Mulmed : Alex
"Kalian sudah sampai ternyata." Sari berteriak girang begitu melihat anak serta menantunya berada tepat di depannya sekarang. Tadi saat ia baru saja keluar dari toilet, ia mendengar suara ketukan pintu di depan rumah. Sari yang sudah menebak siapa orangnya dengan semangat berlari ke ruang tamu dan membukakan pintu. Ia mengabaikan mata penasaran Letta ketika melihatnya masih sanggup berlari.
Begitu membuka pintu, Sari langsung berpelukan pada Aji karena rasa rindunya teramat besar pada anak semata wayangnya ini dan juga tidak lupa pada Dinda yang sangat ia sayangi. Ia sangat suka pada Dinda, baginya Dinda itu istri idaman semua pria bahkan dulu almarhum suaminya juga suka dengan Dinda dengan berkata jika ia masih muda akan memilih Dinda dibanding Sari. Walau hanya untuk bercanda, tetap saja Sari yang dari dulu mudah cemburu langsung marah pada suaminya karena mengatakan hal yang tidak mungkin akan terjadi.
"Ayo ayo, masuk dulu. Kalian pasti capek habis perjalanan jauh." Sari mengarahkan Aji dan Dinda untuk duduk.
"Mama apa kabar?" tanya Dinda sopan begitu ia mendudukan bokongnya di sofa tua milik Sari. "Dinda kangen banget sama mama. Lama banget rasanya gak ketemu."
"Mama baik terus dong. Gimana sama kalian berdua dan cucu-cucu mama di kota?"
"Sama seperti mama, kita semua baik." balas Dinda seraya tersenyum lebar.
"Ohiya, ngomong-ngomong mana anak kamu?" tanya Sari yang sejak tadi belum melihat cucunya masuk. Padahal setahunya ia dikasih tahu Aji kalau akan membawa Alex ke rumahnya.
Aji menggertakan giginya diam-diam. Ia bahkan lupa akan Alex. Harusnya ia menyeret Alex saja tadi.
"Kalau begitu biar aku panggilan Alex dulu." Saat Aji akan beranjak, seorang anak laki-laki masuk ke dalam dengan muka masamnya.
Laki-laki itu tentu saja Alex. Sebelum masuk tadi, Alex sudah terlebih dahulu merapalkan segala jenis doa agar kehidupannya nanti tidak seburuk yang ia pikirkan. Setelah selesai dengan acara unfaedahnya ia baru masuk ke dalam, takutnya kalau terlalu lama ia bisa diamuk ayahnya.
"Alex, itu kamu?!" pekik Sari tatkala matanya menangkap sosok Alex yang menurutnya sudah sangat jauh berbeda dari terakhir kali ia melihatnya.
Sari lalu mendekati Alex yang masih diam berdiri di dekat pintu, ia memeluk Alex dari samping.
"Ya ampun, kamu sudah besar, ya. Maafin nenek yang lupa sama wajah kamu. Tadi nenek kira kalau kamu anak tetangga yang nyasar kemari tapi begitu melihat bekas luka di tangan kamu nenek jadi ingat kamu itu Alex cucu nenek." ujar Sari terharu sambil menepuk nepuk bahu Alex ringan.
Mungkin Alex tidak ingat atau bahkan mustahil untuk ingat kalau dulu dia dibesarkan di desa. Sari lah yang dulu selalu menjaga Alex kecil, mengajarinya banyak hal. Tapi jelas Alex tidak akan mungkin bisa mengingatnya.
Sedangkan Alex sendiri ia tersenyum kikuk karena masih merasa canggung bertemu dengan neneknya. Alex juga bisa melihat tatapan penuh kasih sayang yang dilontarkan Sari lewat matanya untuk Alex. Walau neneknya masih memeluknya dan kemudian mengantarkannya untuk duduk, dalam hati entah kenapa ia tidak merasa risih sama sekali.
"Kalau Alan bagaimana kabarnya?" tanya Sari kemudian setelah kembali duduk. Ia tahu kalau Alan sedang berada di luar negeri jadi ia bisa maklum kalau sekarang Alan tidak di sini. Tapi dibanding dengan Alex, Alan jauh lebih sering berkunjung ke sini dulu waktu masih tinggal di Indonesia.
"Alan baik-baik saja. Dia masih tetap kuliah buat nerusin perusahaan papanya. Katanya dia malah lebih betah di sana." tawa Dinda di akhirannya.
"Syukurlah kalau dia baik-baik saja. Boleh lah dia betah di negeri orang, tapi nanti kalau udah lulus suruh tinggal di sini aja, jangan jauh-jauh dari keluarga."
![](https://img.wattpad.com/cover/104103573-288-k848356.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mischievous Boy
Fiksi RemajaHanya karena selembar kertas DO dari sekolahnya, hidup seorang Alex menjadi berubah 180 derajat. Yang biasanya dimanjakan dengan kekayaan orang tuanya di kota, harus rela dipindahkan ayahnya ke desa tempat neneknya tinggal tanpa membawa apapun. Dan...