45 :: Gara- Gara Gara

1.4K 105 8
                                    

Semalam setelah Didit mengantarkan Ara pulang ke rumahnya, Didit mengalami sebuah kecelakaan kecil. Untung saja malam itu Didit masih selamat dan hanya mendapatkan cidera ringan di sepanjang kaki dan juga tangannya. Wajahnya masih tetap mulus dan ganteng. Didit agak bersyukur akan hal itu.

Kejadian itu bermula saat Didit sedang mengendarai motornya dengan kecepatan penuh karena hari sudah mulai larut malam. Di sepanjang jalan Didit tidak mengalami kendala apapun hingga ponselnya bergetar dan menampilkan nama Gara yang sedang menghubunginya. Karena malas untuk berhenti akhirnya Didit meraih ponselnya yang ada di saku kemejanya kemudian mengangkat panggilan Gara.

Yang membuat Didit jengkel setengah mati hingga tidak fokus terhadap jalanan adalah ketika Gara berkata bahwa ia menelfon Didit hanya untuk mengecek apakah pending atau tidak karena sahabatnya itu sebelumnya sedang menghubungi seorang perempuan dan tidak ada jawaban. Karena Gara penasaran, akhirnya Gara mengeceknya dengan menelfon Didit.

Didit kesal dan langsung memutuskan panggilannya. Saking kesalnya, Didit tidak sadar bahwa motornya melaju keluar garis batas hingga menabrak tukang bakso. Untung saja penjualnya tidak mengalami luka parah. Hanya saja gerobak yang semula utuh saat ini sudah tidak berbentuk lagi karena tabrakkan naas itu.

Didit masih sadar saat beberapa orang beramai- ramai menolongnya karena pejual bakso yang ditabraknya lebih memilih untuk memunguti bakso yang tergelinding di jalan raya. Parahnya tukang bakso itu menangis tersedu- sedu saat bakso- baksonya terinjak oleh kendaraan lain yang melewati jalan itu.

Kalau diingat- ingat rasanya darah Didit mendidih dan segera ingin menampol Gara dengan parutan kelapa. Tidak lupa Didit akan mencacah perutnya Gara kemudian ia lemparkan tubuh Gara ke dalam sekumpulan harimau. Didit sangat kesal sekali dengan Gara.

Dan pagi ini Didit hanya mendiami Gara saat sahabatnya itu datang untuk menjenguknya. Peter yang menemani Gara pun hanya menahan senyumnya karena pemandangan pagi ini sangat langka ia lihat. Didit itu jarang sekali marah kepada sahabat- sahabatnya. Sekalinya marah pasti akan membuat semuanya pusing karena Didit akan mendiami orang itu semau dia. Yang paling parah Didit akan meminta hal- hal aneh untuk menebus kesalahan orang itu agar perminta maafan orang itu terbalaskan.

Terdengar lucu memang, namun itulah Didit dengan segala keanehannya.

"Yaelah Dit. Gitu aja marah. Gue kan gak sengaja." Gara mencoba membujuk Didit dengan mencubit- cubit lemak Didit yang ada di perut Didit.

Didit melengos, malas menatap Gara.

"Kan gue gak tahu kalau semalem lo lagi di jalan. Lagian salah siapa lo angkat telpon gue sambil naik motor? Harusnya lo bisa kan berhenti dulu terus baru angkat telpon gue?"

Didit menyentak marah, "Jadi semuanya salah gue nih?"

Gara meringis menunjukkan deretan giginya yang putih, "Hehehe pis bos. Gitu aja langung sewot."

"Biarin. Mulai sekarang lo gue pecat jadi sahabat gue."

Gara meraih tangan Didit kemudian menciumnya berkali- kali sambil berkata, "Ampun bos jangan pecat saya bos. Anak saya lima. Istri saya sepuluh. Nanti kalau saya di pecat mereka gak bisa makan bos."

Peter tertawa lepas sambil memukul bantal sova yang ada di ruangan dimana Didit dirawat. Didit melempari Peter dengan bantalnya bermaksud agar laki- laki itu berhenti untuk menertawakannya.

"Baiklah- baiklah fakir miskin. Saya akan kabulkan permintaan kamu, tapi dengan satu syarat." Didit berkata songong dengan wibawa yang ia buat setegas mungkin.

Gara mengangguk lima kali, "Apapun itu untuk bos pasti saya akan lakukan."

"Pagi ini saya ingin kamu  menjemput nyonya besar. Membelikan dia bunga mawar seratus tangkai dan juga boneka doraemon ukuran besar. Jangan lupa belikan dia coklat kesukaannya dan juga ice cream."

Gara menelan ludahnya menatap Didit tanpa kedip, "Jangan lupa di catat!" Didit menoleh ke arah Peter, "Pety tolong ambilkan pena sama secarik kertas buat ajudan saya ini."

Dengan sigap Peter mencari pena dan juga secarik kertas kemudian menuliskan apa yang tadi diucapkan oleh Didit. Setelah semuanya selesai Peter memberikan secarik kertas itu pada Didit.

"Ini ya jangan lupa." Didit memberikan secarik kertas itu pada Gara dan Gara menerimanya dengan tangan lemas.

Gila. Kemarin dia baru saja di kompasi oleh permintaan aneh Dhira, sekarang ia harus rela isi dompetnya terkuras lagi hanya untuk perminta maafan dari adiknya Dhira.

Kampretlah.

Sabar Gar sabar. Besok kalau Didit udah sah jadi adik ipar lo, lo bisa balas perbuatan dia. Tenang saja Gar tenang...

Gara akhirnya keluar ruangan dengan langkah lemas. Melihat Gara tidak berdaya seperti itu Didit tertawa sekencang yang ia bisa hingga luka- lukanya yang belum mengering terasa sakit karena pergerakannya. Tidak jauh berbeda dengan Didit, Peter yang sejak tadi menyimak ikut menertawakan kesedihan Gara.

"Lo aneh- aneh aja sih Dit." Kata Peter setelah Gara pergi, menghilang di balik pintu.

"Gak. Gue cuma  bercanda. Biar dia kesel aja sih."

"Ntar dia ngamuk Dit. Katanya kemarin dia  baru di porotin sama ceweknya. Jadi kemungkinan uangnya tinggal dikit."

Didit semkin tertawa bahagia, "Gila. Cewek matre aja disukai. Kayak gak ada cewek lain aja. Kalau gue jadi Gara, cewek kayak gitu langsung gue bantai, gue celupin ke lubang buaya. Biar sekalian musnah."

Semoga Dhira gak denger ya😂

"Gak tau tuh. Sampai sekarang gue juga masih gak habis pikir sama otaknya Gara."

Didit kembali merebahkan tubuhnya pada kasur, "Nanti lo keluar gak?"

Peter melihat jam yang ada di pergelangan tangannya, "Mungkin bentar lagi. Gue pengen beli bubur ayam. Lo nitip gak?"

"Boleh deh. Sekalian titip transfer buat ganti duitnya Gara ya Pet."

"Loh gak jadi ngerjain Gara?" Kata Peter bingung.

"Gak jadi ah. Kasian gue. Lagian itu kan buat gadis gue, masa iya pakai uangnya Gara. Gak modal banget gue kelihatannya."

"Ara maksud lo?"

Didit mengangguk lalu tersenyum lebar, "Iya. Jijik ya gue nyebut dia dengan sebutan gadis gue?"

"Jelas lah. Kayak gak ada sebutan lain aja."

"Lo belum ngerasain dimana lo bisa jadi gila hanya memikirkan seseorang sih! Rasanya tuh cuma dia yang bisa membuat hari- hari lo bahagia. Dan kalau dalam seharian saja lo belum dengar kabar dari dia lo udah blingsatan sediri nyari dia. Suatu saat nanti lo pasti bakal ngerasaan hal itu Pet."

"Semoga engak kejadian ke gue ya Dit. Gue ogah jadi gila kayak lo."

Didit hanya mencibir, kembali melempari Peter dengan bantalnya. Tidak berselang lama ponsel Didit berbunyi menampilakn nama Bebeb.

Bebeb♡
Ini siapa yang nyuruh Gara beli bunga seratus tangkai, ice cream, coklat, sama boneka segede kingkong gini? Gak usah sok romantis kenapa sih? Sayang kan sama uangnya. Bisa ditabung.

Adipati
Sekali- kali gak papa lah Ra. Jangan di buang ya ❤

Bebeb
Bodo amat. Ini mau aku jual lagi!

Dan pagi itu Didit baru menyadari bahwa Ara memanglah berbeda dari cewek manapun di dunia ini.

****

Tbc







Semisal malam ini Didit ngajakin kamu jadian,  kira- kira jawaban kamu apa?

#wajibjawab

He Is Adipati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang