"Suster beneran gak tahu kemana temen saya?"
Suster dengan perawakan tinggi langsing itu tampak bingung dengan pertanyaan Ara. "Teman yang mana ya dik?"
"Yang nyebelin itu lho suster. Yang laki- laki. Idiotlhah pokoknya dia."
Dua suster yang sekarang sedang menemani Ara tampak saling bertatap muka, menebak- nebak siapa laki- laki yang ditanyakan oleh Ara.
"Adipati sus!" Ara mulai gemas karena dua suster itu sama sekali tidak tahu siapa laki- laki yang ia maksutkan.
"Owalah. Didit ya? Dia baru keluar sebentar. Kamu tunggu di sini saja." Sahut salah satu suster dengan senyum di bibir.
"Kemana emangnya dia sus?"
"Saya kurang tahu, tapi tadi katanya cuma sebentar kok."
"Kok dia gak bilang sih kalau mau pergi?" Ara tampak kesal dan dua suster yang sejak tadi duduk di sova mulai mendekatinya.
"Saya kira dia pacarmu. Habis dia perhatian banget sama kamu. Sampai- sampai dia gak mau gangguin kamu tidur hanya untuk berpamitan untuk pergi sebentar."
"Pacar darimananya sus. Ditembak aja belum."
Dua suster itu tertawa geli mendengar penuturan Ara. Dua remaja yang bernama Didit dan Ara sejak kemarin sudah menyedot banyak perhatian karena keromantisan dua remaja tersebut. Sampai- sampai suster yang sekarang merawat Ara pun gemas karena tingkah kedua remaja itu.
Salah satu suster dengan name tag Asri pun menyahut ucapan Ara, "Kemarin Didit curhat, katanya dia pernah nembak kamu, tapi kamu gak mau pacaran dulu. Bener?"
Mata Ara langsung membeo mendengar itu, "Sumpah? Bocah kampret itu bilang gitu sama suster? Ihhhhh ngeselin banget sih!" Ara berucap dengan sentengah berteriak sambil mencubiti bantalnya.
"Hahahaha jadi yang sebenarnya salah itu kamu atau Didit?"
"Bodo amat lah. Aku sebel sama dia."
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam saat ketiga orang itu masih asik bergurau satu sama lain. Hingga suara ketukan pintu terdengar ketigannya serempak menoleh ke arah pintu.
"Wei rame banget? Pada nungguin Didit ya?" Didit muncul dengan senyum menyebalkan. Kedua tangannya menenteng bungkusan plastik bening entah berisi apa.
"Dari mana sih? Kenapa gak bilang kalau mau pergi?" Semprot Ara langsung saat Didit sudah berada di sampingnya.
"Yaelah ditinggal bentar aja langsung kangen? Gimana kalau ditinggal selamanya coba? Mungkin kamu bisa gila hidup tanpa aku."
Pede banget ya allah😢
"Ihh jijik. Lebay banget kamu cireng gosong!"
Karena tidak ingin menganggu aktifitas kedua remaja tersebut, akhirnya dua perawat yang sejak tadi menunggu Ara pun pergi keluar ruangan.
"Kamu mah gitu. Di depan orang ngakunya sok- sokkan gak suka sama aku, tapi kalau lagi berduaan kayak gini pengennya nempel terus. Pengennya bilang kangen terus. Cih apaan tuh!" Didit berdecih dengan nada mengoda membuat Ara membelalakkan matanya kemudian menampol Didit dengan novel yang ada di dekatnya.
"Sembarangan ya kalau ngomong!"
"Ehe ehe. Bercanda elah Ra." Didit mencubit- cubit pipi Ara dengan gemas.
"Ih lepasin gak geli tau!" Sungut Ara kesal.
"Iya- iya. Ini udah aku lepasin."
"Tadi darimana? Terus itu bawa apa?" Ara bertanya sembari meneliti kantung plastik yang Didit bawa.
![](https://img.wattpad.com/cover/98968607-288-k752188.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Adipati [END]
Fiksi Remaja[BOOK TWO] Private Acak Boyfriend Goals Series "Aku sayang kamu Ara. Menjad pacar mu adalah sesuatu yang saat ini aku inginkan. Bahkan dalam mimpi sekalipun. Karena aku sangat ingin melindungi kamu sebagaimana kamu melindungi ku. Aku ingin status ya...