Malam ini adalah malam ulang tahun Didit. Dan sesuai nazarnya, malam ini Didit harus mempunyai seorang kekasih. Rencananya malam ini Didit akan meminta Ara untuk menjadi pacarnya. Semenjak hubungannya dan Ara mulai membaik, Didit sama sekali belum menyatakan perasaannya pada Ara. Bahkan kode- kode keras yang selama ini Ara ucapkan padanya hanya dia anggap angin lalu karena ia ingin menjadikan Ara kekasihnya pada malam ini. Sebenarnya Didit sudah jengah untuk menunggu momen ini. Dulu dia takut kalau Ara akan meningalkannya karena hubungan mereka yang tidak jelas. Untung saja semua itu tidak terjadi.
Malam ini Didit sudah menunggu Ara di sebuah taman. Bohong kalau ada yang bilang kalau malam ini Didit tampak biasa saja. Dengan menggunakan kaos putih yang dilapisi dengan jaket berwarna hitam, Didit masih setia duduk manis di kursi taman itu. Jambulnya yang tidak tertutupi topi kupluk yang saat ini ia gunakan menari indah terkena terpaan angin malam. Sekali- kali Didit mengacak- acak jambulnya lalu merapikan kembali untuk mengusir rasa bosannya.
Pukul sembilam malam Ara juga belum datang membuat Didit merasa bosan untuk menunggu lebih lama lagi. Ponselnya terus berbunyi menampilkan pesan chat grup dari dua sahabatnya, Gara dan Peter. Mereka berdua sudah mengembor- gemborkan meminta hal- hal yang tidak masuk akal membuat kepala Didit pusing sendiri. Bahkan Gara sempat meledekinya membuat Didit mengumpat kesal di dalam hati.
Gara meminta pada Didit untuk mencomblangkan dirinya dengan Selena Gomez, sedangkan Peter, dia ingin dibelikan rumah bintang lima untuk hadiah ulang tahunnya Vania. Ngomong- ngomong Peter dan Vania memang sudah baikkan. Jadi ya wajar kalau Peter meminta permintaan yang tidak masuk akal seperti itu.
Kalau soal Gara, Didit tidak ingin ambil pusing. Di sodorin Shelena Gomez kw aja pasti Gara udah seneng setengah mampus.
Bangsat emang!!
"Astafirulllah!" Guman Didit sambil menepuk- nepuk dadanya, "Sabar Dit sabar!"
Didit sudah berjanji untuk menjadi yang lebih baik. Dari hal- hal kecil seperti mengumpat dan juga cara berbicara yang dulu terkesan kasar, saat ini perlahan- lahan mulai ia tinggalkan. Walaupun nyatanya susah karena dua sahabatnya yang tidak tahu diri itu akan selalu memancingnya untuk mengatakan umpatan- umpatan kasar itu.
Suara deruan mobil yang berhenti tepat di depan taman berhasil mengalihkan fokus Didit pada ponselnya. Jantung Didit berdetak cepat manakala ia juga mendengar suara langkah sepatu yang bergesekan dengan jalan setapak yang ada di taman itu.
Dari kejauhan dia tampak melihat sesosok perempuan yang masih terlihat tidak jelas karena minimnya penerangan di taman itu. Hingga perempuan itu semakin mengikis jarak di antara dirinya, membuat Didit langsung menegakkan tubuhnya, bangkit dari kursi.
Saat ia yakin kalau perempuan itu adalah Ara, senyumnya pun langsung pupus karena perempuan itu ternyata bukan lah orang yang sudah satu jam ini ia tunggu.
Dalam hati Didit berdecak.
Ya elah ngapain sih dia ke sini?
"Loh Di ngapain?" Mira datang dengan senyum najisun seperti biasanya. Perempuan itu mendekati Didit.
"Nungguin Ara!" singkat Didit.
Mira mengangguk, "Oh kirain. Gue juga lagi janjian sama Ucok!" katanya yang langsung membuat mata Didit melotot.
"Lo sama ucok?" Didit mengigit bibir bawahnya. Menahan senyumnya agar tidak mencuat.
Mira kembali mengangguk, "Iya kenapa? Lo cemburu ya gue jalan sama teman sekelas lo?"
Dih pede banget lu plastik gorengan!
"Hahahaha!" Didit tertawa datar, "Enggak biasa aja sih. Ya udah sana pergi!" Didit mengusir halus Mira.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Adipati [END]
Teen Fiction[BOOK TWO] Private Acak Boyfriend Goals Series "Aku sayang kamu Ara. Menjad pacar mu adalah sesuatu yang saat ini aku inginkan. Bahkan dalam mimpi sekalipun. Karena aku sangat ingin melindungi kamu sebagaimana kamu melindungi ku. Aku ingin status ya...