37 :: Perfect

1.7K 116 2
                                        

Tuing- tuing. Telolet- telolet. Terdengar bunyi ponsel yang mengema di salah satu rungan yang bernuansa horor. Horor karena sang pemiliknya sama sekali belum mandi dan ia masih nyaman berada di dalam kasur hangatnya.

Bebeb ♡ : ini jadi beli ice cream kan?  Hehehe bentar yaaa aku mandi dulu.

Adipati : Jangan dandan yaaaa

Bebeb ♡ : 😕

Adipati : Pokoknya jangan dandan.

Bebeb ♡ : Kenapa emang?

Adipati : Kamu tambah cantik kalau dandan. Aku gak suka ☺

Bebeb ♡ : Gak suka kalau aku cantik?

Adipati : Bukan.

Bebeb ♡ :  Terus?

Adipati : Gak suka kalau kamu dilihatin banyak cowok lain selain aku.

Bebeb ♡ :  Paan sih. Basi Dit😑

Adipati : ehe ehe
Adipati : ya udah siap- siap dulu sana. Aku juga lagi siap- siap.

Bebeb ♡ :  gak nanyaaaa

Adipati : gemesss

Bebeb ♡ : sempak

Adipati : Udah balik ya sifat lakinya? Yang ngajarin siapa sih? 😂

Bebeb ♡ : anaknya bapak Imron Mawardi

Adipati : duh ibunya Nikita Mirzani Mawardi dong?

Bebeb ♡ : serah deh serah

Didit masih tersenyum menjijikkan sambil menatap layar ponselnya. Rencananya sore ini ia ingin mengajak Ara untuk mampir di kedai Ice break kesukaan Dhira. Kata Dhira kedai tersebut sangat ramai oleh pengunjung karena memang ice cream yang mereka jual sangat enak dan juga harganya terjangkau. Hari ini Didir hanya ingin Ara melupakan masalahnya. Ia akan membuat Ara tertawa bagaimanapun caranya. Setelah kejadian kemarin, Didit jadi mempunyai satu tanggung jawab yang entah kenapa harus ia jadikan prioritas di dalam hidupnya. Dan prioritasnya itu adalah membahagiakan Ara.

Didit melemparkan ponselnya secara sembarangan di atas kasur. Bibirnya mengerucut, bersiul riang sambil memilah baju yang akan ia gunakan untuk kencan keduanya dengan Ara. Ah kencan kedua ya? Ngomong- ngomong Didit sama sekali belum menanyakan tentang status hubungannya dengan Ara. Ia tidak ingin merusak momen yang saat ini sudah ia rasakan kepada Ara. Cukup Ara nyaman dan bahagia saja sudah cukup bagi Didit. Karena Didit tidak mau mengejar Ara hanya karena meminta status hubungannya. Poinnya adalah ia ingin selalu bersama Ara, berada sisihnya dan menjagganya. Dan untuk saat ini Didit semaksimal mungkin akan melakukannya dengan senang hati.

Yeahh. Karena Didit memang mencintai Ara karena diri wanita itu sendiri. Bukan karena ingin mengejar Ara menjadikan Ara miliknya.  Jodoh ataupun bukan Didit merasa bersyukur telah mengenal Ara.

Setelah mandi dan berpakaian, Didit memposisikan dirinya berdiri di depan cermin. Laki- laki itu menatap pantulan bayangannya di depan cermin sambil bersiul riang. Sesekali ia tersenyum dengan wajah luar biasa tampannya.

Didit menyentuh kedua pipinya dengan gaya imut. Entah kenapa ia jadi gemas sendiri dengan wajahnya yang luar biasa molek. Kalau ia jadi wanita sudah pasti Didit akan tergila- gila dengan sosoknya saat ini. Didit jadi tambah yakin kalau dulu pada saat mama dan papanya mencoba untuk memproduksi dirinya, pasti mereka menggunakan gaya yang luar biasa indahnya hingga menghasilkan sosok seperti dirinya saat ini. Koprol? Slendingan Ronaldo? Atau sundulan Ronaldowati, entah apapun itu gayanya suatu saat Didit akan menanyakannya kepada kedua orang tuanya.

He Is Adipati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang