03 :: Si Bahenol Mira

5K 316 0
                                    

"Eh Mir di cariin Adipati tuh. Di depan orangnnya."

Mira yang baru saja ngobrol dengan sejumlah teman lelakinya pun langsung sumringah ketika dia mendengar nama Adipati yang ternyata sedang mencarinya. Perempuan itu merapikan kerudungnya lalu memoleskan lips gloss tipis ke dalam bibir tebalnya. Tipikal perempuan ugal- ugalan yang tidak Didit sukai. 

Ya. Sebenarnya Didit memang tidak menyukai perempuan dengan nama Mira itu. Selain lagaknya amat kegatelan, dia juga sering sekali mendekati laki- laki populer di sekolahannya. Alahasil dia kerap sekali dijadikan piala bergilir oleh kebanyakan pria brengsek di sekolahannya. Tapi karena nazar dan juga waktu yang sangat amat mepet, Didit tidak punya pilihan lain selain Mira. Mau bagaimana lagi? Yang penting kan dia udah berniat untuk menjalankan nazarnya itu kan.

"Udah lama Dit?"

Didit menoleh ke arah pintu yang ternyata sudah ada Mira dengan senyum lebar. Didit mencoba mengamati penampilan perempuan itu dari bawah hingga pucuk kerudungnya. Sepatu putih alay, rok yang dipotong sampai batas mata kakinya hingga mirip orang yang sedang kebanjiran, baju seragam yang ketatnya minta ampun sampai- sampai dua titik yang memang sudah menonjol semakin terlihat menonjol, kerudung yang di sibakkan hingga menampilkan dadanya. Dan juga bibir yang lembab karena lips glosnya, membuat Didit bergidik ngeri ditempatnya.

Sebenarnya wajah Mira itu cantik dan juga polos. Polos- polos bangsat gitu pokoknya. Tapi karena tuntunan ketenaran, membuatnya berlagak aneh dari kebanyakan siswa perempuan.

Ah semoga Didit tidak salah pilihan.

Semoga botol ale- alenya di depannya ini tidak bertulisan coba lagi coba lagi.

"Ah engak kok barusan." Didit tersenyum manis. Manis sekali hingga membuat Mira yang berada didepannya sempat menganga kagum. "Kantin yuk. Mau gak?"

Tanpa ditanya dan juga protesan, Mira langsung mengangguk. Tersenyum senang lalu meraih pergelangan tangan Didit. "Ah akhirnya jalan juga sama lo Di." Ucapnya kesenangan.

Didit kembali tersenyum. Beberapa pasang mata mulai memandanginya secara terang- terangan terutama ketiga anak manusia yang sedang nangkring dibawah pohon mangga sambil mengupasi mangga. Didit melihat itu namun dia engan menulusup jauh bagaimana ekspresi yang di tampilkan dari wajah ketiga sahabatnya itu. Yang dia pikirkan sekarang adalah makan bersama dengan titisan botol ale- ale di sebelahnya lalu segera kabur dari botol itu.

"Di mau makan apa?"

Didit terlonjak, mengamati sekitarnya yang ternyata sudah berada di dalam kantin.

"Gue siomay aja deh Mir."

"Lo suka siomay Di?"

Didit mengangguk.

"Ih jorok tau."

"Tapi gue suka Mir."

Mira hanya mengangguk mengerti, "Ya udah gue beliin deh."  Ucapnya lalu berdiri menghampiri Mang Udin penjual siomay.

Sambil menunggu Mira yang sedang memesan siomay, Didit kembali melemparkan pandangannya pada seluruh isi kantin. Saat ini kebanyakan katin sedang dihuni oleh siswi- siswi perempuan yang memang sedang menjadikannya objek penglihatan. Didit sebenarnya malas sekali kalau dilihatin terus gini. Dia paham. Dia sadar. Dia tau. Kalau dia itu gantengnya sampi tumpeh- tumpeh bahkan menyaingi Manu Rios artis instagram itu. Tapi gak gini juga kali. Didit kan risih juga kalau lama- lama dilihatin terus.

Tak lama Mira pun datang dengan seorang cewek yang membawa semangkuk siomaynya.

Didit hanya melengos melihat itu.

Dasar sok cantik. Sok higienis. Kena tifus mampus lu ler.

"Taruh aja situ."

Cewek yang membawa mangkuk siomaynya pun menurut dengan perintah si botol ale- ale.

Didit tersenyum ke cewek itu bermaksut untuk mengucapkan terimakasih sebelum kata- kata Mira kembali menyahut dan membatalkan niatan Didit. "Ngapain masih di situ. Udah sono pergi lo."

Cewek itu pun pergi.

"Aduh anak alay emang gitu ya? Ngelihat yang bening dikit matanya udah berbintang- bintang. Heran gue."

Iya kayak lo gitu Mir. Gak ngacaya ya?

"Lo gak ngucapin terimakasih ke dia. Dia kan udah bantuin lo Mir."

Mira tertawa renyah. Jenis tawa jijik. "Buat apa sih Di. Gak penting tau."

Didit menggeleng, "Kalau lo pengen tau tipe cewek yang lagi gue cari, yang pasti dia harus ngerti sopan santun sama orang lain dulu. Contohnya ngucapin terimakasih. Sepele sih, tapi sangat berarti banget bagi orang lain."

Senyum di bibir Mira pun lenyap. Digantikan oleh wajah piasnya. "Lo ngomong apaan sih Di?"

"Udah lupain aja." Ujar Didit lalu meraih mangkuk siomaynya dan mulai menyendoknya.

"Oke. Gue bakal berubah asal gue jadi pacar lo Di."

Didit tersendak siomaynya sampai terbatuk- batuk.

Astaga omongannya botol ale- ale barusan kok kaya kutukan emaknya maling kudang ya. Nyeremin- nyeremin nakutin gimana gitu. Ah kok Didit jadi takut gini sih? Mira kan bukan emaknya maling kundang. Eh maling apa malin sih? Ah kok jadi mikirin si malin sih? Tau ah Dit bodo.

Saat mulut Didit akan menjawab kutukan dari Mira, bel masuk mulai berdering membubarkan aktivitas para siswa di kantin itu. Diam- diam Didit bernafas lega. Lumayan lah dia gak harus menanggapi ucapan si botol ale- ale tadi.

"Udah bel. Masuk yuk." Ajak Didit pada Mira yang masih sibuk menyedot jus apelnya.

"Lo belum jawab pertanyaan gue Di."

"Besok kan ketemu. Gue jawab besok deh."

Mira kembali tersenyum dan bangkit dari kursinya. Mengikuti langkah Didit yang sudah dua langkah di depannya. "Di lo nganterin gue balik ke kelas kan?"

Didit menoleh, "Kelas lo kan cuma sebelahan sama kelas gue Mir?"

Mira terkekeh, "Oh iya gue lupa."

Dasar botol jadi- jadian. Batin Didit mengerutu.

"UGH MESRANYA YANG LAGI PDKT!"

"PAKDE CAHYONO TERNYATA MAU JUGA SAMA TITISAN JIN TOMANG!"

"GESEK OM GESEK!"

Didit menatap nyalang ketiga sahabatnya yang ternyata sekarang nangkring diatas pohon mangga. Kalau Didit engak sayang sama ketiga sahabatnya itu, sudah pasti Didit akan melempati ketiga monyet jadi- jadian itu dengan batu. Syukur- syukur kena burungnya masing- masing. Biar mampus sekalian itu burung.

"Temen lo lucu semua ya Di?"

Lucu? Astaga Mira itu bedek atau gimana sih? Jelas- jelas tadi ketiga sahabatnya mengatainya jin tomang. Masa iya dia udah gak denger? Padahal kan jarak mereka lumayan deket. Oh astaga. Kok gini amat sih perempuan disebelahnya ini?

"Mereka emang gitu. Ya udah lo masuk gih."

"Oke. See you soon baby honey." ucap Mira lalu memberikan kiss jauh pada Didit.

Didit kembali bergidik ngeri namun wajahnya tetap menampilkan senyum. Mira yang melihat senyum Didit yang war biasyah dasyat pun langsung terlonjak kegirangan sambil memasuki kelasnya.

"UCH LUCUNYA KAMU BEB. KISS JAUH LAGI DONG!"

Dan kali ini Didit langsung mengambil kerikil di dekatnya dan melempari ketiga temannya yang berada di atas pohon.


Udah lama gak update Didit. Ada yang masih nungguin gak? 😂

Segitu dulu yaa.. kalau mau nambah komen boleh loh #maksa 😆

18/04/17

He Is Adipati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang