Setelah melakukan sesi foto bersama satu kelas, anak-anak kelasnya Letta mulai berpencar. Ada yang asyik berfoto ria, berjalan-jalan di sekeliling stand, melihat penampilan kelas selanjutnya, ada juga yang langsung melepaskan kostum dan semua riasan di wajah. Dan Letta memilih untuk ikut opsi terakhir.
Ia berjalan sambil mengangkat ujung gaunnya agar tidak sulit ketika berjalan. Kepalanya ditengokkan ke kanan kiri mencari seseorang. Alex. Ya, sehabis sesi foto tadi, Alex ditarik oleh beberapa anak yang katanya ingin foto bersama. Huhh dasar... Dan sekarang cowok itu menghilang. Menyebalkan sekali, pikir Letta.
Ia menduga pasti Alex sedang bersenang-senang sekarang. Cowok itu pasti sedang dikelilingi cewek cantik layaknya gula yang dikerubungi semut. Tapi walau begitu, Letta tetap saja harus mencari keberadaan Alex. Ia ingin bertemu dengan Alex, bertemu dengan cowok yang berhasil membuat jantungnya seketika berhenti ketika di panggung tadi. Letta baru saja akan berjalan keluar ruangan mencari Alex ketika Hami tiba-tiba masuk.
Terpaksa, Letta menghentikan langkahnya.
"Hai." sapa Hami dengan canggung.
Sudah sejak terakhir kali dimana Hami membentak Letta, keduanya tidak berjumpa lagi atau berbicara lagi. Dan baru kali ini mereka bertemu kembali.
"Hai juga." balas Letta tidak kalah canggung.
Ia jadi merasa deja vu. Dulu saat ia akan mencari Alex, Hami tiba-tiba datang. Dan ini terjadi lagi untuk kedua kalinya.
"Gue mau ngomong sama lo." aku Hami.
Letta mengangguk mengiyakan. Sepertinya masalah antara mereka berdua memang harus dibicarakan, walaupun bukan masalah besar namun tetap saja rasanya aneh kalau tidak diluruskan. Lagian mereka bukan anak kecil lagi yang hanya bisa saling mendiamkan, mereka sudah besar, harus menyelesaikan semuanya dengan cara yang baik-baik.
Letta membiarkan Hami masuk ke dalam ruangan. Lagi-lagi ia merasa deja vu. Sekarang ia sebenarnya ada di ruangan punya kelas lain yang digunakan kelasnya untuk melakukan persiapan pensi. Tidak banyak anak yang saat ini juga berada di dalam ruangan, karena kebanyakan mereka memilih di luar yang udaranya lebih adem daripada di dalam yang terasa panas.
Letta duduk ke kursi yang ia duduki saat dirinya dirias, dan Hami duduk di sebelahnya. Posisi Hami membelakangi pintu. Setelah nyaman, Hami yang membuka suara duluan.
"Letta, gue mau minta maaf sama lo soal kejadian beberapa hari kemarin. Gue gak ada niat buat bentak lo, gak pernah sekalipun dalam pikiran gue buat kasar sama lo. Gue akui tindakan gue itu salah, dan gue kesini mau minta lo buat maafin sikap gue waktu itu. Asal lo tahu gue selama ini jadi ngerasa bersalah banget."
Jadi Hami ke sini untuk meminta maaf. Lantas Letta menanyakan sesuatu. "Kenapa baru sekarang? Ini sudah satu minggu sejak kejadian itu, kenapa lo baru nemuin gue."
Hami terlihat bimbang sesaat dan ragu. "Sebenernya gue lagi ada banyak masalah, dan karena itu gue belum ada waktu buat nemuin lo. Gue mungkin bisa lewat sms atau telfon lo kalau gue lagi ada waktu senggang buat minta maaf sama lo, tapi gue rasa minta maaf secara langsung seperti ini lebih baik dan lebih pantas."
Letta melihat Hami lebih teliti dan baru menyadari kalau bagian kantung mata cowok itu menghitam dan matanya terlihat sayu. Kentara sekali kalau Hami kurang tidur. Mungkin cowok ini memang benar sedang ada masalah. Ditambah dengan perasaan bersalah Hami padanya, pasti pikiran Hami semakin bertambah kacau.
Letta berdehem, membasahi tenggorokannya. "Sebenernya, Ham. Gue gak terlalu mempermasalahkan soal waktu itu. Lo gak perlu minta maaf sama gue. Suer, lo emang ngebentak gue tapi apa itu salah? Bagi gue itu gak apa-apa. Gue gak ngerasa lo salah, dan kalaupun misalnya lo salah, gue udah maafin lo jauh sebelum lo minta maaf ke gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mischievous Boy
Teen FictionHanya karena selembar kertas DO dari sekolahnya, hidup seorang Alex menjadi berubah 180 derajat. Yang biasanya dimanjakan dengan kekayaan orang tuanya di kota, harus rela dipindahkan ayahnya ke desa tempat neneknya tinggal tanpa membawa apapun. Dan...