Malam ini Didit keluar buat nemenin Gara beli celana dalam. Nyebelin memang, tapi gak papa sekalian Didit juga mau nyari celana dalam juga. Didit menyarankan untuk di toko Gentel yang menjual fashion laki- laki dari mulai celana dalam sampai baju, celana santai bahkan sepatu dan tas pria pun juga dijual ditoko ini.
Toko Gantel memang terletak tak jauh dari rumahnya si Gara. Tadinya Gara pikir mau nyari di mal atau di toko yang khusu jual celana dalam, gak taunya Didit malah ngejak dia ke toko sebelah rumahnya. Mana tadi dia harus njeput Didit dirumahnya dulu lagi. Emang Didit itu suka ngeselin gitu. Minta digorok lehernya. Tapi kan Gara sayang sama sahabatnya itu jadi ya mau gimana lagi.
"Elah manyun aja bu haji." Goda Didit pada Gara yang berada disampingnya. Dua laki- laki itu sedang berjalan diantara banyak rak memilih- milih celana dalam.
Gara berdecak, "Kalau tau gini tadi gue gak ke rumah lo. Tai emang lo Dit."
Didit tersenyum, "Aduh gitu aja ngomel lo Gar kayak emak tirinya Cindelaras."
"Cindelaras gak punya emak tiri Dit."
"Masa sih?"
"Tau ah bodo amat."
Dan Didit hanya tertawa menanggapi itu. Tangannya sibuk untuk memilih celana dalam yang begitu banyak macam juga merk. Duh kalau gini Didit jadi pengen borong semuanya aja. Bingung sih mau pilih yang mana. Mana semua bagus lagi. Dilirkyna si Gara yang lagi ngelihat- lihat celana dalam motif macam. Melihat itu Didit jadi mau ngakak.
"Kenapa lo? Kumat?" Kata Gara penuh selidik
Didit berhenti ketawa, "Engak. Gue baru tau kalau selera lo macan loreng gitu Gar."
"Anjing! Gue cuma lihat- lihat doang Dit. Gak berniat mau beli juga." Kesal Gara karena Didit masih saja ngetawain dia. Gara mengembalikan celana dalam itu ketempatnya.
"Biar makin jantan mah gak papa Gar. Haer Haer Haer." Ucap Didit menirukan suara macan loreng. Kurang kerjaan emang dia itu.
"Najisin banget ya allah. Kuat kan hamba." Kata Gara sambil mengelus dadanya istighfar atas kelakuannya si Didit.
"Ih abang nakutin banget sih kalau pakai loreng gitu. Adek jadi takut nih kalau nanti di terkam."
"ASTAGA. BISA DIEM GAK?" Kesal Gara dengan wajah yang memerah karena malu. Didit itu kalau ngodain emang gak kenal tempat dan waktu. Contohnya saat ini. Mana di sebelahnya itu ada penjagga toko lagi. Berjenis kelamin perempuan pula. Gara kan malu. Suaranya Didit kan kayak toa. Kemungkinan kecil mbak- mbak pelayan toko itu gak denger.
"Heya mas Gara malu ya ketauan suka pakai loreng?"
Gara mendelik sambil memitas telinga Didit kuat- kuat. Persis bapak-bapak yang lagi ngomelin anaknya karena nakal. Kalau Didit mah bukan anak. Tapi alien. Bandelnya itu lho. Minta ampun banget. Gara heran dulu emaknya Didit nyidam apa kok bentukannya Didit jadi kayak gini.
Didit mengerang kesakitan, "Aduduh udah Om Didit gak bakalan nakal lagi Om." Katanya keras- keras supaya mbak- mbak pelayan itu melirik ke arah Didit.
"Maaf masnya ada apa ya?" Benar saja mbak- mbak pelayan dengan name tage Laras itu menghampiri Didit dan juga Gara.
"Tolongin Didit Bunda Dari. Didit lagi dianiyaya sama penyihir jahat." Adu Didit ke mbak- mbak pelayan tadi.
Wajah Gara memerah di tempatnya, dengan kesal dia melepaskan tangannya dari telinga Didit, "Jangan percaya mbak, dia itu temen gue. Emang kayak gitu orangnya. Setees."
Didit cemberut, "Mbak ada sempak yang motifnya loreng lagi gak? Yang di rak kekecilan. Gak muat kalau dipakai mas Gara. Temen saya ini mas Gara namanya mbak. Gara monster pasir di filmnya naruto itu lho. Pernah nonton gak?"
![](https://img.wattpad.com/cover/98968607-288-k752188.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Adipati [END]
Teen Fiction[BOOK TWO] Private Acak Boyfriend Goals Series "Aku sayang kamu Ara. Menjad pacar mu adalah sesuatu yang saat ini aku inginkan. Bahkan dalam mimpi sekalipun. Karena aku sangat ingin melindungi kamu sebagaimana kamu melindungi ku. Aku ingin status ya...