Alex kecil tidak tahu dimana tepatnya dia berdiri sekarang. Semuanya gelap, tidak ada setitik cahaya sedikitpun. Hanya warna hitam pekat yang bisa ia lihat. Alex kecil berlari ke sembarang arah, nafasnya tersendat, takut karena tidak tahu arah jalannya sendiri.
Ia berbalik, berlari, kemudian berbalik lagi. Sampai akhirnya ia melihat setitik cahaya dari seberang. Alex kecil berlari ke arah cahaya itu tetapi lagi-lagi mungkin itu hanya ilusinya semata. Karena yang ia dapati tetap kegelapan yang mencekam. Alex mendekap badannya sendiri semakin ketakutan. Ingin berteriak tapi tenggorokannya seperti tersumbat hingga ia tidak bisa mengeluarkan suaranya.
Alex lalu merosot ke bawah. Memeluk lulutnya sendiri dan membenamkan kepalanya disana. Samar-samar ia merasakan cahaya datang lagi dari arah depan. Kali ini Alex yakin ini bukan permainan ilusinya semata, karena cahaya itu lama-lama semakin melebar dan menyebar ke sekitarnya.
Diangkat satu tangannya menghalau cahaya yang menyilaukan matanya itu. Lalu ia melihat seseorang keluar dari cahaya itu, lebih tepatnya seorang anak perempuan kecil yang Alex kira seumuran dengannya. Anak kecil itu berjalan mendekat ke arahnya. Lalu ketika anak perempuan itu tepat sampai di depannya, Alex bisa melihat wajah anak perempuan itu dengan jelas.
Itu temannya !!
Demi Tuhan, anak perempuan di depannya ini temannya. Alex mengenalinya.
Alex terlalu gembira karena ada seseorang yang bersamanya disini, ia segera berdiri dan hendak meraih anak perempuan itu tapi anak itu menghindar dan menatap Alex takut.
"Kamu siapa?" tanya anak perempuan itu dengan polos.
"Aku gak kenal sama kamu." tambah anak itu membuat Alex didera rasa kaget.
Alex terdiam.
Aku Alex, temanmu..!!
Alex akan bersuara tapi suaranya tidak kunjung keluar. Ia melihat anak kecil itu mulai mundur perlahan dan pergi darinya. Alex berusaha keras mengeluarkan suaranya tapi tetap tidak ada yang keluar. Dan Alex hanya mengerang dalam hati.
Tidak, ia tidak boleh membiarkan temannya pergi begitu saja. Tidak ketika Alex sendirian di tempat ini. Alex berusaha mengejar anak itu tapi apalah daya sekarang kakinya terasa berat dan tidak bisa ia gerakan. Anak kecil itu perlahan menghilang dari hadapan Alex.
Tidak..! Kumohon jangan pergi..!
Biarkan aku ikut denganmu...!
Ia berusaha lebih keras lagi untuk mengejar temannya itu yang perlahan mulai mengecil bayangannya. Tinggal menunggu beberapa detik saja sampai anak itu benar-benar menghilang dari hadapannya.
Tidaaak !!!
***
Alex terlonjak kaget, ia terbangun dari mimpi buruknya yang aneh. Sebelumnya ia tidak pernah bermimpi seperti itu. Nafasnya memburu, ia mengusap dahinya yang ternyata sudah basah karena keringat. Alex tidak tahu kalau efek dari mimpinya sampai seperti ini.
Suara langkah seseorang di tangga membuyarkan pikiran Alex. Lalu dilihatnya Sari masuk langsung ke dalam kamar Alex sambil membawa segelas air putih. Bisa dilihat dengan wajah Sari putih pucat. Neneknya itu berjalan cepat ke arahnya.
"Kamu minum dulu." kata Sari begitu sampai di samping Alex dan duduk disebelahnya, menyerahkan air minum untuk Alex.
Ketika Alex minum, Sari memandang Alex sendu dan ia bisa bernafas lega karena cucunya ini tidak kenapa-napa. Ia tadi takut sekali begitu mendengar teriakan Alex yang menggema di penjuru rumah. Ia takut terjadi apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mischievous Boy
Teen FictionHanya karena selembar kertas DO dari sekolahnya, hidup seorang Alex menjadi berubah 180 derajat. Yang biasanya dimanjakan dengan kekayaan orang tuanya di kota, harus rela dipindahkan ayahnya ke desa tempat neneknya tinggal tanpa membawa apapun. Dan...