Part 24

1.5K 146 22
                                    

"Terima kasih, Pak." kata Letta yang baru saja memberikan lembar jawaban dari soal yang ia kerjakan karena tidak ikutan berenang kepada guru pembimbing.

Tadinya ia akan menitipkan jawabannya ke anak lain yang memang kebetulan juga tidak berenang karena sedang berhalangan, tapi ternyata anaknya belum selesai mengerjakan. Jadi dengan modal nekat, Letta memberanikan diri mendekat ke arah kolam, ke tempat guru pembimbing itu berada dan akan memberikannya langsung.

Fakta bahwa ia pernah punya trauma pada air jelas masih Letta ingat. Bahkan masih jelas diingatannya waktu pertama kali berenang ia sampai pingsan. Menurutnya itu salah satu pengalamannya yang sangat sangat memalukan sekaligus menyedihkan. Memalukan karena hanya dirinya yang tidak bisa berenang, bahkan baru masuk air saja ia sampai tidak sadarkan diri. Menyedihkan karena trauma yang ia kira sudah sembuh dan tidak akan datang lagi nyatanya masih ada.

Dan kali ini, entah kenapa dirinya merasa lebih percaya diri daripada sebelum-sebelumnya. Atau jangan-jangan ia sekarang sudah sembuh total, buktinya setelah mendekat ke  kolam ia masih merasa biasa saja. Yaa, sekiranya menurut Letta sih begitu.

"Letta, lo ngapain ke sini. Buruan balik lagi ke bangku lo." teriakan Mira dari arah seberang membuyarkan lamunan Letta mengenai traumanya.

Cewek itu mengerjap beberapa kali sebelum kemudian sadar kalau ia masih berada di pinggir kolam. Beruntung tadi Mira meneriakinya, coba saja kalau tidak, Letta tidak bisa membayangkan kalau misal ia melamun dan tiba-tiba jatuh ke kolam. Ughh jangan sampai terulang lagi...

Letta hanya menjawab Mira dengan senyuman pertanda ia baik-baik saja. Ia bisa melihat kalau Mira khawatir padanya, tatapan mata temannya itu sudah menyiratkan semuanya.

Letta membalikan badan hendak berjalan kembali ke bangkunya lagi, tapi langkahnya terhenti tiba-tiba. Alasannya karena jalan untuk kembali sekarang sudah ramai oleh anak sekolah. Sepertinya anak-anak yang ada disana itu dari sekolah lain, buktinya ia tidak familiar dengan wajah-wajah mereka semua.

Bohong kalau Letta menjadi tidak takut, bohong juga kalau nyalinya tidak menciut. Harusnya tidak seperti ini, kalau Letta sudah sembuh harusnya ia tidak perlu takut lagi, bukan? Jadi dengan terpaksa sekali, ia mulai melangkahkan kakinya melewati kerumunan anak-anak tadi.

Gue bisa, gue udah sembuh, rapal Letta dalam hati.

Dengan kaki yang mulai bergetar, Letta tetap melangkahkan kakinya melewati kerumunan anak itu. Satu anak, dua anak sampai tiga anak terlewati begitu seterusnya, hingga akhirnya ia akan melewati semuanya.

Tetapi, keberuntungan sepertinya sedang tidak berpihak padanya karena tiba-tiba saja ada anak yang menabraknya dari samping. Letta yang tidak siap, kehilangan keseimbangannya dan...

Byurr...

Ia pun terjatuh ke kolam renang. Letta ketakutan. Sungguh, ia ketakutan. Tangannya berusaha meraih ke atas tapi tidak bisa. Ia tidak bisa bernafas hingga dadanya terasa sesak. Belum sampai disitu, bayangan akan dirinya yang pernah tenggelam dan terseret arus sungai mulai bermunculan. Dirinya yang masih kecil meminta tolong sambil terus berusaha meraih permukaan tapi nyatanya tidak ada yang bisa mendengarnya.

"Tolong..."

Hening. Tidak ada suara apapun kecuali derasnya air yang terus menyeretnya.

"Tolong aku !!!"

"Siapa pun tolong aku...!"

Letta sendirian, tidak ada yang menolongnya. Tidak ada yang peduli padanya. Tidak dulu dan tidak sekarang.

Di sisa-sisa kesadarannya yang mulai menghilang, Letta mendengar suara ceburan ke kolam. Letta sudah tidak tahu apa yang terjadi karena hal terakhir bisa ia ingat adalah seseorang telah merengkuhnya, erat.

Mischievous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang