Part 45

1K 75 0
                                    

Flashback

"Satu, dua, tiga, empat, li--" gerakan Alex kecil yang sedang menulis di papan kayu di dalam rumah pohon milik temannya itu terhenti ketika ia mendengar temannya memanggil namanya dari bawah. Tapi Alex menghiraukannya, ia ini sedang mencoba menulis karena ia sebentar lagi kan akan masuk sekolah dasar.

Alex mencoret kayu itu kembali menggunakan spidol dan berusaha menghafal angkanya. "Lima, enam, tuj--"

"Alex!" kali ini suara temannya ini terdengar lebih keras dan dekat. Benar saja, ketika Alex menoleh ke lubang untuk masuk ke rumah pohon, kepala mungil temannya itu nongol di situ dengan wajah cemberut.

Alex kecil hanya menyengir lebar tanpa merasa bersalah karena telah mengabaikan panggilan temannya. Kemudian temannya itu ikut masuk ke rumah pohon lalu duduk di sebelahnya, ia melihat ke arah papan kayu yang Alex corat-coret dengan berbagai angka. Wajahnya yang tadinya masam berubah menjadi cerah. "Kamu yang nulis ini semua?" tanya teman Alex dengan takjub.

"Iya ini aku semua yang nulis. Hebat kan aku." aku Alex dengan bangga dengan tangan menepuk dadanya.

Teman Alex mengangguk cepat. "Wah pinter banget. Aku diajari sama mama tapi gak bisa-bisa. Kalau nulis katanya masih terlalu besar sampe dikatain mirip tulisan gajah sama mama." katanya dengan tangan yang menyusuri angka yang dibuat Alex dengan takjub.

"Nanti kamu juga bisa. Kalau kamu mau, nanti kita belajar bareng."

Perkataan Alex membuat temannya menoleh dengan cepat dan matanya melebar senang. "Beneran kamu mau ngajarin aku?"

"Iya dong. Kan nanti kita juga sekolah bareng." kata Alex dengan senyumannya yang semakin lebar hingga matanya menyipit.

"Hore! Nanti Letta jadi bisa nulis kayak Alex." seru teman Alex yang tidak lain adalah Letta.

"Oh iya, tadi kenapa Letta manggil Alex?" tanya Alex ketika ia ingat kalau tadi Letta memanggilnya

Wajah Letta yang tadinya cerah berubah cemberut seketika. Dan itu membuat Alex bertanya-tanya apa yang membuat Letta jadi sedih.

Kemudian Letta menjawab. "Kamu ingat tidak sama anak kecil yang sama ayahnya sering lewat depan rumah pake sepeda, terus bawa banyak ikan?"

Alex berusaha untuk mengingat. Anak kecil sama ayahnya, bawa sepeda, terus bawa ikan. Sering lewat depan rumahnya Letta. Ahh iyaa Alex ingat. "Maksud kamu Indra?"

Letta mengerjapkan matanya polos lalu menggeleng pelan. "Aku gak tahu namanya. Memangnya kamu kenal?"

"Enggak. Cuma katanya papaku, papanya Indra ini temennya papaku." jawab Alex dan Letta hanya mengangguk entah paham atau tidak. "Emang kenapa?"

"Aku pengen banget memancing kayak mereka biar dapet banyak ikan. Alex mau kan sama Letta memancing di sungai?" pinta Letta penuh harap.

"Tapi kan sama papa gak dibolehin." larang Alex karena ia ingat ia dan Letta tidak boleh memancing. Bahkan mendekati sungai pun tidak boleh. Kata orang tua mereka itu berbahaya dan bukan untuk anak kecil sepertinya.

"Tapi Letta mau memancing di sungai. Hampir tiap hari Letta lihat Indra sama papanya lewat depan rumah, bawa ikannya segini besarnya." Letta membuat gerakan, tangannya ia rentang ke kedua sisi tubuhnya. "Letta juga ingin."

Hal itu membuat Alex tertawa. "Ikannya gak sebesar itu."

"Tapi ikannya memang besar. Dan Letta mau punya ikan sebesar itu."

Mischievous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang