Semalam acara ngedate gadungan Didit gagal karena hujan masih turun dengan derasnya hingga pukul sebelas malam. Dengan sangat terpaksa Didit menelfon Gara untuk menjeputnya dan Ara. Bahkan malam itu Ara sampai tertidur di bahunya karena kelamaan menunggu hujan reda. Gara menjemputnya dengan mobil karena itu permintaan dari Didit langsung. Tidak lupa Didit juga berpesan untuk membawakannya jas hujan.
Dan malam itu Ara diantar oleh Didit pulang ke kosannya dengan Gara yang berada di ruko tempat Didit berteduh untuk menjaga motor Didit. Didit kira Gara akan protes atau semacamnya, namun laki- laki yang sudah menjadi sahabatnya itu hanya mengangguk lemah karena kantuk yang terus menyerangnya.
Dan pagi ini, Didit terserang demam hingga membuat tubuhnya panas dan juga lemas. Sedari tadi Didit hanya meletakkan kepalanya di atas meja karena pening yang terus menerus menyerang kepalanya. Ara yang berada di sampinya pun terlihat panik.
"Dit ke uks ya?" Pinta Ara dengan suara lembut.
Mata Didit yang tadi tertutup rapat kini terbuka dengan sempurna, "Ah udah bel pulang ya?" Tanyanya ngelindur padahal jam masih menunjukkan pukul sembilan pagi. Tiga puluh menit lagi bel istirahat berdenting dan Ara berniat untuk membawa Didit ke uks.
"Belum pulang Dit. Ini masih pagi. Lo ke uks ya?"
"Di uks ada ayam goreng gak Ra? Gue pengen ayam." Kata Didit manja.
Ara memutar bola matanya, Didit itu walaupun keadaannya sakit tetapi tingkahnya akan tetap sama dengan Didit yang sehat bugar. Ngeselinnya gak akan pernah hilang begitu saja.
"Lo butuh istirahat bukan ayam goreng Dit." Ara mencoba menekan kata- katanya agar tidak terlihat kesal, walaupun nyatanya sekarang Ara sedang kesal dengan Didit.
"Tapi gue pengen ayam goreng, pizza, gue pengen gelato, pengen ramen. Pengen semuanya Ra!" Didit berkata sambil merem. Membayangkan makanan itu berputar- putar mengelilingi kapalanya. Membuat rasa peningnya semakin meningkat tajam.
"Gue pengen lo mati aja Dit."
Reflek Didit terkekeh lucu, "Lo kesel ya sama gue?"
Ara mengeram, "Ya iya lah. Lo tuh nyusahin tau!"
"Nyusahin tapi bikin khawatir kan?" Goda Didit membuat Ara seketika bungkam.
Pak Mujae masih berbasa- basi dengan tugasnya. Ara tidak memperhatikan sepenuhnya, bahkan saat Pak Mujae memberi salam penutup Ara sudah tidak lagi mendengarkanny karena ia sibuk mencolek bahu Gara yang berada di depan mejanya.
"Gar gar!" Panggil Ara sambil mencolek bahu Gara.
Gara bergerak geli lalu menoleh ke belakang, ke arah Ara, "Paan sih? Gar- Gar mulu. Lo kira gue agar- agar?" Serunya kesal dan Ara hanya mencebikkan bibirnya.
"Agar- agar itu manis. Lo gak manis sama sekali Gar!" Sambung Peter juga ikut menoleh ke belakang.
"Eh jangan salah ya. Setiap inci dari tubuh gue itu rasanya manis. Lo aja yang belum pernah ngerasaain Pet!"
Peter bergidik ngeri, "Yang ada lidah gue gosong kalau ngerasaain kulit lo Gar."
"Lo kira gue ghost rider?"
"Katanya tadi agar- agar. Sekarang ghost rider. Nanti apa lagi? Bubuk rengginang atau butiran debu?"
Gara sudah bersiap melemparkan mulut tajamnya pada Peter kalau Ara tidak segera menarik tangannya untuk kembali fokus padanya.
"Ya elah. Tarik- tarik aja lo Ar. Lo kira gue teh tarik apa?" Sungut Gara kesal karena ia belum sempat membalas perkataan Peter gara- gara tarikan tangan Ara.

KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Adipati [END]
Teen Fiction[BOOK TWO] Private Acak Boyfriend Goals Series "Aku sayang kamu Ara. Menjad pacar mu adalah sesuatu yang saat ini aku inginkan. Bahkan dalam mimpi sekalipun. Karena aku sangat ingin melindungi kamu sebagaimana kamu melindungi ku. Aku ingin status ya...