34 :: Berita Heboh

1.7K 109 0
                                        

Pagi ini ada yang berbeda di kelas Didit, terutama penghuni samping kursi Didit. Kalau biasanya kursi itu diisi oleh sosok laki- laki dengan rambut jabrik, sekarang kursi itu diisi oleh seorang perempuan dengan rambut kuncir kuda yang menghiasi paras cantiknya. Perempuan itu sejak tadi hanya menunduk, mencoba mengabaikan tatapan semua pasang mata yang sengaja ataupun hanya meliriknya secara terang- terangan.

Pagi itu Didit datang hampir terlambat karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit. Dengan ditemani oleh Gara dan juga Peter, Didit memasuki kelasnya dengan perasaan riang. Bahkan dia sempat berceloteh ria dengan Gara mau pun Peter.

"Gue gak mau lagi ya kalau ikutan nyolong sempaknya Pak Rt. Emak gue mencak- mencak tau gara- gara kejadian itu."

Didit masih asik tertawa bersama dengan dua sahabatnya, "Alah itu kan ide lo Pet."

"Iya lagian kan lo juga ngirit sempak Pet kalau lo nyolong tiap hari." Tambah Gara lalu memoles kepala Peter dengan sengaja.

"Kalau Gara gak bakalan mau kalau motifnya gak macan loreng. Iya gak Gar?"

Gara mencebik, "Siyalan lo Dit. Sini lo jangan ngumpet di ketiaknya Peter."

Didit tertawa sambil berlindung dibalik tubuhnya Peter. Tubuh Peter yang tidak setinggi tubuhnya mengakibatkan dirinya lebih mudah tertangkap oleh jangkauan tangan Gara. Gara dan Didit masih asik berjambak- jambak ria dan hanya Peter yang terdiam menatap lurus kedepan, lebih tepatnya ke arah mejanya Didit.

"Dit kita ada anak baru?"

Didit masih asik tertawa dengan Gara, "Mana gue tau! Emangnya gue Ucok yang harus tau semua kejadian di sekolahan ini. Aneh lo Pet!"

"Kok gebetan lo si Ara itu bisa ada disini? Dia pindah dari sekolahanya apa gimana?" Tanya Peter lagi. Kali ini Didit terdiam lalu mengalihkan pandangannya pada mejanya.

Benar, disana tampak Ara sedang menundukkan kepalanya dengan kedua tangannya yang saling tertaut di atas meja. Perempuan itu masih asik dengan dunianya sendiri hingga ia ditanyai oleh Ucok dengan suara cukup lantang.

"Lo anak baru ya?"

Ara mengangkat kepalanya hingga pandangannya bertemu tatap dengan Didit yang berada di depan kelas. Dari penglihatan Ara, laki- laki itu hanya menatapnya datar tanpa senyum tipis yang biasa ia lemparkan untuk Ara. Gak tahu kenapa ditatap seperti itu membuat Ara semakin grogi di tempatnya. Apalagi ketika Didit dan dua sahabatnya yang lain mendekatinya. Kata- kata yang sudah ia persiapkan semalam untuk menghadapi situasi ini pun langsung musnah dalam sekejap mata.

"Bubar- bubar. Disini gak ada sembako gratis." Teriak Gara lalu mengusir teman- temanya yang mengerubungi meja Didit. Bahkan Gara sempat mendorong tubuh Ucok untuk menjauhi Ara.

Jelas Ucok tidak terima. Ia sangat kepo sekali dengn sosok Ara. Terlebih lagi Ara terlihat sangat cantik. Ia sangat ingin sekali berkenalan dengan Ara.

"Boleh lah gue kenalan dulu Gar!" Ketus Ucok pada Gara. Ucok sudah akan mengangkat telapak tangannya untuk berkenalan dengan Ara namun dengan sigap Didit memukulnya dengan penggaris besi.

Plak!

"Jangan macem- macem. Dia cewek gue Cok! Lo mau gue jadiin mi kriting hah?" Ancam Didit dengan suara jutek.

"Alah mana percaya gue. Cowok macem lo bisa dapetin cewek bening macem ginian. Cuihhh kalau gue jadi dia, gue gak sudi punya pacar kayak lo." Ucok mengibaskan tangannya, tidak percaya dengan ucapan Didit.

"Untung dia bukan lo ya Cok? Kalau iya gue juga gak sudi punya pacar yang bentukannya kayak lo."

Seisi kelas tertawa lucu mendengar ucapan Didit untuk Ucok. Karena kesal tidak ada yang membantunya melawan Didit akhirnya Ucok pergi dengan menghentak- hentakkan kakinya kesal.

He Is Adipati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang