagian ini. Semoga kalian suka?!
Part ini di dedikasikan untuk kalian penyemangat dan dan pemberi bintang bagi setiap cerita Grace. I luv U, guys ^ω^
Aku tanpa kalian bagaikan bunga flanel disamping rangkaian bunga mawar. Hihi, artikan sendiri maknanya yaaa...
See U soon ♡(∩o∩)♡
KAMU SEDANG MEMBACA
[MWS:2] Werewolf Mate
Werewolf*Modern Werewolf Story* Hazelnut Camelia sama sekali tidak percaya akan kalimat yang sebelumnya di lontarkan lelaki di depannya ini. Dimana ia adalah sahabat masa kecil Hazel bahkan hingga saat ini. Hazel tahu Kenzo Factorrsy sudah sangat melewati b...