"Kenapa melakukan itu, huh?!?! Kau tak tahu itu bahaya?! Bagaimana bisa kau mempersembahkan nyawamu untuk menyelamatkanku?! Kenzo... Itu sangat bahaya. Kau bisa... Kau~"
Detik selanjutnya, ia membawaku semakin dalam masuk kedekapannya. "Menangislah Hazel. Karena aku akan selalu menyelamatkanmu, bagaimanapun keadaanmu..."
~~~~
Aku masih menangis sesenggukan. Pun juga dalam dekapannya yang hangat. Tak mempedulikan kaosnya yang basah akibat tangisanku yang kian lama tak kunjung redam. Kedua tangan kami yang saling bertautan menghantarkan sejuta perasaan hangat yang mampu meredakan gejolak emosi dalam tubuhku.
Aku tak bisa menerima pengakuannya atas pengorbanan nyawa yang telah ia lakukan itu. Dalam hati aku merasa sangat bersalah karena telah membuat nyawanya hampir saja melayang pergi. Hanya untuk menyelamatkanku dari mantra jahat penyihir yang tak kuketahui alasannya kenapa menyerangku dalam dunia mimpi.
Keheningan yang menyelimuti kami tak bertahan lama, setelah lelaki ini menyuarakan suaranya yang seketika mampu menumbuhkan kembali emosiku. "Kamu sangat berharga bagiku, Hazel. Aku bisa dengan mudah memperoleh berpuluh bahkan berjuta nyawa jika memang kau membutuhkannya."
Kedua netraku melebar kaget, genggamanku dalam kehangatan tangannya pun seketika terlepas. Ia nampak sedikit terkejut atas sikapku, terlihat dari raut wajahnya yang menampilkan kerutan halus di dahinya walau hanya bertahan beberapa detik saja. Selanjutnya tergantikan dengan ekspresi wajahnya yang biasa. Ya, tanpa ekspresi itu.
"Ken, apa kau sadar dengan apa yang telah kau katakan?!"
Ehm, ya. Suaraku sudah naik satu oktaf. Yang mana menunjukkan amarah dalam perasaanku atas ucapannya yang terdengar sedikit sadis bagi gendang telingaku untuk didengar.
"Apa maksudmu, Hazel?"
Apa ini? Ia berlaku seakan-akan apa yang ia ucapkan bukanlah suatu hal yang patut untuk dipermasalahkan sampai sejauh ini. Tapi tidak bagiku. Aku tahu ia sudah sangat kelewatan.
Berpuluh bahkan berjuta nyawa untukku? Untuk diriku?! Yang benar saja. Memangnya untuk apa diriku membutuhkan nyawa-nyawa itu? Aku bukanlah seorang psikopat yang rela membunuh agar hasratnya akan darah dapat tersalurkan. Justru dirinya yang kini terdengar seperti seorang psikopat bagiku.
"Justru aku yang seharusnya bertanya padamu, apa maksudmu dengan 'puluhan atau bahkan jutaan nyawa' itu untukku?" aku mengurai pelukan kami. Dengan segera mengambil posisi duduk masih diatas ranjang yang sama.
"Tidakkah kau menyadari arti ucapanmu yang terlalu mengerikan itu, Kenzo?!!"
Ia juga melakukan hal yang sama. Duduk tepat didepanku, namun dengan sorot mata tajam yang mampu membuat hatiku berdesir pelan dibuatnya. Ia mengambil kedua tanganku di kedua sisi tubuhku dengan hangat. Seperti berusaha mencairkan suasana walau kutahu itu tak akan berhasil.
Sudah hampir seumur hidup kami bersama, tentu saja kami mengenal watak masing-masing. Aku tahu betul sifatnya, begitu pula Kenzo yang mengenalku sangat dalam. Ia adalah tipe lelaki penuh ambisi, terlebih saat sedang marah ia jauh lebih menyeramkan dari lukisan dewa kematian sekalipun.
"Kau berkata seakan-akan nyawa dua orang penyihir yang sebelumnya menolongku itu tidaklah berharga."
See?
Sekuat apapun Kenzo berusaha meluruhkan kemarahanku, itu semua pasti akan berakhir sia-sia. Aku marah karena membayangkan nasib dua penyihir yang sebelumnya kami bicarakan itu, jika saja mantra itu gagal. Oh! Tidakkah kalian mengetahui siapakah mereka? Jika salah seorang diantaranya yang kalian maksud adalah Miranda, maka tebakan itu seratus persen benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[MWS:2] Werewolf Mate
Werewolf*Modern Werewolf Story* Hazelnut Camelia sama sekali tidak percaya akan kalimat yang sebelumnya di lontarkan lelaki di depannya ini. Dimana ia adalah sahabat masa kecil Hazel bahkan hingga saat ini. Hazel tahu Kenzo Factorrsy sudah sangat melewati b...