Langit mulai menggelap. Kulihat senja yang sedari tadi menggantung diatas sana mulai berpendar pergi. Berganti langit hitam dengan bulan yang menghias paduan atmosfer itu dengan indah. Senja pergi tanpa banyak bicara, namun semua orang mengetahui bahwa ia sedang menunjukkan giliran tugasnya yang digantikan oleh langit gelap. Seakan membawa sebuah pesan kepada alam, bahwa malam telah tiba.
Begitu juga dengan hembusan angin yang sedari tadi bergerumul. Kini mulai sedikit demi sedikit membubarkan diri. Karena walaupun masih ada, gerumulan angin itu mulai berkurang drastis. Entah karena terlalu lelah terbang tanpa tujuan kesana kemari, ataukah sama seperti senja tadi, mereka yang berusaha menunjukkan waktu bertugasnya yang telah usai.
Dalam diam aku menatap berbagai perubahan yang ada. Seakan alam mendukungku untuk mulai berubah juga. Namun entahlah, aku tak tahu. Perubahan mana yang alam kehendaki untukku.
Kuhembuskan napas perlahan. Berusaha menstabilkan keadaan dengan bertingkah biasa saja, namun nyatanya gagal. Aku tahu usahaku untuk menipu Kenzo dengan pura-pura tidur sedari tadi itu gagal total. Bukan hanya sekedar tak berhasil, bahkan bisa dibilang pada detik pertama aku memutuskan untuk diam-diam membohonginya kuyakin ia sudah mengetahui gelagatku itu.
Ini bukan karena aku yang tak memiliki bakat menipu maupun membohongi orang lain, namun juga karena satu hal, satu alasan yang kuyakini menjadi faktor utama mengapa aku tak pernah berusaha keras membohonginya. Karena kutahu akhirnya akan begini, karena kutahu semuanya akan sia-sia. Satu alasan itu yakni aku, sebuah buku yang terpampang dengan jelas lembar demi lembar isi tulisannya. Sehingga mudah bagi Kenzo membaca tiap bagian dari diriku. Aku adalah buku baginya. Hanya bagi Kenzo seorang.
Namun walau sudah mengetahui kebohonganku itu, Kenzo tetap diam begitu saja. Mengemudi dengan fokus tanpa menghiraukan kebodohanku ini. Satu hal yang kutahu dalam pikirannya, ia pasti mengetahui kebingungan serta ketakutanku, jadi ia lebih memilih diam. Memberi waktu untukku mencerna segela kemendadakan ini. Itulah... yang aku butuhkan.
Kedua mataku tetap setia terpejam. Kepalaku bersender di kaca mobil. Namun aku masih bisa sedikit mengintip, melihat segala kondisi yang ada. Bersyukur pada Tuhan dikaruniai bulu mata yang lentik serta tebal, membuatku masih bisa merasakan perubahan atmosfer yang ada. Diantara segala perubahan itu, satu yang kutahu, perasaanku sudah mulai tenang dan damai. Tidak lagi bergejolak seperti beberapa waktu lalu. Inilah yang kumaksud dengan sisi lain keterdiamanku. Aku butuh waktu lama untuk mencerna segalanya. Dan itu berhasil walau dengan waktu yang terbatas.
Untuk terakhir kali, sebelum memutuskan membuka mata dan mengakhiri kebohonganku, kuhela napas sedikit berat dan besar. Sebagai pertanda segala kegusaran hati yang kuhempas pergi.
Hal pertama yang kulihat kala membuka mata adalah suasana hutan yang rindang. Namun hany dengan sekali lihat saja aku sudah mampu mengerti serta memahami dimana aku sekaeang berada. Bukan lagi hutan yang sama seperti sebelumnya, melainkan hutan yang sedari awal menjadi TKP atau saksi bisu kehaluan yang Kenzo katakan hanya terjadi di dalam pikiranku saja itu.
Ya, hutan yang sama dimana rumah-cafe milik Mirranda berada. Aku tahu inilah satu-satunya tujuan Kenzo sedari tadi. Aku tahu maksud Kenzo dengan menyelesaikan segala permasalahan yang ada, yakni membawaku ke tempat ini. Namun entahlah, aku tetap tak kuasa menahan rasa sedih serta tangisan dalam diri. Mengetahui disinilah segalanya bersumber.
Mengesampingkan hal itu, aku lebih penasaran lagi dengan penjelasan Kenzo tentang segalanya. Apa yang akan ia katakan padaku? Penjelasan bagaimana yang akan ia bagikan? Apa kenyataan yang sebenarnya?
Memikirkannya saja membuat jantungku berdetak dua kali lebih kencang.
~ ~ ~ ~
"Disinikah tempat itu?" Hazel berkata sambil menatap gamang sebuah rumah kecil dengan cafe yang berada dilantai satu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[MWS:2] Werewolf Mate
Werewolf*Modern Werewolf Story* Hazelnut Camelia sama sekali tidak percaya akan kalimat yang sebelumnya di lontarkan lelaki di depannya ini. Dimana ia adalah sahabat masa kecil Hazel bahkan hingga saat ini. Hazel tahu Kenzo Factorrsy sudah sangat melewati b...