- - Part 39 - - Anonym Number

535 42 4
                                    

Kepercayaan.

Kamu tak akan mau merusaknya. Karena sekalipun hal itu koyak, walau hanya sedikit bagian saja, tak kan ada imbalan untuk bisa mengembalikannya kembali sempurna.

.
.
.

Selesai sarapan, Hazel kembali ke kamar. Hari minggu, itu artinya hari libur sekolah. Membuatnya ingin menghabiskan seluruh hari ini hanya dengan tidur dan malas-malasan. Berbaring telentang di atas ranjang hijaunya, membuat mood Hazel seketika membaik. Beban pikiran yang sebelumnya ia bawa seakan terhempas pergi entah kemana. Membuat sudut kecil hatinya bersorak. Setidaknya tiada alasan baginya untuk sukar berpikir keras lagi.

Ketika sedang asyik melamun, tiba-tiba ranjangnya terasa bergetar pelan. Ia mencari sumber getaran itu-yang ternyata berasal dari balik bantal tidur di sampingnya. Saat tangannya menggenggam benda itu, seketika kedua bola matanya membesar hebat.

Ini handpone milikku...

Ia berseru kegirangan. Dengan tidak sabar segera melihat notifikasi yang menjadikan alasan mengapa benda ini bergetar sedari tadi. Rupanya telpon dari salah satu teman yang menanyakan keberadaannya selama seminggu ini. Hazel tersenyum geli, melihat beberapa temannya yang mengirim pesan chat mengkhawatirkan keadaannya.

Lalu selanjutnya, yang ia lakukan hanyalah sibuk dengan ponsel. Tanpa memikirkan lebih jauh mengapa benda itu bisa berada di kamar ini.

~~~~

Hazel turun dari lantai dua-tempat dimana kamarnya berada-menuju dapur untuk mencari minum. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, ia sedikit mengerutkan kening kala melihat keadaan rumah yang kosong tanpa ada tanda keberadaan paman dan bibinya. Baru ia sadari kalau hari minggu seperti ini, keduanya pasti sedang berbelanja kebutuhan mingguan. Di sebuah mall yang terletak tidak jauh dari rumahnya berada. Ia membuka pintu lemari pendingin, mencari botol air putih dan segera menandaskan isinya.

Tiba-tiba ia merasakan sebuah getaran dari handpone di saku celana jeansnya. Sedikit mengerutkan kening kala sebuah chat dari nomor yang tak di kenal mengirimkan sebuah ucapan bernada perintah padanya. Cepat-cepat ia melihat foto profil si pengirim, namun nihil. Foto yang digunakan bukanlah menunjukkan wajah atau sosok seseorang. Melainkan hanyalah sebuah pemandangan hutan yang seketika membuat Hazel-tanpa sadar-merasakan pusing di belakang kepalanya. Sepertinya ia sedikit merasa terbebani dengan foto itu, karena mengingatkannya akan kejadian beberapa hari terakhir yang bukan termasuk ke dalam kejadian menyenangkan baginya.

Pesan itu berisi...

+1408*******: Jika kamu mau tahu suatu hal menarik, datanglah kesini!

Apa-apaan tanda seru itu?! Ish, menyebalkan. Anonym (orang tak dikenal) ini secara tidak langsung memerintahkanku melakukan sesuatu, memangnya siapa sih dia?

Lalu selanjutnya ia mengirimkankan lokasi dimana Hazel diperintahkan untuk datang ke tempat itu. Dengan alasan 'sesuatu hal yang menarik'. Hell! Orang macam apa yang dengan suka hati menuruti perkataan seseorang yang tak dikenalnya? Hazel tak se-kurang-kerjaan itu.

Tanpa banyak bicara, ia mengabaikan pesan yang menurutnya tak jelas. Alih-alih menjawab, ia malah mengubah aplikasi chat menjadi ikon music. Butuh waktu sesaat baginya untuk mengulik permukaan ponselnya lalu setelah itu, terdengar alunan suara emas dari Yolanda Adams bertajuk 'Never Give Up'. Ia tak peduli walau chat menyebalkan itu berakhir hanya dengan tanda terbaca saja. Pikirannya sudah terlalu penuh dengan berbagai masalah, perihal kecil yang menyebalkan tidak akan sukar-sukar ia masukkan ke dalam otaknya lagi.

[MWS:2] Werewolf Mate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang