"Walaupun otak sahabat- sahabat saya sedikit gesreh, setidaknya mereka lah yang selalu membuat ku tertawa." Adipati alias Didit alias cogan alias turunannya Dilan alias kembarannya nathan.
"Minta minum dong!" Dengan wajah yang dipenuhi keringat Didit mendekati Peter yang sedang membawa air mineral dingin yang terlihat mengiurkan.
Peter mencebik, "Jangan diabisin, leher gue udah segersang tanah anarki nih," Peter kembali merebut botol mineral yang ada di gengaman Didit. Padahal Didit belum meminumnya setetes pun.
"Elah. Sumber air! Didit butuh sumber air!" Ucapnya sambil teriak- teriak juga mengangkat tangannya mengoyang- goyakannya keatas ke bawah.
"Gak usah kayak uler keket gitu kenapa sih Dit? Lagian di deket tas lo kan ada botol mineral?"
Didit mengehentikan aksi alaynya. Menatap Gara sengit.
"Picak sih." Tukas Gara santai lalu merebahkan tubuhnya pada kursi panjang dekat dengan Arkan.
"Sumpah demi Sma Taruna, Kota Gede, Yogyakarta, Pulau Jawa, Indonesia, Asia tenggara, Benua Asia, Pelanet Bumi, Galaksi Bimasakti, "Didit mengambil nafas panjang, "Tadi tuh gak ada dus disitu. Oh sakitnya hati ini."
Setelah itu Didit meneguk mineralnya mengabaikan tatapan ketiga sahabatnya yang sedang menatapnya aneh. Semua tingakah laku dan juga semua perkataan dari Didit itu memang aneh. Jadi kadang ketiga sahabatnya merasa kasihan pada Didit. Pasalnya Didit itu digolongkan menjadi laki- laki yang sangat tampan dan juga mampu meluluhkan hati wanita. Tapi sekali lagi Tuhan itu adil kan?
"Dit dit. Kalau sampai fans lo tau kelakuan lo yang kayak gini gue yakin mereka langsung ilfil sama lo."
"Gak mungkin. Fans gue itu ngelihat tampang gue lagi boker aja masih mau bilang kalau gue ganteng kok." Jawabnya santai.
"Najis banget lu cahyono."
"Cahyono apa Cahyani? Hayo- hayo dipilih masih anget nih."
"Dasar setres." Tukas Arkan yang sedari tadi hanya diam, menyimak, meneliti, menimbang, mengamati, me... bacot lu umbel cair.
"Gue gak setres Kan. Gue cuma emm.. apa ya, istilahnya itu mengespresikan kegembiraan gue karena sahabat gue juga pada setres semua."
Arkan melotot, "Jangan pangil gue Kan dan gue engak sesetres kayak lo ya Dit."
Didit tersenyum, matanya melengkung membentuk bulan sabit. Manis sekali.
"Terus gue harus panggil lo apa? Ar? Kan? Rka? An? Ak?"
"Cahyono, Cahyono. Obat lo abis Dit?"
"Obat malarindu, malangin hati kamu supaya gak di tikung cewewet cewewet alay."
Arkan menggeleng. Bingung harus menanggapi bagaimana lagi. Didit emang suka gitu. Jadi kadang- kadang bikin Arkan gemes sendiri.
Gemes buat mbacok lehernya Didit maksutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Adipati [END]
Genç Kurgu[BOOK TWO] Private Acak Boyfriend Goals Series "Aku sayang kamu Ara. Menjad pacar mu adalah sesuatu yang saat ini aku inginkan. Bahkan dalam mimpi sekalipun. Karena aku sangat ingin melindungi kamu sebagaimana kamu melindungi ku. Aku ingin status ya...