Siang ini Gara dan Peter sedang memanjakan perutnya di warung makan babe Rawis. Dua orang itu tampak kelelahan karena seharian ini sedang menjalankan tugas kenegaraan. Seperti yang Gara bilang kemarin, hari ini ia benar- benar menjalakan apa yang ia katakan. Yap seharian ini ia dan Peter sudah menjadi detektif gadungan untuk mengamati Arkan dan Didit.
Dua orang itu memilih duduk di bawah kipas. Gara melepas topi dan jug kacamata hitamnya. Topi bertuliskan 308 itu ia gunakan sebagai kipas karena kipas angin yang ada di atasnya bergerak sangat lambat. Begitu juga Peter, laki- laki itu sedang mengipasi dirinya sendiri dengan tutup toples kerupuk yang ada di mejanya.
Hari sangat panas dan juga amat melelahkan. Dua cangkir es jeruk pun sudah tersedia di meja dan Gara maupun Peter pun segera meminumnya.
"Anjir lah. Jadi Detektif capek banget. Rasanya tulang gue mau copot!" Gara mengeluh sembari meluruskan kedua kakinya yang terasa kesemutan.
"Semoga ada hasilnya ya Gar? Kita udah capek- capek, gak digaji, gak di beri makan, makan pun ngutang. Sedih banget hidup kita."
Gara terkekeh geli, "Coba lihat hasil yang lo tulis seharian tadi Pet. Ada yang mencurigakan gak?"
Peter segera membuka buku kecil yang hanya muat saat dimasukkan ke dalam saku celana sragamnya. Buku kecil itu ia gunakan untuk mencatat hal- hal yang penting mengenai perilaku Arkan dan Didit. Tempat dan pukul pun Peter sertakan agar penyelidikan itu membuahkan hasil. Jangan heran kalau Peter dapat mencatat semua itu dengan detail dan juga runtut karena memang pada dasarnya Peter itu sangat rajin jika disuruh untuk catat mencatat. Mencatat pelajaran saja ia rajin apalagi mencatat hal sepenting ini. Apalagi hal itu sangat menyangkut tentang persahabatannya.
Buku kecil warna coklat itu ia berikan kepada Gara. Dengan segera Gara membukanya lalu membacakannya dengan suara kecil agar tidak terdengar hingga samping mejanya.
"Pukul : 06.00 Arkan datang diantar dengan mobil warna putih. Mobilnya roda empat. Ada kaca jendelanya... "
"Lo bego apa gimana sih Pet? Gue juga tau keles kalau mobil itu rodanya empat ada kacanya! Pety- Pety" Gara menepuk jidatnya, heran dengan tingkah Peter yang sangat bodoh dan juga bloon.
Peter nyengir lucu, "Maap Gar. Kata lo harus sedetai- detailnya. Ya gue catat semua lah apa yang gue lihat!"
"Pada pukul 06. 05 Arkan turun dari mobil. Nomor plat mobil B161RIO. Arkan turun bersama dengan guru agama baru, teh Rio."
"Eh serius Rio?" Tanya Gara heran. Dia bahkan lupa kalau tadi pagi Rio satu mobil dengan Arkan.
"Apa hubungannya Rio sama Arkan?" Peter mengusap dagunya, berpikir keras mengenai itu. "Menarik juga. Coba baca bawahnya Gar." Lanjut Peter dan Gara kemudian melanjutkan membaca point ke tiga dalam catatan Peter.
"Pukul 06.15 Arkan dan teh Rio berada di kantin. Arkan memesan kopi, teh Rio garuk- garuk upil. Arkan wajahnya bete, Rio wajahnya sumringah bagaikan mendapatkan rejeki nomplok. Rio selalu tersenyum dan Arkan terlihat tidak nyaman karena terus menunduk melihat bawah, entah celananya bolong atau anunya lagi bereaksi."
"Bangsidunnn... lo ngelawak Pet?" Gara tertawa sendiri melihat tulisan rapi Peter.
"Engak lah. Gue tau tabiatnya si Arkan. Jadi yang ada di tulisan itu seratus persen adalah kebenaran. Percaya deh sama gue."
"Oke- oke. Lanjut nih." Gara melanjutkan pada point ke empat.
"Pukul 06:20 Arkan dan teh Rio keluar kantin. Dua orang dengan jenis kelamin yang sangat meragukan itu berjalan ke koridor hingga sampai di depan kelas Arkan. Arkan sempat berhenti melangkah karena dari arah berlawanan ada Didit yang sedang berjalan kearahnya atau bisa jadi akan mendekatinya. Saat jarak itu semakin menipis eh gak taunya Didit belok ke kiri ke arah toilet. Kampret. Padahal yang nulis udah deg- degan duluan."
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Adipati [END]
Teen Fiction[BOOK TWO] Private Acak Boyfriend Goals Series "Aku sayang kamu Ara. Menjad pacar mu adalah sesuatu yang saat ini aku inginkan. Bahkan dalam mimpi sekalipun. Karena aku sangat ingin melindungi kamu sebagaimana kamu melindungi ku. Aku ingin status ya...